Dimunculkan Lebih Awal, Jagoan Parpol di Pilpres 2024 Mudah Diserang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah partai politik (parpol) sudah mulai memunculkan jagonya masing-masing untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden atau Pilpres 2024 . Beberapa di antaranya yang dijagokan merupakan ketua umum mereka.
Pengamat politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam menilai, jika jago masing-masing parpol itu memiliki banyak kelemahan, akan mudah diserang musuh sebelum bertanding di Pilpres 2024. "Strategi ini juga rentan jika misalnya kandidat tersebut memiliki banyak kelemahan dan kekuatan politiknya masih lemah, sehingga akan mudah dibonsai bahkan dieliminasi sebelum bertanding," katanya kepada SINDOnews, Sabtu (5/6/2021).
Kendati demikian, Arif mengakui bahwa setiap strategi politik punya plus dan minusnya. "Namun keuntungan politik yang didapat ketika sudah muncul di publik, maka rating dan bargaining politiknya akan naik yang bisa digunakan untuk tawar menawar posisi atau barter kepentingan," pungkasnya.
Sekadar diketahui, Partai Gerindra sudah mendorong ketua umum mereka, Prabowo Subianto untuk kesekian kalinya maju Pilpres 2024. Partai Golkar juga mendorong ketua umum berlambang pohon beringin itu, Airlangga Hartarto.
Partai Demokrat dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sementara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendorong ketua umumnya, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin atau Gus Ami).
Lalu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sempat menyedot perhatian karena isu persaingan antara Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024.
Selain itu, Partai Amanat Nasional (PAN) yang menginginkan Ketua Dewan Kehormatannya, Soetrisno Bachir menjadi bakal calon presiden. Muncul pula nama Zulkifli Hasan dan Hatta Rajasa.
Pengamat politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam menilai, jika jago masing-masing parpol itu memiliki banyak kelemahan, akan mudah diserang musuh sebelum bertanding di Pilpres 2024. "Strategi ini juga rentan jika misalnya kandidat tersebut memiliki banyak kelemahan dan kekuatan politiknya masih lemah, sehingga akan mudah dibonsai bahkan dieliminasi sebelum bertanding," katanya kepada SINDOnews, Sabtu (5/6/2021).
Kendati demikian, Arif mengakui bahwa setiap strategi politik punya plus dan minusnya. "Namun keuntungan politik yang didapat ketika sudah muncul di publik, maka rating dan bargaining politiknya akan naik yang bisa digunakan untuk tawar menawar posisi atau barter kepentingan," pungkasnya.
Sekadar diketahui, Partai Gerindra sudah mendorong ketua umum mereka, Prabowo Subianto untuk kesekian kalinya maju Pilpres 2024. Partai Golkar juga mendorong ketua umum berlambang pohon beringin itu, Airlangga Hartarto.
Partai Demokrat dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sementara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendorong ketua umumnya, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin atau Gus Ami).
Lalu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sempat menyedot perhatian karena isu persaingan antara Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024.
Selain itu, Partai Amanat Nasional (PAN) yang menginginkan Ketua Dewan Kehormatannya, Soetrisno Bachir menjadi bakal calon presiden. Muncul pula nama Zulkifli Hasan dan Hatta Rajasa.
(zik)