Kemkominfo Ajak Anak Muda Konsumsi Gizi Seimbang dan Sadar Kebersihan

Jum'at, 20 Agustus 2021 - 19:10 WIB
loading...
Kemkominfo Ajak Anak...
Kegiatan Kepoin GenBest dengan tema Anak Muda Kece Badai: Konsumsi Gizi Seimbang, Sadar Kebersihan, yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Kamis (19/8).
A A A
MANOKWARI - Indonesia masih terus berusaha menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024 sesuai dengan target Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan generasi sehat dan sumber daya manusia yang unggul, berintegritas, dan berdaya saing.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong, pada kegiatan Kepoin GenBest dengan tema “Anak Muda Kece Badai: Konsumsi Gizi Seimbang, Sadar Kebersihan,” yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Kamis (19/8).

Usman mengatakan, keseriusan pemerintah dalam mengatasi stunting dilakukan dengan penganggaran kesehatan yang direncanakan 9,4 persen dari belanja negara. “Anggaran ini akan diserahkan salah satunya untuk percepatan penurunan stunting yang dilakukan melalui perluasan cakupan seluruh kabupaten/ kota di Indonesia,” ujarnya.

Ia menambahkan, percepatan penurunan prevalensi stunting ini juga didukung dengan penguatan sinergi berbagai institusi. Saat ini angka prevalensi stunting di Indonesia masih berada di atas ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (BKD) WHO, yaitu 20 persen.

Menurutnya, untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah, dibutuhkan kerjasama tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat, khususnya generasi muda sebagai calon orang tua di masa depan. Kesehatan dan gizi remaja sangat penting untuk diperhatikan, karena berpengaruh tidak hanya untuk diri remaja tetapi juga untuk membebaskan anak-anak mereka dari stunting di masa depan.

Senada dengan pernyataan Usman, Tim Komunikasi Informasi dan Edukasi Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Eka Sulistia Ediningsih mengatakan, remaja memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan stunting dengan menyebarkan informasi pencegahan stunting.

“Untuk menjaga anak-anak Indonesia agar tidak stunting, intervensinya harus dimulai dari remaja, kemudian ibu hamil, dan ibu yang mempunyai bayi di bawah dua tahun,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia pun menyarankan kepada remaja untuk mulai menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak melakukan diet keliru, serta menjaga kebersihan diri.

Terkait dengan gizi, dr. Mario Johan Heryputra mengatakan, makanan yang memiliki gizi baik untuk mencegah stunting sejak dini adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, sayur, serta buah yang seimbang.
“Makanan yang bergizi baik untuk remaja harus tinggi kalori karena remaja punya aktivitas yang padat sehingga butuh banyak energi. Makanan untuk remaja harus tinggi protein dan lemak untuk memperkuat otot, mengandung serat, dan mengandung mikronutrien lain seperti zat besi dan kalsium,” ujarnya.

Kebersihan juga menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam upaya mencegah stunting. Menurut Mario ada tiga korelasi antara kebersihan dan stunting, yaitu diare, penyakit cacingan, serta gangguan pencernaan. Ketiga hal ini menjadi faktor penyebab kurang optimalnya penyerapan nutrisi di dalam tubuh, dan jika terjadi dalam jangka panjang bisa menyebabkan stunting.

Mario juga mengatakan stunting bisa disebabkan karena kehamilan di usia muda. Remaja usia 15-19 tahun berisiko mengalami kekurangan energi kronik sebesar 49,6 persen dan mengalami anemia. Oleh karena itu, apabila remaja di usia tersebut mengalami kehamilan maka akan berpotensi melahirkan anak yang stunting.

Menurut Eka, kehamilan di usia terlalu muda juga sangat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan diameter tulang panggul belum mencapai 10 cm sebelum usia 21 tahun, sementara diameter kepala bayi umumnya 9,2 – 9,9 cm.

Untuk itu, Mario menganjurkan perempuan sebaiknya menikah di atas usia 21 tahun karena selain agar organ reproduksi lebih siap juga untuk menghindari risiko kanker serviks. “Seseorang yang melakukan hubungan seksual pertama kali saat usianya di bawah 21 tahun memiliki risiko tinggi terkena kanker serviks dibanding wanita yang melakukan hubungan seksual di atas 21 tahun,” ucapnya.

Ia mengajak remaja untuk melakukan pencegahan stunting mulai dari diri sendiri. “Kita gunakan informasi yang kita peroleh hari ini dengan tekad kita untuk menjadi Indonesia Emas, Indonesia Tumbuh, dan Indonesia Tangguh serta memberikan kontribusi besar kepada masyarakat,” katanya.

Sementara Mario mengharapkan agar remaja bisa menjadi agent of change dengan menyebarkan edukasi tentang stunting. “Hal ini nantinya bisa menyelamatkan anak-anak yang bisa terkena stunting. Jadi teman-teman di sini bisa menjadi suatu agent of change dengan menyebarkan informasi yang baik tentang pencegahan stunting,” ujarnya.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas sunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik. CM
(srf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1378 seconds (0.1#10.140)