Ini Plus Minus Duet Prabowo-Gus Muhaimin di Pilpres 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjelang Pilpres 2024, wacana pasangan calon presiden dan wakil presiden semakin banyak bermunculan. Salah satunya, wacana Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar .
Bahkan, ratusan orang yang mengatasnamakan Barisan Prabowo-Gus Muhaimin telah mendeklarasikan kedua tokoh tersebut sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden 2024 di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Kota Bandung, Rabu (12/1/2022). Wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu DPP PKB Jazilul Fawaid belum lama ini mengungkapkan bahwa komposisi pasangan ini juga cukup ideal mewakili unsur nasionalis-religius, sipil-militer, dan tua-muda.
Selain itu, secara pribadi keduanya juga sudah cukup akrab, meskipun berbeda koalisi saat Pilpres 2019. Dari sisi politik, kedua tokoh juga merupakan ketua umum parpol sehingga lebih mudah melakukan konsolidasi ke struktur partai hingga tingkat bawah.
Bahkan, Jazilul menilai duet Prabowo - Muhaimin paket komplet. Lalu, seperti apa plus minus duet Prabowo - Muhaimin?
Direktur Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara melihat Prabowo Subianto selalu berada di tiga besar berdasarkan banyak hasil survei, selain Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. “Bedanya, potensi Prabowo maju lagi di Pilpres 2024 itu bukan sekadar halu, karena punya elektabilitas dan dukungan solid dari Partai Gerindra,” kata Igor kepada SINDOnews, Jumat (4/2/2022).
Menurut Igor, bisa dibilang sosok Prabowo adalah salah satu figur yang menjadi rebutan bagi tokoh lainnya untuk bisa berpasangan dengan mantan Danjen Kopassus tersebut. “Salah satunya adalah Ketum PKB Muhaimin Iskandar yang dianggap mewakili basis massa Islam tradisional (NU). Menurut saya, jika terwujud pasangan Prabowo-Muhaimin sangat menarik,” imbuhnya.
Karena, kata dia, sebelumnya Prabowo pernah berpasangan dengan kader PAN yaitu Hatta Rajasa yang mewakili unsur Islam modern Muhammadiyah. Namun, lanjut dia, Prabowo - Hatta kalah di Pilpres 2014.
“Jika Prabowo maju lagi sebagai capres 2024 itu bukan masalah bisa maju atau tidak, sebagaimana Ganjar atau Anies yang belum ada kepastian parpol pengusungnya. Masalah Prabowo sebagai capres 2024 adalah bisa menang atau tidak, jawabannya tergantung pada koalisi parpol yang nanti terbentuk dan pilihan pada sosok pendamping (cawapres),” ungkapnya.
Igor mengatakan, koalisi Gerindra-PKB atau PDIP-Gerindra sangat mungkin terwujud. “Begitu juga, duet antara Prabowo-Puan atau Prabowo-Muhaimin juga potensi terjadi. Tergantung nanti manuver elite politik di last minutes,” kata Igor.
Dia melanjutkan, berbeda dengan Prabowo yang elektabilitasnya bagus, figur seperti Muhaimin Iskandar dan Puan Maharani harus terus aktif melakukan kerja politik untuk menggenjot popularitas dan tingkat keterpilihannya. “Karena cawapres yang bagus itu, jika tidak bisa menaikkan elektabilitas, minimal tidak menurunkan elektabilitas sebagai pasangan calon (capres-cawapres) di 2024,” pungkasnya.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. “Agak berat dan sulit duet tersebut terlaksana. Karena kelihatannya Prabowo lebih firm dengan Puan. Namun jika dengan Puan tak deal, bisa saja Prabowo-Cak Imin tereksekusi,” kata Ujang kepada SINDOnews secara terpisah.
Menurut Ujang, belum tentu suara NU bermigrasi ke Prabowo. “Karena kita tahu, hubungan Cak Imin dengan Ketum PBNU saat ini tak bagus,” katanya.
Ujang pun membeberkan plus minus duet Prabowo - Muhaimin. “Plusnya pasangan nasionalis-Islam. Minusnya banyak yang kecewa pada Prabowo di pilpres lalu dan NU juga tak akan ke Cak Imin,” pungkasnya.
