Terungkap! Agen Mossad Israel Pernah Tes Intel Indonesia: 15 Menit Tekuk Musuh

Minggu, 12 Desember 2021 - 05:30 WIB
loading...
Terungkap! Agen Mossad Israel Pernah Tes Intel Indonesia: 15 Menit Tekuk Musuh
Israel pernah mengirimkan agen Mossad untuk melatih intelijen militer Indonesia. Foto/ilustrasi.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Indonesia memang tak pernah menjalin hubungan secara resmi dengan Israel . Tetapi itu bukan berarti Indonesia sama sekali tak pernah berhubungan dengan Negeri Zionis tersebut.

Sekurangnya di masa paling awal Orde Baru , Presiden Soeharto pernah menghubungi Israel yang direspons dengan pengiriman tim Mossad dari Singapura ke Jakarta. Tujuan mereka adalah melatih intelijen Indonesia, secara khusus untuk melacak para anggota PKI. Hal itu ditulis Dan Raviv dan Yossi Melman, dua wartawan berdarah Israel dalam buku berjudul Evey Spy a Prince: The Complete History of Israel’s Intelligence Community.

Lembaga intelijen resmi Indonesia waktu itu adalah adalah Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin). Menurut Kenneth J Conboy dalam buku Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia, setelah tiga bulan menjabat sebagai kepala Bakin, Yoga Soegomo dimutasi sebagai kepala intelijen Departemen dan Keamanan sekaligus kepala STI Kopkamtib serta Direktur Pusat Intelijen Strategis. Pengganti Yoga yakni Mayjen Sutopo Juwono.

Sutopo bukan orang baru di dunia telik sandi Indonesia. Mantan perwira Peta ini telah malang-melintang di intelijen sejak zaman Badan Rahasia Negara Indonesia atau Brani. Dia memulai kariernya di Bakin pada 10 Maret 1969. David Jenkins dalam tulisannya Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer di Indonesia 1975-1983 menyebut Sutopo termasuk dalam kelompok inti di sekitar Pak Harto pada pertengahan 70-an. Sutopo yang kemudian menembus pangkat letjen dipaksa lengser setelah Peristiwa Malari 1974.



Di bawah Sutopo terdapat dua deputi operasional, yang keduanya alumni Polisi Militer. Deputi I Brigjen Poerwosoenoe, bertugas menangani masalah-masalah keamanan negara. Adapun Deputi II Kolonel Nichlany Soedarjo, sosok yang ternyata pemain penting dalam intelijen militer.

“Pada awal 1965, dia (Nichlany) mengawasi pembentukan suatu unit intelijen khusus di tubuh Polisi Militer. Unit bernama Detasemen Pelaksana Intelijen Polisi Militer atau Den Pintel Pom ini memiliki tujuan tidak tertulis untuk melacak jejak para anggota PKI,” kata Ken.

Nichlany yang di awal 1968 menjabat sebaga wakil asisten intelijen Kopkamtib secara diam-diam mengatakan kepada tokoh-tokoh kunci Den Pintel Pom soal perlunya suatu unit baru yang bertugas khusus menangani kontra intelijen asing. Pada perjalanannya terbentuklah suatu formasi unik dalam unit yang diresmikan pada 16 November 1968, namanya Satuan Khusus Pelaksana Intelijen atau Satsus Pintel atau populer disebut Satsus Intel.

Terungkap! Agen Mossad Israel Pernah Tes Intel Indonesia: 15 Menit Tekuk Musuh

Nichlany Soedarjo, sosok penting dalam perkembangan intelijen militer Indonesia. Foto/flickr Zahra Nichlany

Uniknya lagi, satuan mata-mata memperoleh bantuan sejumlah negara. Sebut saja Amerika Serikat. Selain penyediaan dana operasi, AS juga memberikan pelatihan-pelatihan. Pada September 1969, CIA mengirimkan instruktur kawakan Richard Fortin untuk memberikan pelatihan teknik pengintaian dasar selama dua minggu. Materinya mencakup keahlian bagaimana membuntuti kendaraan diam-diam, menyamar dan menangani para agen.

Meskipun sponsor utama, AS bukanlah satu-satunya pihak asing yang memberi bantuan kepada Satsus Intel. Pada akhir 1969, Dinas Intelijen Inggris, MI6, mengirim seorang personelnya untuk memberikan pelatihan cara menangani agen. Pada November 1970, seorang warga Inggris, Anthony Tingle, juga datang memberikan pelatihan selama empat minggu mengenai teknik pengumpulan informasi.

“Jika paspornya diabaikan, Tingle sebenarnya seorang brigadir Israel berusia 50 tahun dan bekerja untuk Badan Intelijen Israel, Mossad,” ucap Ken, lulusan Georgetown University School of Foreign Services yang pernah bekerja di perusahaan konsultan keamanan di Jakarta.

Dilatih agen Israel bukan perkara mudah. Indonesia negara dengan penduduk mayoritas Muslim dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Tetapi Nichlany berkeras. “Kita akan mendatangkan instruktur dari Israel karena mereka yang terbaik di dunia,” katanya.



15 Menit Rayu Musuh

Pada Mei 1981 setelah peristiwa pembajakan Pesawat Garuda DC 9 di Bangkok, Bakin mengalami reorganisasi besar-besaran. Dari tujuh deputi, disusutkan menjadi empat.

Ketika Benny Moerdani diangkat sebagai Panglima ABRI, Pusat Intelijen Strategis diperluas menjadi Badan Intelijen Strategis (Bais). Dengan adanya atase militer di berbagai negara yang harus melapor ke Bais, jangkauan internasional lembaga ini menjadi luar biasa.

Keberadaan Bais tak urung mengebiri Bakin. Moerdani dari awal memang ingin melawan Bakin setelah intuisinya mencium ada campur tangan rahasia intelijen pemerintah di balik pembajakan Woyla. Keberadaan Bakin yang seolah meredup tentu sangat berbeda ketika pada awal-awal dibentuk pada 22 Mei 1967.

“Militerisasi Bakin yang terjadi pada awal pembentukannya ditandai dengan penempatan langsung Bakin di bawah kepemimpinan Soeharto yang dibantu oleh para perwira militer, seperti Soedirgo dan Yoga Soegomo,” kata Andi Widjajanto dalam bukunya Hubungan Intelijen-Negara.



Di saat Bais makin mencorong, Bakin merasa perlu mempertahankan kedudukannya. Pada awal 1983, seorang penasihat Israel tiba di Jakarta untuk mengajarkan teknik intelijen kepada lima pejabat junior terpilih guna penugasan di luar negeri.

Pada Juli, kandidat Bakin gelombang pertama mengunjungi Israel untuk mendapatkan pelatihan tambahan selama enam minggu tentang cara menangani agen. Pelatihan ini menekankan aspek improvisasi.

Salah satu agen intelijen Bakin yang dilatih Mossad itu mengenang bagaimana mereka dididik. Selama 15 kali kesempatan, instruktur mengajaknya ke hotel mewah dan menunjuk seorang asing yang duduk sendirian di lobi.

“Saya hanya punya waktu 15 menit untuk mengarang sebuah cerita, memperkenalkan diri dan meyakinkan orang ersebut untuk bertemu lagi dengan saya di lobi jam tujuh malam itu. Jika target menunggu malam itu, saya lulus,” ucapnya, ditulis Ken.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5695 seconds (0.1#10.140)