Dilebur ke BRIN, Para Peneliti BPPT Diharapkan Tetap Semangat Berinovasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ke-10 atau yang terakhir, Hammam Riza meminta seluruh perekayasa dan peneliti muda dan madya serta tingkatan lainnya yang jumlahnya mencapai 2.300 orang untuk tetap berkreasi dan berinovasi dalam bidang teknologi demi kemajuan bangsa.
"Acara yang kita lakukan siang tadi adalah semacam acara ikatan alumni BPPT yang sudah ada sejak dahulu. Dengan keputusan per awal September 2021 BPPT bubar, maka para senior menasihati 2.300 ribu perekayasa peneliti yang melakukan pengkajian dalam organisasi riset Jirap di bawah BRIN," ujar Hammam Riza ketika dikonfirmasi, Minggu (5/9/2021).
Dia menyebutkan meskipun secara lembaga dan nama institusi BPPT telah dihilangkan namun diharapkan roh semangat melakukan pengkajian dan penelitiannya perlu tetap terjaga dengan baik.
"Karena ini merupakan amanah dari UU Sinas dan Iptek untuk menjalankan harus dilanjutkan organisasi riset pengkajian dan penerapan teknologi yang baru. Branding BPPT melalui organisasi Riset Jirap (Pengkajian dan Penerapan Teknologi) di bawah BRIN," kata Hammam.
Lebih lanjut ia mengungkapkan para generasi muda BPPT harus tetap mengedepankan 8 bidang fokus teknologi BPPT, industri pertahanan dan keamanan, misalkan menerbangkan pesawat nir awak drone elang hitam yang menjadi program prioritas dan strategis nasional.
"Kita kasih semangat kepada generasi muda yang baru masih perekayasa muda. Agar tetap bisa berkarya mengkaji di pusat kajian teknologi, melanjutkan membangun energi terbarukan, PLTP, kendaraan bermotor listrik, Indonesia tsunami alert sistem," jelas Hammam
Dia mengungkapkan selama ini pihaknya terus berinovasi di masa pandemi COVID-19, misalkan dengan memproduksi alat pengukur kadar antibodi pasca vaksinasi COVID-19.
"Ada sekitar 20-30 program harus berlanjut termasuk pelayanan teknologi seperti di laboratorium, kekuatan struktur, aerodinamika, modifikasi cuaca penyemaian menggunakan garam untuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan. Sedang terjadi di Riau, kita harus bisa membuat hujan buatan agar tinggi muka air di lahan gambut bisa mengurangi hot spot. Kalau kita terlalu terlena dengan pembubaran BPPT bisa-bisa tidak dapat dilanjutkan dengan baik," papar Hammam.
Dia menegaskan agar para peneliti dan pengkaji BPPT harus tetap eksis saat melebur dalam BRIN. "Pusat-pusat teknologi tetap dipertahankan di struktur baru. Kita beradaptasi dengan struktur baru, DNA BPPT akan ikut dalam struktur organisasi BRIN," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni BPPT, Anton Adibroto berharap agar meskipun garis organisasi ada perubahan namun semangat para peneliti harus tetap ada untuk maju. "Kita harus beradaptasi. Memberikan semangat dari senior ke yang muda. Sudah memiliki DNA BPPT, kompetisi nya, semangat nya harus tetap ada. Keberlangsungan kompetensi," kata Anton.
Dia mengungkapkan meskipun dari lembaga institusi BPPT dilebur dalam BRIN akan membawa sejumlah dampak namun hal itu diharapkan tidak membuat para peneliti patah arang.
"Secara fisik tetap di organisasi yang ada, orangnya namun semua aset dan infrastruktur BPPT dipindahkan ke BRIN. Memang akan ada keterlambatan pengalihan aset, peneliti. Karir fungsional terhambat. Karena ada direktorat baru di BRIN mengurusi SDM. Namun kami harap itu tidak terlalu lama, setelah tiga bulan diharapkan bisa terintegrasi dengan baik dalam BRIN," jelas Anton Adibroto. Baca juga: Perkuat Penanganan COVID-19, BPPT Luncurkan 10 Produk Inovasi Kesehatan
Sebagaimana diketahui, BPPT sekarang menjadi salah satu dari empat lembaga pemerintah non-kementerian (LPNK) bidang ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya seperti LIPI, Lapan, dan Batan yang dilebur dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) efektif per 1 September 2021 lalu.
