Soal Nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk, Fahri Hamzah Berseberangan dengan Fadli Zon
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bapak Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk menjadi salah satu isu perbincangan masyarakat dalam beberapa hari terakhir menyusul wacana penamaan jalan di Jakarta menggunakan namanya. Penamaan jalan ini sebagai barter atas pemberian nama Ahmet Sukarno oleh pemerintah Turki untuk jalan di depan KBRI Ankara.
Rencana barter nama ini ternyata tak mulus. Banyak pihak yang menolaknya karena Mustafa Kemal Ataturk dinilai sebagai tokoh sekuler, sehingga tak pantas dijadikan nama jalan di Jakarta. Bahkan tokoh Betawi Haji Lulung mengharamkan nama Mustafa Kemal Ataturk ada di tanah Jakarta.
"Haram hukumnya di tanah Betawi ada nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk," tegas Ketua Umum Bamus Betawi itu, Rabu (20/10/2021).
Baca juga: Haji Lulung: Haram Hukumnya di Tanah Betawi Ada Nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk
Anggota Komisi I DPR RI, Fadli Zon juga salah satu yang tidak sepakat jika Mustafa Kemal Ataturk jadi nama jalan di Jakarta. Alasannya ia merupakan figur kontroversial, tak hanya di Turki tapi juga di Indonesia.
Fadli Zon yang juga Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini, mengusulkan nama Fatih Sultan Mehmet II atau Muhammad al Fatih sebagai nama jalan di Jakarta. Menurutnya, nama tokoh tersebut pasti diterima oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
"Ia adalah sang penakluk Konstantinopel pada 1453 pada usia 21 tahun. Namanya tercatat sebagai conqueror termuda sepanjang sejarah, lebih muda dari Alexander the Great," kata Fali Zon dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (18/10/2021).
Namun, usulan Fadli Zon tersebut dimentahkan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah. Untuk urusan ini, Fahri tampaknya berbeda pendapat dengan sahabatnya tersebut.
Baca juga: Bukan Mustafa Kemal Ataturk, Fadli Zon Usul Muhammad al Fatih sebagai Nama Jalan di Jakarta
"Bro, Bener ini Alfatih mau disejejerin sama Soekarno? Tukerannya kan itu? Kalau ane lihat gak pas bro. Jalan alfatih di jakarta vs jalan walisongo di ankara pas lah. Ngomong ke gubernur sohib lu tu," cuit Fahri Hamzah di akun resmi Twitter-nya, @Fahrihamzah, Kamis (21/10/2021).
Fahri menjelaskan bahwa dalam kasus penamaan jalan ini sama dengan konsep sister city, yakni resiprokal atau bersifat saling berbalasan. Setelah disepakati, maka Indonesia dan Turki menandatangani kesepakatan tersebut. "Bukan maunya kita sepihak. jadi jangan sepihak," tulis Fahri.
Menurutnya, posisi Soekarno dan Mustafa Kemal Ataturk adalah equal. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghormati Mustafa Kemal Ataturk sebagai Bapak Turki Moderen sebagaimana Soekarno bagi Indonesia. Attaturk telah diterima dalam hall of fame bangsa Turki dengan segala kekurangannya seperti Sukarno oleh bangsa Indonesia. Keduanya adalah nama yang dipakai untuk keakraban dua negara.
"Sukarno - Mustafa (sama2 paki jas dan dasi). Walisongo - Alfatih (sama2 pakai sorban). Ini lebih pas jadi tukeran. Lagian tanya turkinya mau gak?," cuitnya lagi.
Fahri pun yakin bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria adalah pasangan yang ideal. Keduanya juga pasti memikirkan nama jalan secara cermat.
"Saya sih percaya gubernur akan menghormati bangsa lain…dan pilihan presiden bangsa lain," katanya.
Rencana barter nama ini ternyata tak mulus. Banyak pihak yang menolaknya karena Mustafa Kemal Ataturk dinilai sebagai tokoh sekuler, sehingga tak pantas dijadikan nama jalan di Jakarta. Bahkan tokoh Betawi Haji Lulung mengharamkan nama Mustafa Kemal Ataturk ada di tanah Jakarta.
"Haram hukumnya di tanah Betawi ada nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk," tegas Ketua Umum Bamus Betawi itu, Rabu (20/10/2021).
Baca juga: Haji Lulung: Haram Hukumnya di Tanah Betawi Ada Nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk
Anggota Komisi I DPR RI, Fadli Zon juga salah satu yang tidak sepakat jika Mustafa Kemal Ataturk jadi nama jalan di Jakarta. Alasannya ia merupakan figur kontroversial, tak hanya di Turki tapi juga di Indonesia.
Fadli Zon yang juga Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini, mengusulkan nama Fatih Sultan Mehmet II atau Muhammad al Fatih sebagai nama jalan di Jakarta. Menurutnya, nama tokoh tersebut pasti diterima oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
"Ia adalah sang penakluk Konstantinopel pada 1453 pada usia 21 tahun. Namanya tercatat sebagai conqueror termuda sepanjang sejarah, lebih muda dari Alexander the Great," kata Fali Zon dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (18/10/2021).
Namun, usulan Fadli Zon tersebut dimentahkan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah. Untuk urusan ini, Fahri tampaknya berbeda pendapat dengan sahabatnya tersebut.
Baca juga: Bukan Mustafa Kemal Ataturk, Fadli Zon Usul Muhammad al Fatih sebagai Nama Jalan di Jakarta
"Bro, Bener ini Alfatih mau disejejerin sama Soekarno? Tukerannya kan itu? Kalau ane lihat gak pas bro. Jalan alfatih di jakarta vs jalan walisongo di ankara pas lah. Ngomong ke gubernur sohib lu tu," cuit Fahri Hamzah di akun resmi Twitter-nya, @Fahrihamzah, Kamis (21/10/2021).
Fahri menjelaskan bahwa dalam kasus penamaan jalan ini sama dengan konsep sister city, yakni resiprokal atau bersifat saling berbalasan. Setelah disepakati, maka Indonesia dan Turki menandatangani kesepakatan tersebut. "Bukan maunya kita sepihak. jadi jangan sepihak," tulis Fahri.
Menurutnya, posisi Soekarno dan Mustafa Kemal Ataturk adalah equal. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghormati Mustafa Kemal Ataturk sebagai Bapak Turki Moderen sebagaimana Soekarno bagi Indonesia. Attaturk telah diterima dalam hall of fame bangsa Turki dengan segala kekurangannya seperti Sukarno oleh bangsa Indonesia. Keduanya adalah nama yang dipakai untuk keakraban dua negara.
"Sukarno - Mustafa (sama2 paki jas dan dasi). Walisongo - Alfatih (sama2 pakai sorban). Ini lebih pas jadi tukeran. Lagian tanya turkinya mau gak?," cuitnya lagi.
Fahri pun yakin bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria adalah pasangan yang ideal. Keduanya juga pasti memikirkan nama jalan secara cermat.
"Saya sih percaya gubernur akan menghormati bangsa lain…dan pilihan presiden bangsa lain," katanya.
(abd)