Sudah 3 Kali Dibahas, Komisi IX Masih Tunggu Uji Klinis Vaksin Nusantara Tahap 3
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komisi IX DPR RI menyatakan terus menunggu hasil dari uji klinis tahap 3 dalam vaksin Nusantara . Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena menyampaikan saat ini pihaknya sudah membahas vaksin Nusantara sebanyak tiga kali.
“Komisi IX kurang lebih sudah bahas tiga kali walaupun dengan berbagai catatan dari Kemenkes dan BPOM. Kami terus menunggu bagaimana uji klinis tahap 3 ini berjalan,” ujar Melki dalam diskusi daring, Rabu (6/10/2021).
Hal ini menurut Melki lantaran terdapat metode yang berbeda dalam pelaksanaan vaksin Nusantara. Melki mengatakan biasanya vaksin itu melakukan penyuntikan dari cairan yang disuntikkan ke tubuh penerima vaksin.
“Kalau vaksin Nusantara ini itu suntiknya kan oleh darahnya sendiri, jadi yang gerak bukan vaksinnya. Itu adalah teknologi membuat vaksinnya,” jelas Melki.
Oleh sebabnya, mengapa uji klinis tahap tiga tersebut penting dilakukan dan ditunggu hasilnya. Terlebih, dorongan uji klinis itu di dorong pada lembaga BPOM.
“Jadi memang yang lagi kita coba dorong adalah tetap uji klinis tahap 3 adalah domainnya BPOM,” tuturnya.
“Tapi nanti vaksin ini, yang akan dipakai oleh publik itu yang akan gerak ke sana ke mari yang bersifat massal bukan vaksin yang dalam pengertian kita selama ini, Sinovac,” sambungnya.
Namun, menurut Melki pihaknya masih terus mendukung agar vaksin Nusantara bisa diwujudkan. Menurutnya, pun progres vaksin Nusantara juga terlihat maju.
“Kami terus mendukung dan sejauh ini kami di DPR juga melakukan berbagai upaya agar vaksin ini bisa progresnya itu keliatan betul-betul ke depan,” tegasnya.
“Tapi terus bergerak maju, juga dari Komisi VII membicarakan dari aspek riset dan teknologinya,” imbuhnya.
“Komisi IX kurang lebih sudah bahas tiga kali walaupun dengan berbagai catatan dari Kemenkes dan BPOM. Kami terus menunggu bagaimana uji klinis tahap 3 ini berjalan,” ujar Melki dalam diskusi daring, Rabu (6/10/2021).
Hal ini menurut Melki lantaran terdapat metode yang berbeda dalam pelaksanaan vaksin Nusantara. Melki mengatakan biasanya vaksin itu melakukan penyuntikan dari cairan yang disuntikkan ke tubuh penerima vaksin.
“Kalau vaksin Nusantara ini itu suntiknya kan oleh darahnya sendiri, jadi yang gerak bukan vaksinnya. Itu adalah teknologi membuat vaksinnya,” jelas Melki.
Oleh sebabnya, mengapa uji klinis tahap tiga tersebut penting dilakukan dan ditunggu hasilnya. Terlebih, dorongan uji klinis itu di dorong pada lembaga BPOM.
“Jadi memang yang lagi kita coba dorong adalah tetap uji klinis tahap 3 adalah domainnya BPOM,” tuturnya.
“Tapi nanti vaksin ini, yang akan dipakai oleh publik itu yang akan gerak ke sana ke mari yang bersifat massal bukan vaksin yang dalam pengertian kita selama ini, Sinovac,” sambungnya.
Namun, menurut Melki pihaknya masih terus mendukung agar vaksin Nusantara bisa diwujudkan. Menurutnya, pun progres vaksin Nusantara juga terlihat maju.
“Kami terus mendukung dan sejauh ini kami di DPR juga melakukan berbagai upaya agar vaksin ini bisa progresnya itu keliatan betul-betul ke depan,” tegasnya.
“Tapi terus bergerak maju, juga dari Komisi VII membicarakan dari aspek riset dan teknologinya,” imbuhnya.
(kri)