Cegah Karhutla Dini di Sumatera Melalui Modifikasi Cuaca

Jum'at, 05 Juni 2020 - 00:21 WIB
loading...
Cegah Karhutla Dini...
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai dilakukan di Sumatera Selatan dan Jambi. Foto/Ilustrasi/SINDOphoto
A A A
JAKARTA - Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai dilakukan di Sumatera Selatan dan Jambi. Sebanyak 1,6 ton garam (NaCl) mulai disebarkan di awan potensial yang terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin dan Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Basar Manullang mengungkapkan penyebaran garam untuk modifikasi cuaca itu menggunakan pesawat Cassa C 212 TNI AU di Riau. Dari sana, pesawat dipindahkan untuk mencegah potensi karhutla lebih dini di Sumatera Selatan dan Jambi. (Baca juga: Viral Tagar #MendikbudDicariMahasiswa, Komisi X Siap Fasilitasi BEM dengan Kemendikbud)

“Dilihat dari jumlah hotspot dan kejadian karhutla di Sumatera Selatan dan Jambi memang sedikit. Namun sebagai upaya antisipasi musim kemarau yang akan tiba, kami memindahkan pesawat Cassa C 212 ke Palembang,” jelas Basar dalam keterangan tertulisnya, Kamis (4/6/2020).

Sebelumnya, selama dua minggu terakhir di Riau, TMC melakukan penaburan garam sebanyak 12,8 ton dan berhasil menaikkan volume hujan sebanyak 44,1 juta m3. Kenaikan volume hujan melalui TMC membuat gambut menjadi basah dan mengisi air di kanal-kanal, serta embung sehingga mengurangi potensi terjadinya karhutla.

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto menyampaikan bahwa dalam melakukan pencegahan karhutla, koridornya tetap tergabung dalam satgas karhutla Provinsi Sumatera Selatan. Dalam pelaksanaannya, operasi pencegahan juga dilakukan di darat yang melibatkan personel Manggala Agni dan didukung pihak TNI, Polri, BPBD bersama instansi terkait lainnya.

“Potensi hujan masih ada, jadi kita lakukan TMC dengan melakukan penyemaian garam agar terjadi hujan dan lahan gambut tetap basah,” kata Ferdian.

Ferdian menegaskan pembasahan gambut dan pencegahan karhutla harus terus dilakukan dengan melaksanakan patroli oleh Manggala Agni dan Brigdalkarhut Ditjen KSDAE. Namun pengawasan itu tetap memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19.

Selain patroli pengawasan di lapangan, petugas juga melakukan sosialisasi tentang pemadaman secara dini. Sementara, untuk wilayah remote area diupayakan pemadaman melalui udara. (Baca juga: Pimpinan DPR Usulkan Sekolah Daring dengan Pola Normal)

Berdasarkan data Satelit Terra/Aqua (NASA) Conf. Level 80%, total jumlah hotspot pada periode 1 Januari-3 Juni 2020 terdapat 826 titik. Jumlah itu menurun sekitar 39,44% dibanding periode sama pada 2019. Ketika itu total hotspot mencapai 1.364 titik.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1549 seconds (0.1#10.140)