Don't Lose Yourself Over Social Media
loading...
A
A
A
Dianingtyas Murtanti Putri, S.Sos., M.Si.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie
PANDEMI Covid-19 memengaruhi berbagai aspek dan lini, tanpa terkecuali. Selain itu, adanya faktor situasional saat ini membuat ruang gerak aktivitas yang biasa dilakukan di luar rumah menjadi terbatas.
Hal inilah yang membuat penggunaan smartphone menjadi suatu aktivitas yang tidak terelakkan ketika pembatasan diberlakukan, salah satu peningkatannya adalah kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau kelas daring.
Adanya kegiatan tersebut baik anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD) sampai dengan mahasiswa, diharuskan menggunakan medium smartphone atau laptop sebagai alat untuk menerima materi serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru atau dosen.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan uswitch.com menunjukkan bahwa lebih dari 25% anak-anak di seluruh dunia memiliki gadget sebelum usia 8 tahun. Dengan kata lain, adanya faktor kondisi saat ini, seperti aktivitas sekolah maupun kampus yang menggunakan teknologi digital, disatu sisi sangat membantu, namun di sisi lainnya ada implikasi juga yang mengiringi.
Intensitas penggunaan teknologi digital, mendorong anak-anak dan remaja untuk melakukan surfing in cyberspace. Apabila selama melakukan surfing ini khususnya untuk anak-anak usia dini tidak didampingi maka informasi yang ditangkap oleh panca indera, diterima kemudian diolah oleh kognitifnya, anak-anak akan mengimitasi perilaku yang dilakukan oleh masyarakat di dunia maya.
Fenomena yang selalu menjadi dilema adalah keluarga masih abai terhadap dampak yang ditimbulkannya. Orang tua yang sibuk karena work from home (WFH) bersamaan dengan kegiatan sekolah di rumah, membuat anak-anak kurang mendapatkan pendampingan.
Lalu, untuk remaja pun karena anggota keluarga memiliki kesibukan masing-masing yang berkaitan dengan teknologi digital, membuat hubungan keluarga menjadi berjarak karena kurangnya komunikasi.
Hal yang tak disadari, pengalihan untuk mengisi waktu luang adalah melihat berbagai aktivitas di media sosial, dimana penggunaan media sosial dalam jangka waktu lama juga dapat memengaruhi kesehatan mental pada diri.
Masih minimnya pengetahuan tentang literasi digital di Indonesia menjadi perhatian dari berbagai pihak. Peran pentingnya keluarga yang disebut sebagai parenting digital sangat diperlukan, karena bukan saja tanggung jawab orang tua akan tetapi melibatkan keluarga secara keseluruhan.
Hal ini untuk membangun kesadaran diri dalam melakukan pembekalan serta pendampingan bagi anak usia dini, ketika anak-anak menggunakan media internet ketika bukan untuk keperluan PJJ.
Selain itu, instensitas penggunaan media sosial dapat meningkatkan kecemasan diri (self-anxiety), komparasi diri (self-comparison), akhirnya menimbulkan emosi diri dan pikiran menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut, juga dapat memengaruhi penurunan kepercayaan diri (low selfconfidence) serta penghargaan diri (low self-esteem).
Oleh karena itu, mengetahui bahwa pentingnya pendampingan dan pembekalan melalui peran literasi digital ini, maka terdapat pendekatan komunikasi (5w+1H) melalui three things saat menggunakan media sosial ialah:
1. Purpose
Tentukan tujuan ketika ingin menggunakan media sosial untuk apa.
2. Consistent
Tindakan yang konsisten menciptakan hasil yang konsisten, dengan kata lain setelah menetapkan tujuan penggunaan media sosial, konsisten dengan tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat mengatasi dampak yang dapat timbul.
