Hari Keluarga Nasional, Momentum Keluarga Indonesia Cegah Stunting
loading...
A
A
A
JAKARTA - Semua keluarga Indonesia bisa beresiko stunting, yaitu suatu kondisi terganggunya pertumbuhan anak secara fisik maupun perkembangan intelektualnya karena kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal tumbuh kembang anak.
Saat ini satu dari empat anak yang lahir di Indonesia mengalami stunting. Indonesia berada pada posisi kelima sebagai negara yang memiliki kasus stunting terbanyak di dunia.
Kondisi ini dapat berdampak pada generasi penerus bangsa dan masa depan anak, dengan kondisi stunting anak-anak akan sulit untuk bermain dan belajar, serta mempengaruhi kualitas kesehatan mereka di masa depan.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan penajaman target sasaran intervensi untuk melakukan percepatan penurunan kasus stunting di Indonesia, mulai dari intervensi terhadap calon pengantin, janin dan bayi dalam 1.000 hari pertama kehidupan pada masa ibu hami dan masa pascapersalinan.
BKKBN melalui seluruh tenaga penyuluh dan kader di lapangan bekerja sama dengan seluruh lintas sektor terkait, organisasi masyarakat, dan pemerintah daerah bersinergi menyatukan gerak dan langkah untuk mewujudkan keluarga berkualitas dengan lahirnya generasi yang sehat bebas stunting.
BKKBN membuat 10 pokok perubahan program kerja untuk mengawal ibu hamil dan mendampingi keluarga Indonesia dalam setiap aspek kehidupan yang dilakukan dengan cara pendataan dan penapisan, pendampingan, pemantauan, dan audit kasus.
Sepuluh pokok perubahan tersebut meliputi pendataan keluarga berisiko tinggi (risti) stunting (melalui pendataan keluarga dan diupdate dengan Sistem Informasi Keluarga (Siga); Pendampingan semua keluarga risti stunting oleh kader KB, PPKBD dan Sub PPKBD; Penapisan keluarga terhadap penggunaan dan kepemilikan sarana jamban dan air bersih; Penapisan keluarga terhadap penggunaan dan kepemilikan sarana rumah sehat.
Kemudian pendampingan dan penapisan keluarga terhadap ketersediaan pangan, pola makan dan asupan gizi oleh kader sehat dan PPKBD sub PPKBD PKK dan dasa wisma; Pendampingan dan penapisan kesehatan reproduksi semua remaja/pemuda tiga bulan pranikah, dan; Komponen pendukung audit kejadian stunting di tingkat kecamatan dengan pembangunan sistem IT/IOT/aplikasi baru pendukung rencana aksi oleh camat dibantu oleh PKB, PLKB, pimpinan puskesmas dan pakar.
Hari Keluarga Nasional ke-28 yang jatuh pada 29 Juni 2021 ini menjadi momentum untuk mengingatkan seluruh Keluarga Indonesia terhadap pentingnya arti keluarga dalam kehidupan.
Hari Keluarga Nasional tahun ini juga menjadi momentum bagi setiap keluarga Indonesia untuk bersama-sama menyelamatkan anak-anak Indonesia dari ancaman stunting. Karena itu beberapa kegiatan dilaksanakan untuk mendukung Hari Keluarga Nasional, seperti 'Gerakan Bulan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita' di posyandu yang dilakukan untuk meningkatkan gerakan keluarga dan masyarakat dalam Posyandu Holistik Integratif sebagai wadah yang mampu mengintegrasikan program dan kegiatan lintas sektor sebagai lembaga masyarakat di tingkat desa.
Kemudian 'Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor' yang dilaksanakan Kamis (24/6/2021), dan mendapatkan akseptor sebanyak 1.213.066 akseptor di seluruh Indonesia serta 'Penghargaan Program Bangga Kencana' dan 'Penghargaan dalam Penurunan Stunting'.
Seluruh kegiatan diselenggarakan dengan tetap memperhatikan kualitas pelayanan, kondisi zona wilayah, dan protokol kesehatan pada masa pandemi.
Baru-baru ini BKKBN diberi tanggung jawab dalam penanganan Covid-19 pada ibu hamil, ibu menyusui, anak usia 12-17 tahun.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional ke-28 tahun ini, BKKBN meluncurkan Vaksinasi Covid-19 bagi anak usia 12-17 tahun. “Sedangkan untuk ibu hamil, masih dalam kajian, dalam waktu dekat semoga bisa
dilaksanakan secepatnya. Namun untuk ibu nifas atau ibu menyusui dapat dilakukan hari ini,“ katanya.
Kegiatan vaksinasi tesebut akan dilaksanakan di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat (Kabupaten Sumedang dan Kota Bogor), Sulawesi Selatan, dan Bangka Belitung.
