Tokoh GP Ansor: NU Dijaga Nabi Khidir, Tak Perlu Tarik-tarik Jokowi ke Muktamar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam yang memiliki kontribusi di dalam pendirian bangsa dan negara. Sehingga semua produk pemikiran dan pergerakan yang dihasilkan NU, terbukti memiliki tujuan untuk menjaga dan membesarkan NKRI.
"Semua orang yang punya cita-cita membangun dan membesarkan Indonesia pasti berkepentingan (agar) NU juga ikut besar, kokoh dan mandiri. Mereka paham NU ada salah satu tiang negara. Kalau tiangnya goyang, sudah pasti ikut memengaruhi yang lain," kata Ketua GP Ansor Rahmat Pulungan, Sabtu (13/11/2021).
Rahmat menilai, pemerintah dan siapa pun presidennya pasti memiliki kewajiban struktural dan moral untuk menjaga dan membesarkan NU. "Pak Jokowi adalah Presiden yang memiliki kedekatan dan kedalaman hubungan dengan ulama, tokoh, kiai dan kaum muda NU. Komitmen dan kontribusi beliau untuk kemajuan SDM NU bisa dilihat sendiri selama beliau menjabat. Beliau memiliki hubungan lahir-batin dengan ulama dan kiai NU," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Rahmat, jika ada pihak yang menarik-narik Jokowi dalam urusan Muktamar NU, baginya itu terlalu berlebihan. Justru hal itu malah mengecilkan NU itu sendiri. "Sejujurnya, NU itu enggak usah dibantu pemerintah di basis tetap jalan semua programnya, mulai kaderisasi, PKN, PKPNU, MKNU, Diklatsar, maulid, lailatul ijtima, pengajian, dan lain-lain," katanya.
Menurutnya, Muktamar NU adalah ibarat pertandingan sepak bola, yakni pertandingan persahabatan. Jadi tidak boleh saling menciderai atau melukai secara berlebihan. "Baiknya dibawa santai saja, enggak perlu melulu kampanye hitam," tutur dia.
Sebagai salah satu pimpinan GP Ansor pusat, Rahmat mengimbau agar publik tidak usah khawatir soal dinamika Muktamar NU. "Kalau merujuk KHR As’ad Syamsul Arifin pada Muktamar NU di Situbondo, NU itu keramat, jadi enggak usah khawatir karena NU itu dijaga Nabi Khidir. NU itu tempat kumpulnya orang-orang alim dan berilmu," ucap.
"Semua orang yang punya cita-cita membangun dan membesarkan Indonesia pasti berkepentingan (agar) NU juga ikut besar, kokoh dan mandiri. Mereka paham NU ada salah satu tiang negara. Kalau tiangnya goyang, sudah pasti ikut memengaruhi yang lain," kata Ketua GP Ansor Rahmat Pulungan, Sabtu (13/11/2021).
Rahmat menilai, pemerintah dan siapa pun presidennya pasti memiliki kewajiban struktural dan moral untuk menjaga dan membesarkan NU. "Pak Jokowi adalah Presiden yang memiliki kedekatan dan kedalaman hubungan dengan ulama, tokoh, kiai dan kaum muda NU. Komitmen dan kontribusi beliau untuk kemajuan SDM NU bisa dilihat sendiri selama beliau menjabat. Beliau memiliki hubungan lahir-batin dengan ulama dan kiai NU," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Rahmat, jika ada pihak yang menarik-narik Jokowi dalam urusan Muktamar NU, baginya itu terlalu berlebihan. Justru hal itu malah mengecilkan NU itu sendiri. "Sejujurnya, NU itu enggak usah dibantu pemerintah di basis tetap jalan semua programnya, mulai kaderisasi, PKN, PKPNU, MKNU, Diklatsar, maulid, lailatul ijtima, pengajian, dan lain-lain," katanya.
Menurutnya, Muktamar NU adalah ibarat pertandingan sepak bola, yakni pertandingan persahabatan. Jadi tidak boleh saling menciderai atau melukai secara berlebihan. "Baiknya dibawa santai saja, enggak perlu melulu kampanye hitam," tutur dia.
Sebagai salah satu pimpinan GP Ansor pusat, Rahmat mengimbau agar publik tidak usah khawatir soal dinamika Muktamar NU. "Kalau merujuk KHR As’ad Syamsul Arifin pada Muktamar NU di Situbondo, NU itu keramat, jadi enggak usah khawatir karena NU itu dijaga Nabi Khidir. NU itu tempat kumpulnya orang-orang alim dan berilmu," ucap.
(cip)