3. Comitment
Komitmen merupakan hal yang penting sebagai upaya pencegahan kecanduan penggunaan media sosial, yakni dengan melakukan komunikasi intrapersonal selanjutnya membuat SWOT personal analysis untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dapat menginterupsi komitmen diri yang telah dibentuk.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie
PANDEMI Covid-19 memengaruhi berbagai aspek dan lini, tanpa terkecuali. Selain itu, adanya faktor situasional saat ini membuat ruang gerak aktivitas yang biasa dilakukan di luar rumah menjadi terbatas.
Hal inilah yang membuat penggunaan smartphone menjadi suatu aktivitas yang tidak terelakkan ketika pembatasan diberlakukan, salah satu peningkatannya adalah kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau kelas daring.
Adanya kegiatan tersebut baik anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD) sampai dengan mahasiswa, diharuskan menggunakan medium smartphone atau laptop sebagai alat untuk menerima materi serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru atau dosen.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan uswitch.com menunjukkan bahwa lebih dari 25% anak-anak di seluruh dunia memiliki gadget sebelum usia 8 tahun. Dengan kata lain, adanya faktor kondisi saat ini, seperti aktivitas sekolah maupun kampus yang menggunakan teknologi digital, disatu sisi sangat membantu, namun di sisi lainnya ada implikasi juga yang mengiringi.
Intensitas penggunaan teknologi digital, mendorong anak-anak dan remaja untuk melakukan surfing in cyberspace. Apabila selama melakukan surfing ini khususnya untuk anak-anak usia dini tidak didampingi maka informasi yang ditangkap oleh panca indera, diterima kemudian diolah oleh kognitifnya, anak-anak akan mengimitasi perilaku yang dilakukan oleh masyarakat di dunia maya.
Fenomena yang selalu menjadi dilema adalah keluarga masih abai terhadap dampak yang ditimbulkannya. Orang tua yang sibuk karena work from home (WFH) bersamaan dengan kegiatan sekolah di rumah, membuat anak-anak kurang mendapatkan pendampingan.
Lalu, untuk remaja pun karena anggota keluarga memiliki kesibukan masing-masing yang berkaitan dengan teknologi digital, membuat hubungan keluarga menjadi berjarak karena kurangnya komunikasi.
Hal yang tak disadari, pengalihan untuk mengisi waktu luang adalah melihat berbagai aktivitas di media sosial, dimana penggunaan media sosial dalam jangka waktu lama juga dapat memengaruhi kesehatan mental pada diri.
Masih minimnya pengetahuan tentang literasi digital di Indonesia menjadi perhatian dari berbagai pihak. Peran pentingnya keluarga yang disebut sebagai parenting digital sangat diperlukan, karena bukan saja tanggung jawab orang tua akan tetapi melibatkan keluarga secara keseluruhan.
Hal ini untuk membangun kesadaran diri dalam melakukan pembekalan serta pendampingan bagi anak usia dini, ketika anak-anak menggunakan media internet ketika bukan untuk keperluan PJJ.
Selain itu, instensitas penggunaan media sosial dapat meningkatkan kecemasan diri (self-anxiety), komparasi diri (self-comparison), akhirnya menimbulkan emosi diri dan pikiran menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut, juga dapat memengaruhi penurunan kepercayaan diri (low selfconfidence) serta penghargaan diri (low self-esteem).
Oleh karena itu, mengetahui bahwa pentingnya pendampingan dan pembekalan melalui peran literasi digital ini, maka terdapat pendekatan komunikasi (5w+1H) melalui three things saat menggunakan media sosial ialah:
1. Purpose
Tentukan tujuan ketika ingin menggunakan media sosial untuk apa.
2. Consistent
Tindakan yang konsisten menciptakan hasil yang konsisten, dengan kata lain setelah menetapkan tujuan penggunaan media sosial, konsisten dengan tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat mengatasi dampak yang dapat timbul.
3. Comitment
Komitmen merupakan hal yang penting sebagai upaya pencegahan kecanduan penggunaan media sosial, yakni dengan melakukan komunikasi intrapersonal selanjutnya membuat SWOT personal analysis untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dapat menginterupsi komitmen diri yang telah dibentuk.
(mpw)