Terbuka Bagi Seluruh WNI, Hary Tanoesoedibjo: Ini 3 Esensi Digelarnya Konvensi Rakyat Partai Perindo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Persatuan Indonesia Hary Tanoesoedibjo menyebutkan terdapat tiga esensi mengapa Konvensi Rakyat Partai Perindo harus dilaksanakan. "Kenapa Konvensi Rakyat harus diadakan, ada tiga ensensi di sini yang sangat penting," kata Hary dalam pidato saat Peresmian Konvensi Rakyat Partai Perindo di Jakarta Concert Hall, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (25/11/2021).
Pertama Konvensi Rakyat ini menunjukkan bahwa Partai Perindo adalah partai yang inklusif. "Partai yang terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, sepanjang mereka adalah warga negara Indonesia dan yang tentunya memiliki kapasitas," tegas Hary yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina dan Pengarah Konvensi Rakyat Partai Perindo itu.
Kedua, Konvensi Rakyat Partai Perindo memberikan kesempatan bagi seluruh putra dan putri bangsa Indonesia untuk menjadi wakil rakyat yang mumpuni. Konvensi Rakyat Partai Perindo, kata Hary, terbuka luas untuk semua Warga Negara Indonesia, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, karena pelaksanaanya berbasis digital.
"Beda dengan pelaksanaan secara offline, konvensional yang tentunya itu akan terbatas, tentunya dengan jangkauan di mana kita dapat melayani," kata Hary.
Ketiga, Konvensi Rakyat Partai Perindo juga memberikan suatu kemungkinan yang lebih maksimal bahwa nantinya wakil-wakil rakyat Partai Perindo di dewan, baik itu parlemen di tingkat nasional, provinsi maupun tingkat kabupaten/kota adalah wakil-wakil rakyat yang memang memiliki kapasitas dan dapat memperjuang aspirasi dari rakyat.
Sementara itu, Ketua Bersama Komite Eksekutif Konvensi Rakyat Angela Herliani Tanoesoedibjo mengatakan ruang demokrasi di dunia digital telah ada. Namun, Konvensi Rakyat memiliki perbedaan fundamental.
"Ruang-ruang berdemokrasi di dunia digital sesungguhnya telah ada di berbagai ruang siber atau Internet. Namun, Konvensi Rakyat memiliki perbedaan fundamental, yaitu sebuah gagasan demokrasi digital yang memiliki tempat yang terlembaga, terarah, dan dengan tujuan yang terukur," kata Angela.
Angela menambahkan bahwa pencalonan berbasis teknologi informasi untuk meruntuhkan sekat antar kelompok, suku, agama, ras, dan juga kelas ekonomi. "Pencalonan berbasis teknologi informasi secara alamiah akan meruntuhkan sekat antarkelompok, suku, agama, ras dan juga kelas ekonomi. Inilah yang menjadi semangat dan esensi demokrasi digital bahwa cita-cita, inklusivitas, akuntabilitas, demokrasi substantif dan partisipatif dapat tercapai melalui Konvensi Rakyat," imbuhnya.
Pertama Konvensi Rakyat ini menunjukkan bahwa Partai Perindo adalah partai yang inklusif. "Partai yang terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, sepanjang mereka adalah warga negara Indonesia dan yang tentunya memiliki kapasitas," tegas Hary yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina dan Pengarah Konvensi Rakyat Partai Perindo itu.
Kedua, Konvensi Rakyat Partai Perindo memberikan kesempatan bagi seluruh putra dan putri bangsa Indonesia untuk menjadi wakil rakyat yang mumpuni. Konvensi Rakyat Partai Perindo, kata Hary, terbuka luas untuk semua Warga Negara Indonesia, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, karena pelaksanaanya berbasis digital.
"Beda dengan pelaksanaan secara offline, konvensional yang tentunya itu akan terbatas, tentunya dengan jangkauan di mana kita dapat melayani," kata Hary.
Ketiga, Konvensi Rakyat Partai Perindo juga memberikan suatu kemungkinan yang lebih maksimal bahwa nantinya wakil-wakil rakyat Partai Perindo di dewan, baik itu parlemen di tingkat nasional, provinsi maupun tingkat kabupaten/kota adalah wakil-wakil rakyat yang memang memiliki kapasitas dan dapat memperjuang aspirasi dari rakyat.
Sementara itu, Ketua Bersama Komite Eksekutif Konvensi Rakyat Angela Herliani Tanoesoedibjo mengatakan ruang demokrasi di dunia digital telah ada. Namun, Konvensi Rakyat memiliki perbedaan fundamental.
"Ruang-ruang berdemokrasi di dunia digital sesungguhnya telah ada di berbagai ruang siber atau Internet. Namun, Konvensi Rakyat memiliki perbedaan fundamental, yaitu sebuah gagasan demokrasi digital yang memiliki tempat yang terlembaga, terarah, dan dengan tujuan yang terukur," kata Angela.
Angela menambahkan bahwa pencalonan berbasis teknologi informasi untuk meruntuhkan sekat antar kelompok, suku, agama, ras, dan juga kelas ekonomi. "Pencalonan berbasis teknologi informasi secara alamiah akan meruntuhkan sekat antarkelompok, suku, agama, ras dan juga kelas ekonomi. Inilah yang menjadi semangat dan esensi demokrasi digital bahwa cita-cita, inklusivitas, akuntabilitas, demokrasi substantif dan partisipatif dapat tercapai melalui Konvensi Rakyat," imbuhnya.
(rca)