Bahkan, ratusan orang yang mengatasnamakan Barisan Prabowo-Gus Muhaimin telah mendeklarasikan kedua tokoh tersebut sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden 2024 di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Kota Bandung, Rabu (12/1/2022). Wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu DPP PKB Jazilul Fawaid belum lama ini mengungkapkan bahwa komposisi pasangan ini juga cukup ideal mewakili unsur nasionalis-religius, sipil-militer, dan tua-muda.
Selain itu, secara pribadi keduanya juga sudah cukup akrab, meskipun berbeda koalisi saat Pilpres 2019. Dari sisi politik, kedua tokoh juga merupakan ketua umum parpol sehingga lebih mudah melakukan konsolidasi ke struktur partai hingga tingkat bawah.
Bahkan, Jazilul menilai duet Prabowo - Muhaimin paket komplet. Lalu, seperti apa plus minus duet Prabowo - Muhaimin?
Direktur Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara melihat Prabowo Subianto selalu berada di tiga besar berdasarkan banyak hasil survei, selain Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. “Bedanya, potensi Prabowo maju lagi di Pilpres 2024 itu bukan sekadar halu, karena punya elektabilitas dan dukungan solid dari Partai Gerindra,” kata Igor kepada SINDOnews, Jumat (4/2/2022).
Menurut Igor, bisa dibilang sosok Prabowo adalah salah satu figur yang menjadi rebutan bagi tokoh lainnya untuk bisa berpasangan dengan mantan Danjen Kopassus tersebut. “Salah satunya adalah Ketum PKB Muhaimin Iskandar yang dianggap mewakili basis massa Islam tradisional (NU). Menurut saya, jika terwujud pasangan Prabowo-Muhaimin sangat menarik,” imbuhnya.
Karena, kata dia, sebelumnya Prabowo pernah berpasangan dengan kader PAN yaitu Hatta Rajasa yang mewakili unsur Islam modern Muhammadiyah. Namun, lanjut dia, Prabowo - Hatta kalah di Pilpres 2014.
“Jika Prabowo maju lagi sebagai capres 2024 itu bukan masalah bisa maju atau tidak, sebagaimana Ganjar atau Anies yang belum ada kepastian parpol pengusungnya. Masalah Prabowo sebagai capres 2024 adalah bisa menang atau tidak, jawabannya tergantung pada koalisi parpol yang nanti terbentuk dan pilihan pada sosok pendamping (cawapres),” ungkapnya.
Igor mengatakan, koalisi Gerindra-PKB atau PDIP-Gerindra sangat mungkin terwujud. “Begitu juga, duet antara Prabowo-Puan atau Prabowo-Muhaimin juga potensi terjadi. Tergantung nanti manuver elite politik di last minutes,” kata Igor.
Dia melanjutkan, berbeda dengan Prabowo yang elektabilitasnya bagus, figur seperti Muhaimin Iskandar dan Puan Maharani harus terus aktif melakukan kerja politik untuk menggenjot popularitas dan tingkat keterpilihannya. “Karena cawapres yang bagus itu, jika tidak bisa menaikkan elektabilitas, minimal tidak menurunkan elektabilitas sebagai pasangan calon (capres-cawapres) di 2024,” pungkasnya.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. “Agak berat dan sulit duet tersebut terlaksana. Karena kelihatannya Prabowo lebih firm dengan Puan. Namun jika dengan Puan tak deal, bisa saja Prabowo-Cak Imin tereksekusi,” kata Ujang kepada SINDOnews secara terpisah.
Menurut Ujang, belum tentu suara NU bermigrasi ke Prabowo. “Karena kita tahu, hubungan Cak Imin dengan Ketum PBNU saat ini tak bagus,” katanya.
Ujang pun membeberkan plus minus duet Prabowo - Muhaimin. “Plusnya pasangan nasionalis-Islam. Minusnya banyak yang kecewa pada Prabowo di pilpres lalu dan NU juga tak akan ke Cak Imin,” pungkasnya.
(rca)