Pengamat Beberkan Perbedaan Kasus Rasialis Flyod di Amerika dan Papua

Selasa, 09 Juni 2020 - 19:44 WIB
loading...
Pengamat Beberkan Perbedaan Kasus Rasialis Flyod di Amerika dan Papua
Aksi demonstrasi masyarakat Papu yang berujung pada kerusuhan pada akhir 2019. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dalam sejarah rasisme di dunia, sistem rasialis tidak terjadi dengan sendirinya namun dikonstruksi dengan beberapa alasan karena kepentingan ekonomi dan politik.

Analis Papua Adriana Elisabeth menilai, ketidakpahaman mengenai kompleksitas sistem rasialisme berpotensi menimbulkan distrust dan konflik. Salah satu kasus yang muncul beberapa minggu lalu di AS atau kasus Floyd menjadi contoh persoalan perbedaan ras/warna kulit masih potensial menjadi gerakan sosial yang memancing solidaritas ke banyak negara. (Baca juga:Kasus Rasial di Amerika Jangan Dibawa ke Tanah Papua)

”Kekeliruan logika (false binary) dalam kasus ini mengarah pada pemahaman bahwa perbedaan rasial terbatas pada warga kulit padahal yang membedakan adalah perspektif,” katanya dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Selasa (9/6/2020). (Baca juga: Tokoh Papua Apresiasi Atas Perhatian Pemprov dan Polda Jateng)

Menurut dia, kasus Floyd berdekatan dengan dua peristiwa di Indonesia terkait hasil putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang mengalahkan Presiden dan Menkominfo atas kebijakan pelambatan/pemutusan internet di Papua dan Papua Barat dalam demo dan kerusuhan berseri 2019. Peristiwa lain adalah tuntutan jaksa terhadap 7 tahanan politik (Tapol) di PN Balikpapan.

”Apakah rasialis di AS bisa dianalogikan dengan kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya pada Agustus 2019? Terdapat perbedaan akar masalah antara kasus Minesota dan Surabaya karena persoalan Surabaya yang disusul dengan demo dan kerusuhan antirasisme merupakan akumulasi persoalan masa lalu dan masalah-masalah pembangunan yang belum sepenuhnya dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Papua,” ucapnya.

Dengan kata lain, sambung dia, kasus rasialis yang muncul merupakan “percikan api” dari “bara api” yang belum bisa dipadamkan.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.1485 seconds (0.1#10.140)