Transformasi Struktural dan SDM

Senin, 06 Desember 2021 - 18:03 WIB
loading...
Transformasi Struktural dan SDM
Prof Candra Fajri Ananda. FOTO/DOK.SINDOnews
A A A
Prof Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

PANDEMI telah berhasil memaksa kita semua pada banyak perubahan tatanan kehidupan dari aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Pandemi menjadi pintu menuju transformasi kehidupan, dari serba manual menuju penuh digital. Konsekuensi dari munculnya digitalisasi adalah peran teknologi menjadi kunci dalam pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat.

Pengembangan ekonomi dan bisnis yang menggunakan teknologi mendorong munculnya kegiatan ekonomi kreatif dan transaksi dan perdagangan digital bahkan muncul uang digital yang mendorong munculnya pinjaman online yang perkembangannya bahkan sangat di luar dugaan banyak orang.

Dampak luas pandemi memaksa dunia melakukan transformasi digital lebih cepat, serta mendorong sektor industri turut berubah dan beradaptasi dengan cepat. Digitalisasi industri memang menjanjikan, yakni meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah yang memberikan peluang untuk berkembang, bahkan melompat. Meski demikian, harus disadari bahwa transformasi digital dapat menghadirkan digital paradoks.

Oleh sebab itu, transformasi digital harus mendukung pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan yang salah satunnya dengan memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM). Pergeseran sektor Industri tersebut perlu direspon secara cepat pula oleh dunia pendidikan untuk dapat menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki kualifikasi standar yang tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja dan industri.

Transformasi teknologi sejatinya tak hanya diperlukan oleh sektor industri saja, namun juga dalam sektor pertanian. Inovasi teknologi pertanian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian, mengingat bahwa peningkatan produksi melalui perluasan lahan (ekstensifikasi) sulit diterapkan di Indonesia, di tengah-tengah konversi lahan pertanian produktif ke non-pertanian kian meluas.

Revolusi pertanian perlu didorong oleh penemuan berbagai mesin, bibit baru, termasuk penggunaan AI (artificial intelligence) dalam pengelolaan produksi termasuk perawatan produk pertanian. Tanpa dukungan teknologi maka produktivitas pertanian akan terancam mengalami penurunan karena merosotnya kesuburan tanah atau kerusakan yang kian meningkat oleh hama penyakit.

Peningkatan kualitas SDM menjadi lebih penting, mengingat tuntutan kemajuan teknologi adalah SDM yang unggul dan cocok bagi pengembangan teknologi itu sendiri. Kita tahu bahwa SDM yang baik dan unggul akan dihasilkan oleh institusi Pendidikan yang baik juga, terutama institusi menengah atas dan Pendidikan tinggi, seperti SMK, vokasi atau sarjana. Dengan demikian Perguruan Tinggi yang berkualitas, perlu ada di setiap wilayah/provinsi untuk mendukung pengembangan teknologi yang lebih merata dan tentu akan membantu pembangunan yang inklusi di Indonesia.

Sinkronisasi Kurikulum dan Kebutuhan Pasar Tenaga Kerja
Berdasarkan Global Human Capital Index oleh World Economic Forum (WEF) 2017, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi 65 dari 130 negara. Angka tersebut tertinggal dibandingkan Malaysia (peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam (peringkat 64). Di sisi lain, produktivitas tenaga kerja Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 81,9 juta rupiah/orang pada tahun 2017 menjadi 84,07 juta rupiah/orang pada tahun 2018.

Meski demikian, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum merespon perkembangan kebutuhan pasar kerja merupakan salah satu penyebab produktivitas dan daya saing Indonesia masih tertinggal.

Berdasarkan data Sakernas (2019), proporsi pekerja pada bidang keahlian menengah dan tinggi di Indonesia hanya sekitar 40,60%, lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sementara itu, pekerja masih didominasi lulusan SMP ke bawah (57,54% atau 72,79 juta orang). Tenaga kerja handal yang belum tersedia menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masih terjadinya mismatch antara penyediaan layanan pendidikan, termasuk pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar kerja.

Sekolah vokasi adalah salah satu wadah yang efektif untuk mencetak generasi dengan berbagai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Sekolah vokasi juga menjadi program pendidikan bagi para siswa-siswi maupun mahasiwa agar memiliki keahlian khusus di bidang yang ditekuninya sehingga nantinya dapat melahirkan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bersaing. Oleh sebab itu, di era Revolusi Industri 4.0 ini, mutu dan relevansi pendidikan tinggi vokasi terhadap industri perlu ditingkatkan, agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan tenaga profesional dalam industri yang terus dinamis.

Begitu juga dengan program studi yang dikembangkan pada jenjang pendidikan tinggi. Peranan pendidikan tinggi sangat signifikan sebagai penggerak dalam meningkatkan SDM. Sebab pendidikan tinggi sendiri bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam memasuki dunia kerja dan karir serta mempersiapkan peserta didik untuk dapat berinteraksi dan hidup dengan baik di dalam masyarakat. Ironisnya, fakta menunjukkan bahwa pendidikan yang ada pada jenjang perguruan tinggi belum sepenuhnya mampu menjawab potensi dan kebutuhan pasar kerja.

Saat ini, persoalan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan tinggi bukan sekedar menitikberatkan pada persoalan mutu saja, tetapi juga masalah relevansi antara content yang diberikan kepada peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja agar lulusannya siap memasuki dunia kerja. Kedepan, tentu reformasi di bidang Pendidikan tidak bisa lagi diundur dan perlu dikerjakan secara serius, terutama up grading kurikulum dan para pengajar yang tidak hanya mengejar gelar master atau doktor, tetapi juga mendorong untuk memiliki sertifikasi dengan keahlian tertentu.

SDM dan Pemerataan Ekonomi
Sebagaimana uraian diatas, SDM selain penting untuk pengembangan teknologi, juga merupakan aset yang penting bagi negara. SDM yang berkualitas akan mendorong derap pembangunan lebih cepat, yang pada akhirnya akan menjadi mesin penggerak pertumbuhan untuk mengejar ketertinggalan daerah tersebut.

Sebaliknya, jika SDM kurang berkualitas dan berkeahlian, maka mereka akan menjadi beban pembangunan dan tidak mampu berpartisipasi pada pembangunan yang dilakukan. Oleh sebab itu, investasi dalam modal manusia (human capital) adalah wajib untuk meningkatkan kualitas SDM, menurunkan angka kemiskinan, dan mengurangi ketimpangan wilayah.

Saat ini, dalam suasana masih ada kebimbangan pada pandemi, Indonesia perlu bergegas mempersiapkan dan menetapkan langkah dalam meningkatkan daya saing, talenta, dan kualitas SDM-nya, jika tidak, kita akan tertinggal kereta perubahan yang saat ini sudah berangkat dan tanpa harus menunggu SDM kita harus melompat ke dalam kereta dan berfusi dengan perubahan menuju Indonesia yang lebih baik, lebih maju untuk seluruh warga bangsa, kita pasti bisa, semoga.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1707 seconds (0.1#10.140)