Airlangga Tafsirkan Warisan Apem Ki Ageng Gribig untuk Majukan Ekonomi Masyarakat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Airlangga Hartarto mengadakan haul leluhurnya, seorang ulama besar Jawa yang berdakwah di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Ki Ageng Gribig. Dalam sambutannya sebagai tuan rumah haul, Airlangga mengatakan bahwa dirinya hadir di acara itu bukan sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan juga Menko Perekonomian .
Airlangga mengatakan, apa yang ia lakukan bersama keluarga sebagai upaya melestarikan tradisi yang diwariskan Ki Ageng Gribig. "Sebagai dzurriyah, anak cucu, cicit yang selalu nyadong berkah ke leluhur, kami rutin mengadakan haul Ki Ageng Gribig, menjalankan amanat ayah saya Pak Hartarto. Harapannya, tidak lain dan bukan kami takzim kepada leluhur. Rasa terima kasih selama hidupnya menyebarkan agama Islam, berjuang melawan penjajahan dan berjuang untuk Indonesia," jelas Airlangga, Kamis (23/9/2021) malam.
Ketua Komite Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCPEN) ini mengharapkan atas washilah leluhurnya Ki Ageng Gribig pandemi Covid-19 bisa segera diangkat dan ekonomi kembali pulih.
Airlangga menambahkan, Ki Ageng Gribig adalah seorang ulama yang bisa menggabungkan unsur ilahiyah dengan budaya masyarakat dan membantu ekonomi masyarakat. Meski Ki Ageng Gribig sudah ratusan tahun lalu wafat, Airlangga mengatakan sampai saat ini apa yang pernah dilakukan bermanfaat membangun ekonomi masyarakat sekitar.
"Semoga tahlil dan doa yang kita panjatkan dikabulkan Allah, semoga washilah Ki Ageng Gribig, pandemi bisa diangkat oleh Allah SWT, rakyat kembali sejahtera," tandasnya.
Airlangga menceritakan bahwa Ki Ageng Gribig memiliki kebiasaan membagikan apem dengan melantunkan wirid Ya Qowiyyu. Meski demikian dalam dua tahun ini, Airlangga mengatakan tidak dilakukan karena masih berasa dalam suasana pandemi.
Airlangga juga mengaku, bersama keluarga mendapatkan inspirasi menafsirkan kata Apem. A diartikan sebagai akar sejarah yang kuat yakni menjaga tradisi, budaya dan warisan para pahlawan bangsa. Huruf P diartikan persatuan dan kesatuan yakni menjaga kerukunan, menanamkan toleransi, menjaga kemajemukan dan kebinekaan.
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan, huruf E adalah ekonomi kerakyatan, yakni pembangunan ekonomi harus dipusatkan untuk kemakmuran rakyat. Lalu, huruf M diartikan masyarakat yang maju, beragama, berakhlakul karimah, terciptanya masyarakat yang maju, berilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan iman dan takwa, serta berbudi pekerti luhur.
"Nilai-nilai APEM inilah menjadi garis perjuangan saya dimanapun saya berada. Dan ini menjadi amanah keluarga untuk dijaga dan dijalankan," kata Airlanggga.
Menutup sambutan, Airlangga memohon restu agar senantiasa selamat dalam menjalankan tugas menanggulangi Covid-19 dan mengembalikan ekonomi agar rakyat kembali menikmati.
"Saya minta restu agar semoga tetap teguh menjaga nilai yang diajarkan si Mbah Ki Ageng Gribig dan selamat menjalankan amanah dalam tugas memerangi pandemi Covid-19, mengembalikan ekonomi sehingga masyarakat bisa sejahtera."
Dalam haul tersebut hadir di lokasi di antaranya Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf, Habib Umar Al Muthohar, Rois Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh, Gus Ghofur Maimoen Zubair, Ketua MUI Jateng dan pengasuh pesantren dari Pati, Kudus, Habaib dan Kiai se-Solo Raya dan Jawa Tengah.
Airlangga mengatakan, apa yang ia lakukan bersama keluarga sebagai upaya melestarikan tradisi yang diwariskan Ki Ageng Gribig. "Sebagai dzurriyah, anak cucu, cicit yang selalu nyadong berkah ke leluhur, kami rutin mengadakan haul Ki Ageng Gribig, menjalankan amanat ayah saya Pak Hartarto. Harapannya, tidak lain dan bukan kami takzim kepada leluhur. Rasa terima kasih selama hidupnya menyebarkan agama Islam, berjuang melawan penjajahan dan berjuang untuk Indonesia," jelas Airlangga, Kamis (23/9/2021) malam.
Ketua Komite Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCPEN) ini mengharapkan atas washilah leluhurnya Ki Ageng Gribig pandemi Covid-19 bisa segera diangkat dan ekonomi kembali pulih.
Airlangga menambahkan, Ki Ageng Gribig adalah seorang ulama yang bisa menggabungkan unsur ilahiyah dengan budaya masyarakat dan membantu ekonomi masyarakat. Meski Ki Ageng Gribig sudah ratusan tahun lalu wafat, Airlangga mengatakan sampai saat ini apa yang pernah dilakukan bermanfaat membangun ekonomi masyarakat sekitar.
"Semoga tahlil dan doa yang kita panjatkan dikabulkan Allah, semoga washilah Ki Ageng Gribig, pandemi bisa diangkat oleh Allah SWT, rakyat kembali sejahtera," tandasnya.
Airlangga menceritakan bahwa Ki Ageng Gribig memiliki kebiasaan membagikan apem dengan melantunkan wirid Ya Qowiyyu. Meski demikian dalam dua tahun ini, Airlangga mengatakan tidak dilakukan karena masih berasa dalam suasana pandemi.
Airlangga juga mengaku, bersama keluarga mendapatkan inspirasi menafsirkan kata Apem. A diartikan sebagai akar sejarah yang kuat yakni menjaga tradisi, budaya dan warisan para pahlawan bangsa. Huruf P diartikan persatuan dan kesatuan yakni menjaga kerukunan, menanamkan toleransi, menjaga kemajemukan dan kebinekaan.
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan, huruf E adalah ekonomi kerakyatan, yakni pembangunan ekonomi harus dipusatkan untuk kemakmuran rakyat. Lalu, huruf M diartikan masyarakat yang maju, beragama, berakhlakul karimah, terciptanya masyarakat yang maju, berilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan iman dan takwa, serta berbudi pekerti luhur.
"Nilai-nilai APEM inilah menjadi garis perjuangan saya dimanapun saya berada. Dan ini menjadi amanah keluarga untuk dijaga dan dijalankan," kata Airlanggga.
Menutup sambutan, Airlangga memohon restu agar senantiasa selamat dalam menjalankan tugas menanggulangi Covid-19 dan mengembalikan ekonomi agar rakyat kembali menikmati.
"Saya minta restu agar semoga tetap teguh menjaga nilai yang diajarkan si Mbah Ki Ageng Gribig dan selamat menjalankan amanah dalam tugas memerangi pandemi Covid-19, mengembalikan ekonomi sehingga masyarakat bisa sejahtera."
Dalam haul tersebut hadir di lokasi di antaranya Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf, Habib Umar Al Muthohar, Rois Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh, Gus Ghofur Maimoen Zubair, Ketua MUI Jateng dan pengasuh pesantren dari Pati, Kudus, Habaib dan Kiai se-Solo Raya dan Jawa Tengah.
(zik)