Fahri Hamzah Anggap Capres Jawa Sentris: Lebih Baik Presiden Dipilih MPR
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengaku bingung melihat bagaimana para elite mengatur calon presiden ( capres ). Dia melihat capres yang ditawarkan hanya dari Jakarta dan Jawa. Padahal Indonesia begitu luas.
“Saya bingung dengan cara orang-orang Jakarta ngatur copras-capres ini. Seolah Indonesia Raya ini hanya ada Jakarta dan Jawa. Kalau nyali kalian kuat, buka lapangan pertandingan di seluruh Indonesia sejak awal. Tarung terbuka adu gagasan dengan jagoan lokal. Jawab isu-isu mereka!” cuit Fahri di akunnya @Fahrihamzah dikutip Senin (15/11/2021).
Wakil Ketua Umum DPN Gelora Indonesia ini juga menantang para elite politik yang digadang-adang sebagai capres itu untuk adu gagasan soal apa yang akan diperbuat untuk Indonesia
“Mau ngapain kalian di sabang-merauke, miangas-pulau rote. Berani gak? Debat di IPB soal pertanian, di uncen soal masa depan papua, soal batubara dan masa depan bumi di kalimantan, soal budaya di UGM, soal Teknologi di ITB, soal ekonomi di Airlangga, soal INTIM di Unhas, dll,” sambungnya.
Fahri meyakini masyarakat pun ingin mendengar gagasan-gagasan para capres tersebut mengenai isu-isu strategis nasional, soal kebangsaan, dan posisi Indonesia di kancah internasional.
“Mau enggak kalian keliling debat soal pancasila di lemhanas dan pesantren-pesantren, soal relasi agama dan negara di Depan para pemuka agama-agama, dan soal agenda strategis pendidikan bangsa di depan para guru besar? Soal cara memberantas korupsi di depan fakultas hukum dan soal lainya,” tantang Fahri.
“Kita ingin dengar sikap copras-capres soal konflik dan dagang antara negara2 besar khususnya Amerika dan China, lalu posisi kita di laut china selatan serta gagasan apa untuk kerjasama pasifik. Bagaimana masa depan ASEAN dan GNB serta serangakain inisiatif RI dari masa lalu?” sambungnya.
Fahri menganggap wajar keinginannya dan orang-orang yang setuju dengannya. Sebab sayang Indonesia yang luas dan besar hanya bisa memunculkan dua calon pemimpin, terlebih kalau orangnya sama.
“Maafkan jika saya membayangkan suatu yang ideal sebab negara ini layak mendapatkan yang paling ideal. Janganlah lagi pemilihan pemimpin kayak kemarin, beli kucing dalam karung dengan debat ala kelompencapir. Out of the blue alias ujug-ujug calon tinggal dua podo ae sami mawon,” ucapnya.
“Saya bingung dengan cara orang-orang Jakarta ngatur copras-capres ini. Seolah Indonesia Raya ini hanya ada Jakarta dan Jawa. Kalau nyali kalian kuat, buka lapangan pertandingan di seluruh Indonesia sejak awal. Tarung terbuka adu gagasan dengan jagoan lokal. Jawab isu-isu mereka!” cuit Fahri di akunnya @Fahrihamzah dikutip Senin (15/11/2021).
Wakil Ketua Umum DPN Gelora Indonesia ini juga menantang para elite politik yang digadang-adang sebagai capres itu untuk adu gagasan soal apa yang akan diperbuat untuk Indonesia
“Mau ngapain kalian di sabang-merauke, miangas-pulau rote. Berani gak? Debat di IPB soal pertanian, di uncen soal masa depan papua, soal batubara dan masa depan bumi di kalimantan, soal budaya di UGM, soal Teknologi di ITB, soal ekonomi di Airlangga, soal INTIM di Unhas, dll,” sambungnya.
Fahri meyakini masyarakat pun ingin mendengar gagasan-gagasan para capres tersebut mengenai isu-isu strategis nasional, soal kebangsaan, dan posisi Indonesia di kancah internasional.
“Mau enggak kalian keliling debat soal pancasila di lemhanas dan pesantren-pesantren, soal relasi agama dan negara di Depan para pemuka agama-agama, dan soal agenda strategis pendidikan bangsa di depan para guru besar? Soal cara memberantas korupsi di depan fakultas hukum dan soal lainya,” tantang Fahri.
“Kita ingin dengar sikap copras-capres soal konflik dan dagang antara negara2 besar khususnya Amerika dan China, lalu posisi kita di laut china selatan serta gagasan apa untuk kerjasama pasifik. Bagaimana masa depan ASEAN dan GNB serta serangakain inisiatif RI dari masa lalu?” sambungnya.
Fahri menganggap wajar keinginannya dan orang-orang yang setuju dengannya. Sebab sayang Indonesia yang luas dan besar hanya bisa memunculkan dua calon pemimpin, terlebih kalau orangnya sama.
“Maafkan jika saya membayangkan suatu yang ideal sebab negara ini layak mendapatkan yang paling ideal. Janganlah lagi pemilihan pemimpin kayak kemarin, beli kucing dalam karung dengan debat ala kelompencapir. Out of the blue alias ujug-ujug calon tinggal dua podo ae sami mawon,” ucapnya.