Angka Kematian Covid-19 Tembus 100 Orang, Eks Direktur WHO Ungkap Fakta Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia tembus 100 orang per 11 Februari 2022. Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama pun mengatakan, angka ini naik 25 kali lipat.
Baca Juga: Covid-19
"Bahkan pernah 4 orang pada 6 Januari 2021, jadi sekarang sudah meningkat 25 kali lipat. Apalagi kita sepenuhnya menyadari bahwa satu nyawa pun yang hilang maka itu tidak dapat tergantikan oleh apapun juga," tambahnya.
Tjandra menjelaskan, varian Omicron memang jauh lebih mudah menular daripada Delta tetapi proporsi angka kematiannya jauh lebih rendah. Tapi perlu waspada, ada beberapa negara yang angka kematian total pada saat Omicronnya ternyata lebih tinggi daripada ketika negara itu menghadapi varian Delta.
"Sebabnya, karena jumlah kasus total memang jauh lebih tinggi pada Omicron dibandingkan Delta," ucapnya.
Dia mengatakan dari World Economic Forum menurunkan artikel 'If Omicron is less severe, why are Covid-19 deaths rising?' yang antara lain menyebutkan bahwa pada 28 Januari 2022 Australia mengalami jumlah kematian sehari paling banyak selama Pandemi Covid-19.
Di mana hampir 100 orang meninggal di hari dengan Omicron ini, jauh lebih tinggi katimbang waktu Australia dihantam varian Delta.
Kemudian kata Tjandra, Amerika Serikat pada akhir Januari 2022 juga mengalami hal yang sama, dimana ada kematian rata-rata 2.200 orang seharinya, lebih tinggi daripada ketika mereka dihantam Delta September tahun yang lalu, angka kematian tertinggi rata-rata dalam tujuh hari adalah 2.078 orang.
Selain itu data lain menunjukkan, di Korea Selatan angka kematian tertinggi harian terjadi pada 22 Desember 2021, yaitu 109 orang. Sebelumnya angka kematian tertinggi di Korea Selatan sebelum gelombang sekarang ini adalah pada 28 Desember 2020 yaitu 40 yang wafat.
"Di Kanada pada 27 Januari 2022 ada 309 orang yang wafat, sementara pada gelombang sebelumnya angka tertinggi di Kanada adalah 4 Januari 2021 dengan 232 kematian," ungkap Tjandra.
Sekali lagi kata Tjandra, lebih tingginya angka kematian ini bukan karena Omicron lebih mematikan, tetapi karena jumlah kasus akibat Omicron di negara-negara itu naik amat tinggi.
"Sehingga walaupun proporsi kematian lebih kecil daripada Delta tapi angka mutlaknya tetap besar. Karena kasus kita juga sudah terus meningkat haruslah lebih dikendalikan," jelasnya.
Baca Juga: Covid-19
"Bahkan pernah 4 orang pada 6 Januari 2021, jadi sekarang sudah meningkat 25 kali lipat. Apalagi kita sepenuhnya menyadari bahwa satu nyawa pun yang hilang maka itu tidak dapat tergantikan oleh apapun juga," tambahnya.
Tjandra menjelaskan, varian Omicron memang jauh lebih mudah menular daripada Delta tetapi proporsi angka kematiannya jauh lebih rendah. Tapi perlu waspada, ada beberapa negara yang angka kematian total pada saat Omicronnya ternyata lebih tinggi daripada ketika negara itu menghadapi varian Delta.
"Sebabnya, karena jumlah kasus total memang jauh lebih tinggi pada Omicron dibandingkan Delta," ucapnya.
Dia mengatakan dari World Economic Forum menurunkan artikel 'If Omicron is less severe, why are Covid-19 deaths rising?' yang antara lain menyebutkan bahwa pada 28 Januari 2022 Australia mengalami jumlah kematian sehari paling banyak selama Pandemi Covid-19.
Di mana hampir 100 orang meninggal di hari dengan Omicron ini, jauh lebih tinggi katimbang waktu Australia dihantam varian Delta.
Kemudian kata Tjandra, Amerika Serikat pada akhir Januari 2022 juga mengalami hal yang sama, dimana ada kematian rata-rata 2.200 orang seharinya, lebih tinggi daripada ketika mereka dihantam Delta September tahun yang lalu, angka kematian tertinggi rata-rata dalam tujuh hari adalah 2.078 orang.
Selain itu data lain menunjukkan, di Korea Selatan angka kematian tertinggi harian terjadi pada 22 Desember 2021, yaitu 109 orang. Sebelumnya angka kematian tertinggi di Korea Selatan sebelum gelombang sekarang ini adalah pada 28 Desember 2020 yaitu 40 yang wafat.
"Di Kanada pada 27 Januari 2022 ada 309 orang yang wafat, sementara pada gelombang sebelumnya angka tertinggi di Kanada adalah 4 Januari 2021 dengan 232 kematian," ungkap Tjandra.
Sekali lagi kata Tjandra, lebih tingginya angka kematian ini bukan karena Omicron lebih mematikan, tetapi karena jumlah kasus akibat Omicron di negara-negara itu naik amat tinggi.
"Sehingga walaupun proporsi kematian lebih kecil daripada Delta tapi angka mutlaknya tetap besar. Karena kasus kita juga sudah terus meningkat haruslah lebih dikendalikan," jelasnya.
(maf)