Demokrat-PKS Disarankan Segera Umumkan Duet Anies-AHY
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) disarankan segera mengumumkan duet Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono atau Anies-AHY sebagai capres-cawapres 2024. Hal ini penting demi menggaet parpol lain.
Dinamika menuju Pilpres 2024 semakin menarik dan menjadi perbincangan publik setelah sejumlah elite partai politik (parpol) mulai terbuka membicarakan arah koalisi dan menyodorkan sejumlah figur yang layak dicalonkan menjadi presiden dan wakil presiden untuk Pilpres 2024.
Teranyar, sikap PDI Perjuangan (PDIP) sebagai partai pemenang pemilu yang memberi sinyal menolak untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat dan PKS dengan berbagai pertimbangan seperti yang disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Kondisi ini dinilai menyulitkan Demokrat dan PKS untuk menjalin komunikasi lebih lanjut tentang arah politik mereka ke depan.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab mengatakan, Pilpres 2024 masih cukup jauh sehingga masih terbuka ruang bagi parpol untuk menjalin komunikasi dan strategi politik. "Tapi yang masih jauh itu jangan kemudian bikin parpol-parpol ini leyeh-leyeh. Semua parpol khususnya Demokrat-PKS harus mengatur strategi yang tepat kalau enggak ingin ketinggalan kereta," kata Fadhli saat dihubungi, Rabu (2/6/2021).
Menurut Fadhli, salah satu strategi yang harus dikencangkan Demokrat dan PKS adalah melakukan penjajakan dengan parpol yang sejalan baik dari aspek politik maupun kesejarahan pada pemilu-pemilu sebelumnya. Masalahnya, menurut Fadhli, kesejarahan itu terhenti saat Pilpres 2014 dan 2019.
"Kalau kita cermati, partai yang katakanlah sejalan dengan Demokrat dan PKS itu putus hubungan secara kuat saat Pilpres 2019. Kalau PKS bisa mesra dengan koalisi mengusung Prabowo-Sandi, Demokrat sebenarnya ada di persimpangan jalan," ujar Fadhli.
Karena itu, menurut Analis Politik asal UIN Jakarta ini, strategi yang tepat saat ini dilakukan Demokrat-PKS adalah dengan mulai berani mengumumkan figur yang layak dijual dan dipromosikan ke parpol calon koalisi. Dia melihat figur Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang realistis untuk segera dikenalkan ke publik.
"Perpaduan elektabilitas AHY dan Anies mempermudah komunikasi ke parpol lain. Maka kalo mau lebih berani dua partai itu harus mengumumkan wacana AHY-Anies. Terserah bagaimana setrateginya apakah AHY-Anies atau Anies-AHY, itu kan cuma butuh makan siang bersama saja," kata dia.
Menurut Fadhli, dengan strategi itu setidaknya bisa membuka ruang dengan parpol lain seperti PPP, Nasdem, PKB, dan partai lain yang tak punya kursi di DPR dan partai-partai baru. "Dinamika hari ini, PKB mulai terang-terangan mau koalisi sama PDIP dengan menyodorkan Cak Imin (Ketua Umum PKB). Nah, di saat bersamaan PDIP dan Gerindra makin mesra hubungannya. Artinya, Demokrat-PKS masih ada kesempatan gaet parpol di luar PDIP-Gerindra dengan mengajukan nama Anies dan AHY," pungkasnya.
Dinamika menuju Pilpres 2024 semakin menarik dan menjadi perbincangan publik setelah sejumlah elite partai politik (parpol) mulai terbuka membicarakan arah koalisi dan menyodorkan sejumlah figur yang layak dicalonkan menjadi presiden dan wakil presiden untuk Pilpres 2024.
Teranyar, sikap PDI Perjuangan (PDIP) sebagai partai pemenang pemilu yang memberi sinyal menolak untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat dan PKS dengan berbagai pertimbangan seperti yang disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Kondisi ini dinilai menyulitkan Demokrat dan PKS untuk menjalin komunikasi lebih lanjut tentang arah politik mereka ke depan.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab mengatakan, Pilpres 2024 masih cukup jauh sehingga masih terbuka ruang bagi parpol untuk menjalin komunikasi dan strategi politik. "Tapi yang masih jauh itu jangan kemudian bikin parpol-parpol ini leyeh-leyeh. Semua parpol khususnya Demokrat-PKS harus mengatur strategi yang tepat kalau enggak ingin ketinggalan kereta," kata Fadhli saat dihubungi, Rabu (2/6/2021).
Menurut Fadhli, salah satu strategi yang harus dikencangkan Demokrat dan PKS adalah melakukan penjajakan dengan parpol yang sejalan baik dari aspek politik maupun kesejarahan pada pemilu-pemilu sebelumnya. Masalahnya, menurut Fadhli, kesejarahan itu terhenti saat Pilpres 2014 dan 2019.
"Kalau kita cermati, partai yang katakanlah sejalan dengan Demokrat dan PKS itu putus hubungan secara kuat saat Pilpres 2019. Kalau PKS bisa mesra dengan koalisi mengusung Prabowo-Sandi, Demokrat sebenarnya ada di persimpangan jalan," ujar Fadhli.
Karena itu, menurut Analis Politik asal UIN Jakarta ini, strategi yang tepat saat ini dilakukan Demokrat-PKS adalah dengan mulai berani mengumumkan figur yang layak dijual dan dipromosikan ke parpol calon koalisi. Dia melihat figur Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang realistis untuk segera dikenalkan ke publik.
"Perpaduan elektabilitas AHY dan Anies mempermudah komunikasi ke parpol lain. Maka kalo mau lebih berani dua partai itu harus mengumumkan wacana AHY-Anies. Terserah bagaimana setrateginya apakah AHY-Anies atau Anies-AHY, itu kan cuma butuh makan siang bersama saja," kata dia.
Menurut Fadhli, dengan strategi itu setidaknya bisa membuka ruang dengan parpol lain seperti PPP, Nasdem, PKB, dan partai lain yang tak punya kursi di DPR dan partai-partai baru. "Dinamika hari ini, PKB mulai terang-terangan mau koalisi sama PDIP dengan menyodorkan Cak Imin (Ketua Umum PKB). Nah, di saat bersamaan PDIP dan Gerindra makin mesra hubungannya. Artinya, Demokrat-PKS masih ada kesempatan gaet parpol di luar PDIP-Gerindra dengan mengajukan nama Anies dan AHY," pungkasnya.
(zik)