Biografi Ki Hajar Dewantara: Diasingkan ke Belanda, Tanggal Lahirnya Diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional

Senin, 11 Oktober 2021 - 13:24 WIB
loading...
Biografi Ki Hajar Dewantara:...
Ki Hajar Dewantara. Foto/Tangkapan layar http:/ditsmp.kemdikbud.go.id/
A A A
JAKARTA - Biografi Ki Hajar Dewantara menarik untuk diketahui para penerus bangsa, terutama generasi muda. Sosok yang menentang kolonial Belanda ini dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Nama lahirnya adalah RM Soewardi Soerjaningrat. Dia adalah putra GPH Soerjaningrat, atau cucu Sri Paku Alam III.

Dikutip dari Wikipedia, RM Soewardi Soerjaningrat mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara pada saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa. Tak ada lagi gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini agar dapat bebas dekat dengan rakyat secara fisik maupun jiwa.

Ki Hajar Dewantara mengenyam pendidikan Europeesche Lagere School (ELS), Sekolah Dasar zaman kolonial Hindia Belanda di Indonesia. Sempat meneruskan pendidikan di sekolah guru namun tidak tamat, Ki Hajar Dewantara pada tahun 1905 kembali bersekolah di School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen (STOVIA). Diketahui, STOVIA merupakan sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda. Lantaran kondisi kesehatannya tidak mengizinkan, dia tidak tamat dari sekolah ini.

Profesi wartawan pun digeluti Ki Hajar Dewantara. Dia berkiprah di sejumlah surat kabar dan majalah kala itu, seperti Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Dalam tulisannya, Ki Hajar Dewantara kerap melontarkan kritik sosial politik kaum bumiputra kepada penjajah.



Ki Hajar Dewantara juga aktif di Boedi Oetomo yang berdiri pada 1908. Masuk Divisi Propaganda, Ki Hajar terus menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Pada 25 Desember 1912, Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Tiga Serangka, mendirikan Indische Partij. Organisasi ini bergerak di bidang politik dengan tujuan mencapai Indonesia merdeka.

Ki Hajar Dewantara terus melontarkan kritikannya kepada kolonial Belanda. Bahkan, akibat tulisan berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda" atau "Als ik een Nederlander was", yang dimuat dalam surat kabar De Express pimpinan Douwes Dekker, 13 Juli 1913, Ki Hajar dibuang atau diasingkan ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo tak tinggal diam. Keduanya protes. Ketiganya pun kemudian diasingkan ke Belanda selama enam tahun, sejak 1913-1919.

Dibuang jauh dari tempat kelahiran, Ki Hajar Dewantara tak tinggal diam. Dia memanfaatkan masa itu dengan belajar ilmu pendidikan. Akta Guru Eropa (Euroeeshe Akte) pun diraihnya.

Kembali ke Tanah Air pada 1919, Ki Hajar tetap mengkritik penjajah. Dia juga berkarier sebagai guru. Lalu, pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa.

Semboyan yang dipakai perguruan ini adalah Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Artinya, Di depan memberi contoh, Di tengah memberi semangat, Di belakang memberi dorongan.



Pada masa pendudukan Jepang, Ki Hajar tetap memperjuangkan nasib bangsa. Baginya, Jepang bukanlah saudara tua bagi Indonesia.

Ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terbentuk pada 12 Agustus 1945, Ki Hajar Dewantara adalah salah satu anggota PPKI yang ditunjuk tanpa seizin Jepang.

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran. Ki Hajar Dewantara meninggal pada 26 April 1959 di Yogyakarta, kemudian dimakamkan di Taman Wijaya Brata, Yogyakarta.

Ki Hajar Dewantara dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Nomor 305 Tahun 1959 28 November 1959. Tanggal kelahirannya, 2 Mei, kemudian diperingati sebagai Hari Pendikan Nasional (Hardiknas).

*Diolah dari berbagai sumber
(zik)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1214 seconds (0.1#10.140)