Jokowi Ajak Pulang Ainun Najib, PCINU Inggris: Perlu Skema agar Khidmah Diaspora Santri Maksimal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Jokowi sempat menyebut nama kader muda Nahdlatul Ulama (NU) Ainun Najib saat pengukuhan PBNU masa khidmat 2022-2027 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (31/1/2022). Jokowi bahkan meminta kepada kiai untuk membujuk Ainun yang kini bekerja di Singapura untuk mau mengabdi di dalam negeri.
Sekretaris PCINU Inggris Raya/United Kingdom, Munawir Aziz mengaku ikut bangga dengan penyebutan nama Ainun Najib oleh Presiden Jokowi. Menurutnya, Ainun merupakan seorang santri sekaligus profesional yang memiliki khidmah luar biasa.
Menurutnya, selain Ainun Najib, masih ada ratusan santri nahdliyyin yang saat ini belajar dan bekerja di luar negeri. Mereka juga mempunyai keahlian di berbagai bidang, baik data scince, artificial intelligence, robotika, financial technology dan berbagai keahlian lain. Bahkan, ada sebagian diaspora santri yang juga profesor dan berpengaruh di berbagai kampus internasional. Beberapa praktisi juga menjadi experts di lembaga-lembaga internasional.
"Mereka sebenarnya siap khidmah, dan sangat mau diajak berjuang bersama-sama untuk mengabdi ke NU dan Indonesia," kata Munawir Aziz dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/2/2022).
Ia menyarankan kepada PBNU untuk menyiapkan skema agar khidmah bisa dilangsungkan dengan sistem digital yang terintegrasi. Ada komando tugas, koordinasi project, dan kemudian tim-tim kecil antardiaspora santri yang saling mendukung untuk membantu satu inovasi yang disiapkan PBNU.
"Kalau basic-nya tugas/project dengan tenggat waktu yang jelas dan koordinasi teknis yang rapi, maka di mana pun khidmahnya akan memungkinkan. Bisa jadi, timnya dari Singapura, Jepang, Jerman, Belanda, Inggris, Amerika, Australia, atau negara mana pun. Tapi, tetap dikomando dan diorkestrasi oleh PBNU," katanya.
Munawir Aziz mengatakan, pulang ke Indonesia atau tidak merupakan pilihan dari masing-masing individu diaspora. Namun ia memandang akan lebih baik jika para diaspora diberikan waktu 5-10 untuk mengembara ke berbagai negara untuk memaksimalkan jaringan sembari menapaki karir profesional di berbagai bidang.
Baca juga: Profil Ainun Najib, Ahli Sains dan Teknologi NU yang Diminta Pulang Jokowi
Meskipun berada di luar negeri, para diaspora tetap bisa berkhidmah untuk NU dan Indonesia. Kuncinya,
adanya target dan sistem koordinasi yang jelas, komunikasi yang rapi, dan baseline project-nya realistis dan do-able, maka para diaspora santri akan bisa menyesuaikan ritme untuk khidmah.
Sebagai contoh, diaspora India dan China di berbagai negara justru melebarkan sayap dan menapaki karir. Mereka diminta berkontribusi, tanpa harus diwajibkan pulang. Para diaspora ini tetap bisa berkarir dan bisa membantu negaranya."Sesekali bisa pulang untuk koordinasi, tapi memang harus ada sebagian yang menguatkan networking di luar negeri," katanya.
Munawir menegaskan, PCINU Inggris Raya siap berkhidmah untuk transformasi digital dan inovasi PBNU saat ini dan mendatang. Ada puluhan santri yang ahli di lintas bidang. Sebagian sudah bergelar profesor, sebagian peneliti ahli di kampus-kampus Inggris, sebagian lagi praktisi di perusahaan-perusahaan internasional.
"Begitu juga dengan PCINU lainnya. Kalau didata secara serius, ada ratusan diaspora santri yang punya keahlian bidang sains, dan bidang-bidang lain, dan siap mengabdi," katanya.
Sekretaris PCINU Inggris Raya/United Kingdom, Munawir Aziz mengaku ikut bangga dengan penyebutan nama Ainun Najib oleh Presiden Jokowi. Menurutnya, Ainun merupakan seorang santri sekaligus profesional yang memiliki khidmah luar biasa.
Menurutnya, selain Ainun Najib, masih ada ratusan santri nahdliyyin yang saat ini belajar dan bekerja di luar negeri. Mereka juga mempunyai keahlian di berbagai bidang, baik data scince, artificial intelligence, robotika, financial technology dan berbagai keahlian lain. Bahkan, ada sebagian diaspora santri yang juga profesor dan berpengaruh di berbagai kampus internasional. Beberapa praktisi juga menjadi experts di lembaga-lembaga internasional.
"Mereka sebenarnya siap khidmah, dan sangat mau diajak berjuang bersama-sama untuk mengabdi ke NU dan Indonesia," kata Munawir Aziz dalam keterangan tertulisnya, Kamis (3/2/2022).
Ia menyarankan kepada PBNU untuk menyiapkan skema agar khidmah bisa dilangsungkan dengan sistem digital yang terintegrasi. Ada komando tugas, koordinasi project, dan kemudian tim-tim kecil antardiaspora santri yang saling mendukung untuk membantu satu inovasi yang disiapkan PBNU.
"Kalau basic-nya tugas/project dengan tenggat waktu yang jelas dan koordinasi teknis yang rapi, maka di mana pun khidmahnya akan memungkinkan. Bisa jadi, timnya dari Singapura, Jepang, Jerman, Belanda, Inggris, Amerika, Australia, atau negara mana pun. Tapi, tetap dikomando dan diorkestrasi oleh PBNU," katanya.
Munawir Aziz mengatakan, pulang ke Indonesia atau tidak merupakan pilihan dari masing-masing individu diaspora. Namun ia memandang akan lebih baik jika para diaspora diberikan waktu 5-10 untuk mengembara ke berbagai negara untuk memaksimalkan jaringan sembari menapaki karir profesional di berbagai bidang.
Baca juga: Profil Ainun Najib, Ahli Sains dan Teknologi NU yang Diminta Pulang Jokowi
Meskipun berada di luar negeri, para diaspora tetap bisa berkhidmah untuk NU dan Indonesia. Kuncinya,
adanya target dan sistem koordinasi yang jelas, komunikasi yang rapi, dan baseline project-nya realistis dan do-able, maka para diaspora santri akan bisa menyesuaikan ritme untuk khidmah.
Sebagai contoh, diaspora India dan China di berbagai negara justru melebarkan sayap dan menapaki karir. Mereka diminta berkontribusi, tanpa harus diwajibkan pulang. Para diaspora ini tetap bisa berkarir dan bisa membantu negaranya."Sesekali bisa pulang untuk koordinasi, tapi memang harus ada sebagian yang menguatkan networking di luar negeri," katanya.
Munawir menegaskan, PCINU Inggris Raya siap berkhidmah untuk transformasi digital dan inovasi PBNU saat ini dan mendatang. Ada puluhan santri yang ahli di lintas bidang. Sebagian sudah bergelar profesor, sebagian peneliti ahli di kampus-kampus Inggris, sebagian lagi praktisi di perusahaan-perusahaan internasional.
"Begitu juga dengan PCINU lainnya. Kalau didata secara serius, ada ratusan diaspora santri yang punya keahlian bidang sains, dan bidang-bidang lain, dan siap mengabdi," katanya.
(abd)