Kemenag: Indonesia dan Rusia Sepakat Dialog Agama untuk Perdamaian Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas melakukan pertemuan secara virtual dengan Duta Besar Rusia, Lyudmila G Vorobyova. Diketahui dari pertemuan tersebut Indonesia dan Rusia sepakati dialog agama untuk perdamaian dunia.
Menag Yaqut menuturkan bahwa agama memiliki peran besar untuk menyatukan dunia. Namun, saat ini ada orang-orang yang kerap menggunakan agama untuk kepentingan politik semata serta berdampak pada kehancuran peradaban dunia.
Oleh karenanya, diperlukan kesadaran semua pihak untuk menghilangkan sifat destruktif agama ini. Salah satunya dengan memperbanyak dialog lintas agama (interfaith dialogue).
"Sejarah kita ini juga menunjukkan bagaimana agama-agama selain bisa mempersatukan manusia juga bisa mendestruksi peradaban umat manusia,” ucap Gus Yaqut, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/5/2021).
"Contoh yang paling akhir adalah bagaimana konflik politik di Israel dan palestina itu kemudian di beberapa tempat dimodifikasi menjadi konflik agama. Oleh karena itu saya yakin kita sama-sama punya tanggung jawab untuk menghilangkan sikap destruktif agama," sambungnya.
Yaqut berharap Rusia sependapat dengan Indonesia yang memiliki pandangan bahwa untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina perlu kearifan dan menempatkan posisi degan semestinya.
"Bahwa ini bukan konflik agama. Ini ada persoalan lain di dalamnya. Sehingga Indonesia, Rusia, dan negara-negara yang peduli dengan perdamaian dunia dapat membantu menyelesaikan ini," tuturnya.
Lebih lanjut kata dia, apabila konflik yang terjadi adalah murni karena agama tentunya hal ini tidak dapat dibenarkan. "Karena pasti tidak ada satu pun agama yang mengajarkan tentang kekerasan," pungkasnya.
Senada dengan Gus Yaqut, Dubes Rusia Mrs. Lyudmila G. Vorobyova menilai konflik antara Israel-Palestina sangat kompleks. Dalam hal ini Rusia menyetujui bahwa agama digunakan untuk mengusung kepentingan politik bagi mereka yang berkepentingan.
"Saya berharap kita dapat bergerak bersama mencari cara untuk menghentikan konflik yang terjadi. Kita harus bersama menghentikan perang, karena banyak manusia yang telah menjadi korban. Setiap agama tentunya mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang," jelas Vorobyova.
Menag Yaqut menuturkan bahwa agama memiliki peran besar untuk menyatukan dunia. Namun, saat ini ada orang-orang yang kerap menggunakan agama untuk kepentingan politik semata serta berdampak pada kehancuran peradaban dunia.
Oleh karenanya, diperlukan kesadaran semua pihak untuk menghilangkan sifat destruktif agama ini. Salah satunya dengan memperbanyak dialog lintas agama (interfaith dialogue).
"Sejarah kita ini juga menunjukkan bagaimana agama-agama selain bisa mempersatukan manusia juga bisa mendestruksi peradaban umat manusia,” ucap Gus Yaqut, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/5/2021).
"Contoh yang paling akhir adalah bagaimana konflik politik di Israel dan palestina itu kemudian di beberapa tempat dimodifikasi menjadi konflik agama. Oleh karena itu saya yakin kita sama-sama punya tanggung jawab untuk menghilangkan sikap destruktif agama," sambungnya.
Yaqut berharap Rusia sependapat dengan Indonesia yang memiliki pandangan bahwa untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina perlu kearifan dan menempatkan posisi degan semestinya.
"Bahwa ini bukan konflik agama. Ini ada persoalan lain di dalamnya. Sehingga Indonesia, Rusia, dan negara-negara yang peduli dengan perdamaian dunia dapat membantu menyelesaikan ini," tuturnya.
Lebih lanjut kata dia, apabila konflik yang terjadi adalah murni karena agama tentunya hal ini tidak dapat dibenarkan. "Karena pasti tidak ada satu pun agama yang mengajarkan tentang kekerasan," pungkasnya.
Senada dengan Gus Yaqut, Dubes Rusia Mrs. Lyudmila G. Vorobyova menilai konflik antara Israel-Palestina sangat kompleks. Dalam hal ini Rusia menyetujui bahwa agama digunakan untuk mengusung kepentingan politik bagi mereka yang berkepentingan.
"Saya berharap kita dapat bergerak bersama mencari cara untuk menghentikan konflik yang terjadi. Kita harus bersama menghentikan perang, karena banyak manusia yang telah menjadi korban. Setiap agama tentunya mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang," jelas Vorobyova.