SMRC Sebut Target Golkar Menang Pileg 20% Bukan Hal Mustahil
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemenangan Partai Golkar 20% di Pileg 2024 dinilai tak mustahil bisa dicapai atau setidaknya mendekati. Hal ini dikatakan oleh peneliti politik dari SMRC, Saidiman Ahmad, merespons target Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto.
Menurut Saidiman, pencapaian itu bisa mendekati melihat kondisi Golkar saat ini relatif solid. "Terdepan mengawal program pembangunan Pak Jokowi, termasuk pemulihan ekonomi nasional, dan penanggulangan Covid-19, di mana Pak Airlangga sendiri ketuanya," ucap Saidiman.
Kata Saidiman, keputusan Golkar untuk terdepan dalam kebijakan pemerintah menuai hal positif. Saat partai-partai pendukung utama pemerintah, seperti PDIP dan Gerindra mengalami penurunan, Golkar menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan elektabilitas dalam satu tahun terakhir.
"Kita tahu Partai Golkar itu terdiri dari politisi-politisi lama yang sangat piawai, sangat bagus gerakannya," imbuhnya
Saidiman menilai, jika Golkar konsisten tetap solid sampai akhir, dan tetap terdepan mengawal program pemerintahan yang populer dan diapresiasi, bukan mustahil angka 20 persen bisa didekati.
Terkait pencapresan, Golkar berpeluang berkoalisi dengan Partai Nasdem dalam Pilpres 2024. Koalisi partai ini besar kemungkinan akan berhadapan dengan koalisi partai yang dipimpin Gerindra dan PDIP.
"Nasdem menjadi lebih mungkin koalisi dengan Golkar. Misalnya Nasdem mendorong orang seperti Ridwan Kamil berpasangan dengan Airlangga, walaupun karakternya sama-sama teknorat," ujar Saidiman.
Lebih lanjut dikatakan dia, Golkar memiliki tradisi mencalonkan kadernya sebagai presiden dan wakil presiden. Satu-satunya pilpres yang tidak melibatkan kader Golkar adalah pilpres 2019.
Ia memprakirakan pada pemilu nanti, Golkar akan kembali memasukkan kadernya sebagai calon presiden, atau calon wakil presiden.
"Saya kira paling potensial ketua umum sendiri Pak Airlangga Hartarto. Tantangannya dari sisi penerimaan publik, tetapi ada temuan mulai ada perkembangan," jelasnya.
Saidiman juga menilai, kekuatan utama Airlangga yakni Menko Perekonomian itu relatif diterima oleh elite. Airlangga tidak memiliki konflik dengan siapa pun dan bisa berkomunikasi dengan siapa saja.
"Tidak terlalu banyak bicara tetapi bekerja dan menurut saya itu disukai oleh para elite. Terbukti di Golkar itu, selama dia memimpin tidak ada goncangan yang berarti," ujarnya.
Partai Golkar kata dia, juga dimungkinkan membangun koalisi dengan partai-partai lainnya yang eks -Golkar. Meski tidak bisa dipungkiri masih ada peluang berkoalisi dengan PDIP.
Namun itu kembali kepada PDIP dan Gerindra yang selama ini berpeluang mengusung pasangan Prabowo Subianto- Puan Maharani.
"Koalisi PDI-P dan Gerindra justru ada peluang tetapi tidak besar. Karena kalau berkoalisi dengan Gerindra, pertanyaannya siapa yang akan dicalonkan sebagai presiden? apakah Prabowo? Apakah PDIP sebagai partai terbesar, mau menerima partai lain menjadi calon presiden?," ungkapnya.
Sadiman mengakui ketiga partai besar yakni Partai PDIP, Partai Gerindra dan Partai Golkar menjadi yang terdepan dalam pencalonan presiden dan wakil presiden Pilpres 2024.
Namun ia menegaskan, keputusan partai mendukung capres mungkin juga akan berpengaruh pada pilihan politik para kader.