"Acara yang kita lakukan siang tadi adalah semacam acara ikatan alumni BPPT yang sudah ada sejak dahulu. Dengan keputusan per awal September 2021 BPPT bubar, maka para senior menasihati 2.300 ribu perekayasa peneliti yang melakukan pengkajian dalam organisasi riset Jirap di bawah BRIN," ujar Hammam Riza ketika dikonfirmasi, Minggu (5/9/2021).
Dia menyebutkan meskipun secara lembaga dan nama institusi BPPT telah dihilangkan namun diharapkan roh semangat melakukan pengkajian dan penelitiannya perlu tetap terjaga dengan baik.
"Karena ini merupakan amanah dari UU Sinas dan Iptek untuk menjalankan harus dilanjutkan organisasi riset pengkajian dan penerapan teknologi yang baru. Branding BPPT melalui organisasi Riset Jirap (Pengkajian dan Penerapan Teknologi) di bawah BRIN," kata Hammam.
Lebih lanjut ia mengungkapkan para generasi muda BPPT harus tetap mengedepankan 8 bidang fokus teknologi BPPT, industri pertahanan dan keamanan, misalkan menerbangkan pesawat nir awak drone elang hitam yang menjadi program prioritas dan strategis nasional.
"Kita kasih semangat kepada generasi muda yang baru masih perekayasa muda. Agar tetap bisa berkarya mengkaji di pusat kajian teknologi, melanjutkan membangun energi terbarukan, PLTP, kendaraan bermotor listrik, Indonesia tsunami alert sistem," jelas Hammam
Dia mengungkapkan selama ini pihaknya terus berinovasi di masa pandemi COVID-19, misalkan dengan memproduksi alat pengukur kadar antibodi pasca vaksinasi COVID-19.
"Ada sekitar 20-30 program harus berlanjut termasuk pelayanan teknologi seperti di laboratorium, kekuatan struktur, aerodinamika, modifikasi cuaca penyemaian menggunakan garam untuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan. Sedang terjadi di Riau, kita harus bisa membuat hujan buatan agar tinggi muka air di lahan gambut bisa mengurangi hot spot. Kalau kita terlalu terlena dengan pembubaran BPPT bisa-bisa tidak dapat dilanjutkan dengan baik," papar Hammam.
Dia menegaskan agar para peneliti dan pengkaji BPPT harus tetap eksis saat melebur dalam BRIN. "Pusat-pusat teknologi tetap dipertahankan di struktur baru. Kita beradaptasi dengan struktur baru, DNA BPPT akan ikut dalam struktur organisasi BRIN," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Alumni BPPT, Anton Adibroto berharap agar meskipun garis organisasi ada perubahan namun semangat para peneliti harus tetap ada untuk maju. "Kita harus beradaptasi. Memberikan semangat dari senior ke yang muda. Sudah memiliki DNA BPPT, kompetisi nya, semangat nya harus tetap ada. Keberlangsungan kompetensi," kata Anton.
Dia mengungkapkan meskipun dari lembaga institusi BPPT dilebur dalam BRIN akan membawa sejumlah dampak namun hal itu diharapkan tidak membuat para peneliti patah arang.
"Secara fisik tetap di organisasi yang ada, orangnya namun semua aset dan infrastruktur BPPT dipindahkan ke BRIN. Memang akan ada keterlambatan pengalihan aset, peneliti. Karir fungsional terhambat. Karena ada direktorat baru di BRIN mengurusi SDM. Namun kami harap itu tidak terlalu lama, setelah tiga bulan diharapkan bisa terintegrasi dengan baik dalam BRIN," jelas Anton Adibroto. Baca juga: Perkuat Penanganan COVID-19, BPPT Luncurkan 10 Produk Inovasi Kesehatan
Sebagaimana diketahui, BPPT sekarang menjadi salah satu dari empat lembaga pemerintah non-kementerian (LPNK) bidang ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya seperti LIPI, Lapan, dan Batan yang dilebur dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) efektif per 1 September 2021 lalu.
(kri)