TNI Siapkan 4 Hercules Bawa Obat Covid-19 Impor dari India dan China
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah menyiapkan pesawat angkut Hercules guna membantu transportasi impor obat-obatan dan alat kesehatan untuk penanganan Covid-19.
Hal tersebut dikatakan Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen Syafruddin saat mengikuti rapat koordinasi bersama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) secara virtual, Kamis 29 Juli 2021.
“Dari 28 pesawat angkut Hercules, kami akan siapkan 4 pesawat untuk mengambil obat-obatan dan alat kesehatan di India dan China. Saat ini kami sedang menunggu jadwal pengambilan. Kami harap bisa kami dapatkan jadwal lebih cepat, agar kami bisa bersiap,” ujar Syafruddin dikutip dari rilis KSP, Jumat (30/7/2021).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Cecep Herawan menjelaskan dukungan kerjasama internasional secara umum dibagi atas beberapa bagian. Hal itu antara lain antarpemerintah, dari entitas di luar negeri, dan dari diaspora.
“Memang banyak barang yang dikirim langsung oleh negara maupun entitas ke Indonesia. Namun ada yang butuh dukungan transportasi untuk mengambil barang itu. Sebagai contoh ada beberapa di Singapura dan Cina yang harus kita ambil sendiri,” ungkapnya.
Cecep menyatakan pihaknya akan membantu pihak pemerintah ataupun perusahaan farmasi yang memerlukan bantuan dalam mendapatkan izin ekspor obat-obatan. Ia meminta pihak yang membutuhkan bantuan untuk segera berkoordinasi dengan Kemlu.
“Di tengah pandemi ini izin ekspor memang agak sulit. Kalau ada dari pihak perusahaan farmasi yang membutuhkan bantuan, silakan hubungi kami agar kami lakukan mediasi,” jelasnya.
Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Agusdini Banun Saptaningsih, mengatakan, hingga saat ini ada beberapa kebutuhan obat dalam penanganan Covid-19.
“Kalau kita lihat saat ini masih ada kebutuhan obat. Contohnya adalah Remdesivir, dan Intravenous Immunoglobulin IVIG. Namun kami sudah berkoordinasi dengan industri obat dan kedutaan-kedutaan di luar negeri untuk mendapatkan pasokan,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan untuk stok intravenous immunoglobulin akan dipasok lewat Iran, namun prosesnya pengirimannya kemungkinan akhir Agustus. Sementara Remdesivir akan didatangkan dari India, Mesir dan Bangladesh.
“Sebenarnya rata-rata dari industri farmasi sudah punya jadwal penerbangan dan punya bea cukai masing-masing negara. Tapi ada kesulitan transportasi untuk mengambilnya. Sementara itu ada contoh lain seperti PT Kalbe Farma yang bisa memproduksi Favipiravir tapi bahan bakunya masih harus diimpor dari China,” jelasnya.
Kepala KSP Moeldoko mengatakan akan mengawal koordinasi dukungan dan bantuan transportasi untuk impor bahan baku obat dan obat-obatan penanganan Covid-19. Hal ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan pasien Covid-19.
Moeldoko menyatakan bahwa Pemerintah telah mendengar dan memantau isu ini sehingga akan memfasilitasi transportasi obat-obatan dan alat kesehatan dari luar negeri. Namun, ia mengingatkan semua pihak untuk tidak memanfaatkan kemudahan ini demi keuntungan pribadi.
“Dengan adanya fasilitas kemudahan ini, silakan manfaatkan dengan sebaiknya karena kita ingin ketersediaan obat segera terpenuhi. Tapi kemudahaan ini jangan dimanfaatkan kepentingan pribadi. Urusannya dengan saya nanti,” tegasnya.
Hal tersebut dikatakan Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen Syafruddin saat mengikuti rapat koordinasi bersama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) secara virtual, Kamis 29 Juli 2021.
“Dari 28 pesawat angkut Hercules, kami akan siapkan 4 pesawat untuk mengambil obat-obatan dan alat kesehatan di India dan China. Saat ini kami sedang menunggu jadwal pengambilan. Kami harap bisa kami dapatkan jadwal lebih cepat, agar kami bisa bersiap,” ujar Syafruddin dikutip dari rilis KSP, Jumat (30/7/2021).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Cecep Herawan menjelaskan dukungan kerjasama internasional secara umum dibagi atas beberapa bagian. Hal itu antara lain antarpemerintah, dari entitas di luar negeri, dan dari diaspora.
“Memang banyak barang yang dikirim langsung oleh negara maupun entitas ke Indonesia. Namun ada yang butuh dukungan transportasi untuk mengambil barang itu. Sebagai contoh ada beberapa di Singapura dan Cina yang harus kita ambil sendiri,” ungkapnya.
Cecep menyatakan pihaknya akan membantu pihak pemerintah ataupun perusahaan farmasi yang memerlukan bantuan dalam mendapatkan izin ekspor obat-obatan. Ia meminta pihak yang membutuhkan bantuan untuk segera berkoordinasi dengan Kemlu.
“Di tengah pandemi ini izin ekspor memang agak sulit. Kalau ada dari pihak perusahaan farmasi yang membutuhkan bantuan, silakan hubungi kami agar kami lakukan mediasi,” jelasnya.
Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Agusdini Banun Saptaningsih, mengatakan, hingga saat ini ada beberapa kebutuhan obat dalam penanganan Covid-19.
“Kalau kita lihat saat ini masih ada kebutuhan obat. Contohnya adalah Remdesivir, dan Intravenous Immunoglobulin IVIG. Namun kami sudah berkoordinasi dengan industri obat dan kedutaan-kedutaan di luar negeri untuk mendapatkan pasokan,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan untuk stok intravenous immunoglobulin akan dipasok lewat Iran, namun prosesnya pengirimannya kemungkinan akhir Agustus. Sementara Remdesivir akan didatangkan dari India, Mesir dan Bangladesh.
“Sebenarnya rata-rata dari industri farmasi sudah punya jadwal penerbangan dan punya bea cukai masing-masing negara. Tapi ada kesulitan transportasi untuk mengambilnya. Sementara itu ada contoh lain seperti PT Kalbe Farma yang bisa memproduksi Favipiravir tapi bahan bakunya masih harus diimpor dari China,” jelasnya.
Kepala KSP Moeldoko mengatakan akan mengawal koordinasi dukungan dan bantuan transportasi untuk impor bahan baku obat dan obat-obatan penanganan Covid-19. Hal ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan pasien Covid-19.
Moeldoko menyatakan bahwa Pemerintah telah mendengar dan memantau isu ini sehingga akan memfasilitasi transportasi obat-obatan dan alat kesehatan dari luar negeri. Namun, ia mengingatkan semua pihak untuk tidak memanfaatkan kemudahan ini demi keuntungan pribadi.
“Dengan adanya fasilitas kemudahan ini, silakan manfaatkan dengan sebaiknya karena kita ingin ketersediaan obat segera terpenuhi. Tapi kemudahaan ini jangan dimanfaatkan kepentingan pribadi. Urusannya dengan saya nanti,” tegasnya.
(muh)