Kemenkes Sebut Corona Varian Delta Cenderung Menyerang Anak-anak
loading...

Kemenkes mengungkapkan, penyebaran virus Corona (Covid-19) varian Delta atau B1617 dari India cenderung menyerang kelompok anak-anak hingga usia 18 tahun. Foto/SINDOnews/Ilustrasi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, penyebaran virus Corona (Covid-19) varian Delta atau B1617 dari India cenderung menyerang kelompok anak-anak hingga usia 18 tahun.
Baca juga: Brunei Bebas Corona (4): Selain Hidupkan Al-Qur'an, Juga Lakukan 11 Hal Ini
"Jadi, memang ada kecenderungan kalau lihat variasi Delta ini pada umur, pada umur di beberapa rumah sakit, di umur-umur dibawah 18 tahun, di bawah 10 tahun sudah ada yang kena," kata Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit & Plt. Dirjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes), secara virtual, Rabu (23/6/2021).
Baca juga: Ngeyel! Yusuf Syeh Warga Petojo Sebut Corona di Indonesia Sudah Berakhir
"Sudah ada yang kena, itu saja yang pengamatan kami melihat varian baru ini berbeda dengan varian yang sebelumnya, yang dari Wuhan," tambahnya.
Maxi menjelaskan, gejala dari varian Delta ini sama dengan varian Covid-19 sebelumnya. Secara penyebaran, baik varian lama atau baru sama-sama bisa menyebar melalui droplet karena sifat penularannya melalui airbone.
“Kalau perbedaan yang kami amati sama ya, gejala-gejala klinisnya itu sama ya. Kalau soal paparan sama semua. Karena paparan itu melalui droplet aja nggak usah karena varian baru juga bisa terpapar Corona virus seperti itu karena sifat penularannya melalui airbone,” jelas Maxi.
Varia Delta, kata Maxi, memiliki kecepatan penularan yang tinggi. Bahkan, seperti di Kudus menyebabkan peningkatan kasus Covid-19 secara eksponensial. “Memang karena penularannya cepat banget varian Delta, jadi eksponensial.”
“Kita juga seperti di India, di Kudus itu cepat banget, di DKI, di DKI sekalipun sudah tidak ada bukti ada Delta disini yang kena awal. Tapi di Kudus seluruh yang kami periksa itu ada varia Delta,” papar Maxi.
Oleh karena itu, Maxi mengatakan ketika terjadi peningkatan yang cukup tajam maka langsung dilakukan Whole Genome Sequencing untuk mengetahui apakah ada varian baru.
"Jadi, kami setiap daerah yang ada peningkatan yang cukup tajam, langsung sampel-sampel yang apa yang memenuhi syarat untuk Genome Sequencing, yang viral load dibawah 30 itu kita bisa periksa varian baru. Ada 14 laboratorium yang bisa memeriksa varian baru di Indonesia ini," paparnya.
Baca juga: Brunei Bebas Corona (4): Selain Hidupkan Al-Qur'an, Juga Lakukan 11 Hal Ini
"Jadi, memang ada kecenderungan kalau lihat variasi Delta ini pada umur, pada umur di beberapa rumah sakit, di umur-umur dibawah 18 tahun, di bawah 10 tahun sudah ada yang kena," kata Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit & Plt. Dirjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes), secara virtual, Rabu (23/6/2021).
Baca juga: Ngeyel! Yusuf Syeh Warga Petojo Sebut Corona di Indonesia Sudah Berakhir
"Sudah ada yang kena, itu saja yang pengamatan kami melihat varian baru ini berbeda dengan varian yang sebelumnya, yang dari Wuhan," tambahnya.
Maxi menjelaskan, gejala dari varian Delta ini sama dengan varian Covid-19 sebelumnya. Secara penyebaran, baik varian lama atau baru sama-sama bisa menyebar melalui droplet karena sifat penularannya melalui airbone.
“Kalau perbedaan yang kami amati sama ya, gejala-gejala klinisnya itu sama ya. Kalau soal paparan sama semua. Karena paparan itu melalui droplet aja nggak usah karena varian baru juga bisa terpapar Corona virus seperti itu karena sifat penularannya melalui airbone,” jelas Maxi.
Varia Delta, kata Maxi, memiliki kecepatan penularan yang tinggi. Bahkan, seperti di Kudus menyebabkan peningkatan kasus Covid-19 secara eksponensial. “Memang karena penularannya cepat banget varian Delta, jadi eksponensial.”
“Kita juga seperti di India, di Kudus itu cepat banget, di DKI, di DKI sekalipun sudah tidak ada bukti ada Delta disini yang kena awal. Tapi di Kudus seluruh yang kami periksa itu ada varia Delta,” papar Maxi.
Oleh karena itu, Maxi mengatakan ketika terjadi peningkatan yang cukup tajam maka langsung dilakukan Whole Genome Sequencing untuk mengetahui apakah ada varian baru.
"Jadi, kami setiap daerah yang ada peningkatan yang cukup tajam, langsung sampel-sampel yang apa yang memenuhi syarat untuk Genome Sequencing, yang viral load dibawah 30 itu kita bisa periksa varian baru. Ada 14 laboratorium yang bisa memeriksa varian baru di Indonesia ini," paparnya.
(maf)
Lihat Juga :