"Di dalam survei kita, kalau suatu partai memutuskan calon yang tidak dikehendaki oleh pemilih partai itu, boleh jadi si pemilih partai ini pindah. Jadi loyalitas pemilih terhadap partai itu kan rendah," tutupnya.
Menurut Saidiman, pencapaian itu bisa mendekati melihat kondisi Golkar saat ini relatif solid. "Terdepan mengawal program pembangunan Pak Jokowi, termasuk pemulihan ekonomi nasional, dan penanggulangan Covid-19, di mana Pak Airlangga sendiri ketuanya," ucap Saidiman.
Kata Saidiman, keputusan Golkar untuk terdepan dalam kebijakan pemerintah menuai hal positif. Saat partai-partai pendukung utama pemerintah, seperti PDIP dan Gerindra mengalami penurunan, Golkar menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan elektabilitas dalam satu tahun terakhir.
"Kita tahu Partai Golkar itu terdiri dari politisi-politisi lama yang sangat piawai, sangat bagus gerakannya," imbuhnya
Saidiman menilai, jika Golkar konsisten tetap solid sampai akhir, dan tetap terdepan mengawal program pemerintahan yang populer dan diapresiasi, bukan mustahil angka 20 persen bisa didekati.
Terkait pencapresan, Golkar berpeluang berkoalisi dengan Partai Nasdem dalam Pilpres 2024. Koalisi partai ini besar kemungkinan akan berhadapan dengan koalisi partai yang dipimpin Gerindra dan PDIP.
"Nasdem menjadi lebih mungkin koalisi dengan Golkar. Misalnya Nasdem mendorong orang seperti Ridwan Kamil berpasangan dengan Airlangga, walaupun karakternya sama-sama teknorat," ujar Saidiman.
Lebih lanjut dikatakan dia, Golkar memiliki tradisi mencalonkan kadernya sebagai presiden dan wakil presiden. Satu-satunya pilpres yang tidak melibatkan kader Golkar adalah pilpres 2019.
Ia memprakirakan pada pemilu nanti, Golkar akan kembali memasukkan kadernya sebagai calon presiden, atau calon wakil presiden.
"Saya kira paling potensial ketua umum sendiri Pak Airlangga Hartarto. Tantangannya dari sisi penerimaan publik, tetapi ada temuan mulai ada perkembangan," jelasnya.
Saidiman juga menilai, kekuatan utama Airlangga yakni Menko Perekonomian itu relatif diterima oleh elite. Airlangga tidak memiliki konflik dengan siapa pun dan bisa berkomunikasi dengan siapa saja.
"Tidak terlalu banyak bicara tetapi bekerja dan menurut saya itu disukai oleh para elite. Terbukti di Golkar itu, selama dia memimpin tidak ada goncangan yang berarti," ujarnya.
Partai Golkar kata dia, juga dimungkinkan membangun koalisi dengan partai-partai lainnya yang eks -Golkar. Meski tidak bisa dipungkiri masih ada peluang berkoalisi dengan PDIP.
Namun itu kembali kepada PDIP dan Gerindra yang selama ini berpeluang mengusung pasangan Prabowo Subianto- Puan Maharani.
"Koalisi PDI-P dan Gerindra justru ada peluang tetapi tidak besar. Karena kalau berkoalisi dengan Gerindra, pertanyaannya siapa yang akan dicalonkan sebagai presiden? apakah Prabowo? Apakah PDIP sebagai partai terbesar, mau menerima partai lain menjadi calon presiden?," ungkapnya.
Sadiman mengakui ketiga partai besar yakni Partai PDIP, Partai Gerindra dan Partai Golkar menjadi yang terdepan dalam pencalonan presiden dan wakil presiden Pilpres 2024.
Namun ia menegaskan, keputusan partai mendukung capres mungkin juga akan berpengaruh pada pilihan politik para kader.
"Di dalam survei kita, kalau suatu partai memutuskan calon yang tidak dikehendaki oleh pemilih partai itu, boleh jadi si pemilih partai ini pindah. Jadi loyalitas pemilih terhadap partai itu kan rendah," tutupnya.
(maf)