Langkah PGE Menuju World Class Green Energy Company
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah tantangan pandemi Covid-19, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sepanjang 2020, telah berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour (GWh). Besaran energi bersih yang dihasilkan dari 15 wilayah kerja panas bumi di Indonesia ini tercatat naik 14 persen dari target yang ditetapkan perseroan.
Hingga saat ini, PGE leading dalam pengelolaan panas bumi nasional dengan kapasitas terpasang 1.887 MW di mana sebesar 1.205 MW dikelola bersama mitra dan 672 MW dioperasikan sendiri oleh PGE.
“Kapasitas terpasang di seluruh wilayah kerja panas bumi PGE ini mencakup 88 persen dari total kapasitas terpasang listrik panas bumi yang ada di Indonesia. Ini menunjukan betapa besar kontribusi PGE dalam pengembangan sumber daya panas bumi di Indonesia,” ujar Direktur Operasi PGE, Eko Agung Bramantyo.
Wilayah dimana potensi panas bumi berada, yang kebanyakan berada di pegunungan yang remote area, menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan pengembangan panas bumi. “Pada awal pengembangan, kami perlu membangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk bisa membawa rig ke lokasi pemboran yang dituju, bahkan ada jalan yang kami bangun hampir sepanjang 40 km,” tuturnya.
Topografi yang terjal juga menjadi tantangan lain dalam pengembangan panas bumi.
“Kami bekerja sama dengan konsultan dan Universitas untuk mengembangkan Early Warning System (EWR) untuk antisipasi terhadap adanya bencana longsor di sekitar Area dan Proyek PGE,” ucapnya.
Saat ini, masyarakat sekitar area panas bumi PGE telah menikmati multiplier effect dari pengembangan panas bumi, salah satunya adalah dengan berkembangnya infrastruktur.
“Di salah satu area PGE, awalnya masyarakat membutuhkan waktu enam jam untuk menuju kota terdekat, itupun harus menggunakan motor yang dipasangi rantai di rodanya, sekarang jalan sudah mulus, hanya butuh waktu 30 menit menuju kota terdekat,” ujarnya.
Memasuki 2021, PGE akan melangkah menuju World Class Green Energy Company. Berbagai strategi dan inovasi pun telah disiapkan. Sebagai Sub-holding Power & New Renewable Energy (PNRE), PGE akan mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam manajemen industri pengembangan energi bersih, baik berbasis panas bumi sehingga menjadi pionir dalam pengembangan energi masa depan di Indonesia.
Dalam 10 tahun ke depan, PGE menargetkan dapat meningkatkan kapasitas terpasang energi bersih yang bersumber dari panas bumi hingga dua kali lipat lebih dari yang saat ini dioperasikan sendiri oleh PGE. Targetnya, pada 2030 PGE akan meningkatkan kapasitas terpasang yang dikelola langsung PGE menjadi 1.540 MW. Ini artinya pada 2030 PGE berpotensi untuk bisa memberikan kontribusi potensi pengurangan emisi sebesar sembilan juta ton CO2 per tahun, dan mentargetkan menjadi top three produsen panas bumi di dunia.
Hingga saat ini, PGE leading dalam pengelolaan panas bumi nasional dengan kapasitas terpasang 1.887 MW di mana sebesar 1.205 MW dikelola bersama mitra dan 672 MW dioperasikan sendiri oleh PGE.
“Kapasitas terpasang di seluruh wilayah kerja panas bumi PGE ini mencakup 88 persen dari total kapasitas terpasang listrik panas bumi yang ada di Indonesia. Ini menunjukan betapa besar kontribusi PGE dalam pengembangan sumber daya panas bumi di Indonesia,” ujar Direktur Operasi PGE, Eko Agung Bramantyo.
Wilayah dimana potensi panas bumi berada, yang kebanyakan berada di pegunungan yang remote area, menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan pengembangan panas bumi. “Pada awal pengembangan, kami perlu membangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk bisa membawa rig ke lokasi pemboran yang dituju, bahkan ada jalan yang kami bangun hampir sepanjang 40 km,” tuturnya.
Topografi yang terjal juga menjadi tantangan lain dalam pengembangan panas bumi.
“Kami bekerja sama dengan konsultan dan Universitas untuk mengembangkan Early Warning System (EWR) untuk antisipasi terhadap adanya bencana longsor di sekitar Area dan Proyek PGE,” ucapnya.
Saat ini, masyarakat sekitar area panas bumi PGE telah menikmati multiplier effect dari pengembangan panas bumi, salah satunya adalah dengan berkembangnya infrastruktur.
“Di salah satu area PGE, awalnya masyarakat membutuhkan waktu enam jam untuk menuju kota terdekat, itupun harus menggunakan motor yang dipasangi rantai di rodanya, sekarang jalan sudah mulus, hanya butuh waktu 30 menit menuju kota terdekat,” ujarnya.
Memasuki 2021, PGE akan melangkah menuju World Class Green Energy Company. Berbagai strategi dan inovasi pun telah disiapkan. Sebagai Sub-holding Power & New Renewable Energy (PNRE), PGE akan mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam manajemen industri pengembangan energi bersih, baik berbasis panas bumi sehingga menjadi pionir dalam pengembangan energi masa depan di Indonesia.
Dalam 10 tahun ke depan, PGE menargetkan dapat meningkatkan kapasitas terpasang energi bersih yang bersumber dari panas bumi hingga dua kali lipat lebih dari yang saat ini dioperasikan sendiri oleh PGE. Targetnya, pada 2030 PGE akan meningkatkan kapasitas terpasang yang dikelola langsung PGE menjadi 1.540 MW. Ini artinya pada 2030 PGE berpotensi untuk bisa memberikan kontribusi potensi pengurangan emisi sebesar sembilan juta ton CO2 per tahun, dan mentargetkan menjadi top three produsen panas bumi di dunia.