Arya Sinulingga Ungkap Strategi Komunikasi BUMN dengan Media

Sabtu, 27 November 2021 - 15:11 WIB
loading...
Arya Sinulingga Ungkap Strategi Komunikasi BUMN dengan Media
Webinar Corporate Communications Talk: How Do State Owned Enterprises Handle The Media? yang digelar oleh The Iconomics. FOTO/TANGKAPAN LAYAR
A A A
JAKARTA - Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Komunikasi Publik Arya Sinulingga menekankan bahwa transparansi informasi adalah hal yang dibutuhkan oleh Kementerian BUMN . Semua kebijakan dan hal-hal yang menjadi pertanyaan publik harus disampaikan secara tuntas, sehingga informasi tidak liar dan menjadi isu yang tidak baik.

Arya mencontohkan Kementerian BUMN yang tidak pernah menghindari media. Sebab, menghindari media adalah kesalahan karena sudah semestinya menjalin hubungan erat dengan media. "Langkah lain dalam menjalin hubungan dengan teman-teman (media) adalah dengan sering mengadakan forum atau menciptakan wadah komunikasi dengan media secara intens, karena kunci dari komunikasi Kementerian BUMN adalah keterbukaan informasi kepada publik," kata Arya Sinulingga dalam Webinar Corporate Communications Talk: "How Do State Owned Enterprises Handle The Media?" yang digelar oleh The Iconomics.

Di era sosial media, Kementerian dan BUMN harus masuk ke seluruh saluran yang ada, seperti Twitter, Instagram, Facebook, bahkan Tiktok untuk penyaluran informasi kepada publik. "Dalam adaptasi teknologi mau tidak mau seorang corporate communication perusahaan BUMN harus beradaptasi dengan platform teknologi yang berkembang saat ini," ujarnya.

Baca juga: Tak Mau Rangkap Jabatan, Arya Sinulingga Lepas Komisaris Inalum

Corsec BRI Aestika Oryza Gunarto menyampaikan, strategi komunikasi Bank BRI adalah memahami substansi dan narasi dalam penyampaian pesan atau pertanyaan daru media. Setidaknya ada tiga tips yang dilakukan, Corporate Communication Bank BRI, yakni selalu menjawab pertanyaan dari media dengan relevan, informatif, dan dengan narasi yang kuat.

"Kedua, Corcomm melakukan pendekatan personal dengan awak media melalui berbagai macam acara seperti gathering, olahraga bersama, media visit, dan selalu berusaha ikut meningkatkan mutu jurnalistik di Indonesia melalui pemberian beasiswa, penghargaan jurnalistik. Ketiga, adalah menerapkan komunikasi yang luwes dengan para stakeholder," katanya.

Wakil Ketua III Perhumas Boy Kelana Soebroto menyampaikan era next normal menuntut seorang praktisi PR dan Corcomm yang mampu beradaptasi memanfaatkan transformasi digital. Ada 3 rumus yang dibagikan oleh Boy, yakni rumus 3A: Adapt, Adopt, dan Adept.

Pada awal 2021 tingkat pengguna aktif media sosial 170 juta penduduk Indonesia. Masyarakat juga sangat intens menghabiskan waktunya dengan sosial media. Hal ini menuntut seorang PR beradaptasi dengan teknologi dalam menyampaikan informasi kepada publik.

Baca juga: Raih Suara Tertinggi, Arya Sinulingga Makin Mantap Jadi MWA USU

"Seorang praktisi PR/Corcomm harus aktif dengan teman-teman media, baik itu jurnalis, editor, pimpinan redaksi, bahkan dengan institusi. Hubungan baik dengan media harus terus dibangun terus, sehingga informasi-informasi itu tidak ada yang miss interpretasi," kata Boy.

Sementara praktisi media, Tri Agung Kristianto menjelaskan perbedaan antara media arus tama dan media sosial. Media arus utama turun ke lapangan membuktikan informasi yang didapat. Setelah mendapatkan fakta di lapangan, maka informasi itu diolah dengan otak, sebelumnya akhirnya disajikan kepada publik.

"Satu nilai yang tidak mungkin dimiliki oleh media-media sosial atau media percakapan, bahkan mungkin oleh jurnalisme warga, yaitu nilai-nilai moralitas," katanya.

Menurut Tri Agung Kristianto, media arus utama terikat dengan moralitas dan karena itu dia tidak bisa sembarangan membuat berita, mendistribusikan informasi yang dimiliki. Wartawan tidak boleh berbohong karena ada kode etik jurnalistik. Terdapat 10 elemen jurnalisme yang mengendalikannya, di samping Undang-Undang Pers.

Sementara, Founder & CEO The Iconomics Bram S Putro mengatakan mengingatkan juga agar hubungan antara humas dengan media harus dilakukan secara berkelanjutan. Tidak hanya menghubungi saat membutuhkan saja. "Bagaimana pun wartawan adalah teman dengan koridor profesionalitas tetap yang utama," katanya.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1090 seconds (0.1#10.140)