"Semoga momentum penting ini menjadi sebuah upaya preventif dalam menghadapi Covid-19 juga sebagai momentum bersama untuk kembali menumbuhkan kesadaran membentuk generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas. Wujudkan keluarga berkualitas bebas stunting untuk mendukung tercapainya Indonesia maju,“ ujarnya. CM
Saat ini satu dari empat anak yang lahir di Indonesia mengalami stunting. Indonesia berada pada posisi kelima sebagai negara yang memiliki kasus stunting terbanyak di dunia.
Kondisi ini dapat berdampak pada generasi penerus bangsa dan masa depan anak, dengan kondisi stunting anak-anak akan sulit untuk bermain dan belajar, serta mempengaruhi kualitas kesehatan mereka di masa depan.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan penajaman target sasaran intervensi untuk melakukan percepatan penurunan kasus stunting di Indonesia, mulai dari intervensi terhadap calon pengantin, janin dan bayi dalam 1.000 hari pertama kehidupan pada masa ibu hami dan masa pascapersalinan.
BKKBN melalui seluruh tenaga penyuluh dan kader di lapangan bekerja sama dengan seluruh lintas sektor terkait, organisasi masyarakat, dan pemerintah daerah bersinergi menyatukan gerak dan langkah untuk mewujudkan keluarga berkualitas dengan lahirnya generasi yang sehat bebas stunting.
BKKBN membuat 10 pokok perubahan program kerja untuk mengawal ibu hamil dan mendampingi keluarga Indonesia dalam setiap aspek kehidupan yang dilakukan dengan cara pendataan dan penapisan, pendampingan, pemantauan, dan audit kasus.
Sepuluh pokok perubahan tersebut meliputi pendataan keluarga berisiko tinggi (risti) stunting (melalui pendataan keluarga dan diupdate dengan Sistem Informasi Keluarga (Siga); Pendampingan semua keluarga risti stunting oleh kader KB, PPKBD dan Sub PPKBD; Penapisan keluarga terhadap penggunaan dan kepemilikan sarana jamban dan air bersih; Penapisan keluarga terhadap penggunaan dan kepemilikan sarana rumah sehat.
Kemudian pendampingan dan penapisan keluarga terhadap ketersediaan pangan, pola makan dan asupan gizi oleh kader sehat dan PPKBD sub PPKBD PKK dan dasa wisma; Pendampingan dan penapisan kesehatan reproduksi semua remaja/pemuda tiga bulan pranikah, dan; Komponen pendukung audit kejadian stunting di tingkat kecamatan dengan pembangunan sistem IT/IOT/aplikasi baru pendukung rencana aksi oleh camat dibantu oleh PKB, PLKB, pimpinan puskesmas dan pakar.
Hari Keluarga Nasional ke-28 yang jatuh pada 29 Juni 2021 ini menjadi momentum untuk mengingatkan seluruh Keluarga Indonesia terhadap pentingnya arti keluarga dalam kehidupan.
Hari Keluarga Nasional tahun ini juga menjadi momentum bagi setiap keluarga Indonesia untuk bersama-sama menyelamatkan anak-anak Indonesia dari ancaman stunting. Karena itu beberapa kegiatan dilaksanakan untuk mendukung Hari Keluarga Nasional, seperti 'Gerakan Bulan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita' di posyandu yang dilakukan untuk meningkatkan gerakan keluarga dan masyarakat dalam Posyandu Holistik Integratif sebagai wadah yang mampu mengintegrasikan program dan kegiatan lintas sektor sebagai lembaga masyarakat di tingkat desa.
Kemudian 'Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor' yang dilaksanakan Kamis (24/6/2021), dan mendapatkan akseptor sebanyak 1.213.066 akseptor di seluruh Indonesia serta 'Penghargaan Program Bangga Kencana' dan 'Penghargaan dalam Penurunan Stunting'.
Seluruh kegiatan diselenggarakan dengan tetap memperhatikan kualitas pelayanan, kondisi zona wilayah, dan protokol kesehatan pada masa pandemi.
Baru-baru ini BKKBN diberi tanggung jawab dalam penanganan Covid-19 pada ibu hamil, ibu menyusui, anak usia 12-17 tahun.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional ke-28 tahun ini, BKKBN meluncurkan Vaksinasi Covid-19 bagi anak usia 12-17 tahun. “Sedangkan untuk ibu hamil, masih dalam kajian, dalam waktu dekat semoga bisa
dilaksanakan secepatnya. Namun untuk ibu nifas atau ibu menyusui dapat dilakukan hari ini,“ katanya.
Kegiatan vaksinasi tesebut akan dilaksanakan di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat (Kabupaten Sumedang dan Kota Bogor), Sulawesi Selatan, dan Bangka Belitung.
"Semoga momentum penting ini menjadi sebuah upaya preventif dalam menghadapi Covid-19 juga sebagai momentum bersama untuk kembali menumbuhkan kesadaran membentuk generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas. Wujudkan keluarga berkualitas bebas stunting untuk mendukung tercapainya Indonesia maju,“ ujarnya. CM
(ars)