Profil Batalyon Raider 303, Pasukan Elite TNI AD Tempat Almarhum Pratu Sahdi Bertugas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Seorang anggota TNI AD Pratu Sahdi,22, tewas dikeroyok sejumlah preman di Penjaringan, Jakarta Utara pada Minggu, 16 Januari 2022. Pratu Sahdi tercatat sebagai anggota Batalyon Infanteri Raider 303/Setia Sampai Mati (SSM) yang bermarkas di Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Batalyon Raider 303/Setia Sampai Mati yang memiliki lambang tengkorak putih tempat Pratu Sahdi bertugas ini memiliki sejarah panjang. Seperti diketahui, pasca Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, di Yogyakarta para pemuda membentuk badan-badan perjuangan bersenjata yang diberi nama Batalyon Markas Tertinggi (BMT) yang langsung di bawah Komandan Batalyon Mayor Inf Sudarto dengan kekuatan 2 Kompi Senapan dan 1 Kompi Markas.
Kemudian Batalyon MBT ini pada 1948 berubah menjadi Batalyon IV/ Batalyon Korps Reverse Umum (KRU) Z Brigade XIV Siliwangi di bawah pimpinan Kapten Inf Nasuhi. Selama pembentukannya, batalyon ini telah banyak menorehkan prestasi di antaranya, berhasil merampas senjata LE dari tangan penyelundup di Pantai Tegal. Jumlah senjata yang dirampas cukup mempersenjatai 1 Resimen. Hingga 1945 batalyon ini lengkap dengan kekuatan 4 Kompi senapan dan 1 Kompi Staf.
Selanjutnya pada November 1948 pasukan mengadakan konsolidasi di Magelang, kemudian kesatuan ini menjadi organik Siliwangi dan menjadi Batalyon IV/KRU Z Brigade. Selanjutnya pada 19 Desember 1948 pasukan long march menuju Jawa Barat. Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda, pasukan di bawah pimpinan Mayor Inf A. Nasuhi ini mengadakan konsolidasi. Hasilnya, satuan ini dipecah menjadi dua Batalyon antara lain, Batalyon C yang sekarang menjadi Batalyon Infanteri 305/Tengkorak dan Batalyon D lalu menjadi Batalyon Infanteri 303/Setya Perlaya.
Pada 1 September 1949 akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir Batalyon Infanteri 303. Nama Batalyon ini sendiri sempat mengalami beberapa kali pergantian dari Batalyon D, Batalyon 123 dan Batalyon 303/Setya Perlaya. Serta terakhir pada Juni 1987 berubah lagi menjadi Batalyon Infanteri 303/Setia Sampai Mati hingga saat ini. Bersama dengan Yonif 321/Raider, Majalengka dan Yonif 323/Raider, Ciamis, Batalyon 303/Setia Sampai Mati kini berada di bawah kendali komando Brigade Infanteri 13/Galuh, Divisi Infanteri 1/Kostrad.
Batalyon Raider ini juga telah banyak terlibat dalam operasi tempur. Tak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Salah satunya, saat 390 anggota pasukan terlibat dalam Kontingen Garuda XII-D di bawah PBB menjadij pasukan penjaga perdamaian di Kamboja. Salah satu tokoh militer yang pernah menjabat sebagai Komandan pasukan ini adalah Mayjen TNI Purn Kivlan Zein periode 1986-1987.
Raider merupakan salah satu pasukan elite TNI AD. Setiap prajurit Raider memiliki kemampuan kemampuan operasi di semua medan laga yakni, di kota, hutan, gunung, sungai, rawa, laut, pantai, dan udara. Setiap prajurit Raider menguasai 3 kemampuan yakni, kemampuan sebagai pasukan antiteroris untuk pertempuran jarak dekat. Kemampuan sebagai pasukan lawan gerilya dengan mobilitas tinggi, dan Kemampuan untuk melakukan pertempuran-pertempuran panjang.
Batalyon Raider 303/Setia Sampai Mati yang memiliki lambang tengkorak putih tempat Pratu Sahdi bertugas ini memiliki sejarah panjang. Seperti diketahui, pasca Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, di Yogyakarta para pemuda membentuk badan-badan perjuangan bersenjata yang diberi nama Batalyon Markas Tertinggi (BMT) yang langsung di bawah Komandan Batalyon Mayor Inf Sudarto dengan kekuatan 2 Kompi Senapan dan 1 Kompi Markas.
Kemudian Batalyon MBT ini pada 1948 berubah menjadi Batalyon IV/ Batalyon Korps Reverse Umum (KRU) Z Brigade XIV Siliwangi di bawah pimpinan Kapten Inf Nasuhi. Selama pembentukannya, batalyon ini telah banyak menorehkan prestasi di antaranya, berhasil merampas senjata LE dari tangan penyelundup di Pantai Tegal. Jumlah senjata yang dirampas cukup mempersenjatai 1 Resimen. Hingga 1945 batalyon ini lengkap dengan kekuatan 4 Kompi senapan dan 1 Kompi Staf.
Selanjutnya pada November 1948 pasukan mengadakan konsolidasi di Magelang, kemudian kesatuan ini menjadi organik Siliwangi dan menjadi Batalyon IV/KRU Z Brigade. Selanjutnya pada 19 Desember 1948 pasukan long march menuju Jawa Barat. Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda, pasukan di bawah pimpinan Mayor Inf A. Nasuhi ini mengadakan konsolidasi. Hasilnya, satuan ini dipecah menjadi dua Batalyon antara lain, Batalyon C yang sekarang menjadi Batalyon Infanteri 305/Tengkorak dan Batalyon D lalu menjadi Batalyon Infanteri 303/Setya Perlaya.
Pada 1 September 1949 akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir Batalyon Infanteri 303. Nama Batalyon ini sendiri sempat mengalami beberapa kali pergantian dari Batalyon D, Batalyon 123 dan Batalyon 303/Setya Perlaya. Serta terakhir pada Juni 1987 berubah lagi menjadi Batalyon Infanteri 303/Setia Sampai Mati hingga saat ini. Bersama dengan Yonif 321/Raider, Majalengka dan Yonif 323/Raider, Ciamis, Batalyon 303/Setia Sampai Mati kini berada di bawah kendali komando Brigade Infanteri 13/Galuh, Divisi Infanteri 1/Kostrad.
Batalyon Raider ini juga telah banyak terlibat dalam operasi tempur. Tak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Salah satunya, saat 390 anggota pasukan terlibat dalam Kontingen Garuda XII-D di bawah PBB menjadij pasukan penjaga perdamaian di Kamboja. Salah satu tokoh militer yang pernah menjabat sebagai Komandan pasukan ini adalah Mayjen TNI Purn Kivlan Zein periode 1986-1987.
Raider merupakan salah satu pasukan elite TNI AD. Setiap prajurit Raider memiliki kemampuan kemampuan operasi di semua medan laga yakni, di kota, hutan, gunung, sungai, rawa, laut, pantai, dan udara. Setiap prajurit Raider menguasai 3 kemampuan yakni, kemampuan sebagai pasukan antiteroris untuk pertempuran jarak dekat. Kemampuan sebagai pasukan lawan gerilya dengan mobilitas tinggi, dan Kemampuan untuk melakukan pertempuran-pertempuran panjang.
(cip)