Martin Manurung: Wimar Witoelar Ajarkan Arti Loyalitas yang Digagas Gus Dur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wimar Witoelar meninggal dunia pada Rabu 19 Mei 2021 pagi. Berpulangnya mantan juru bicara Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) itu meninggalkan duka mendalam bagi sejumlah kalangan di Tanah Air.
Salah satunya yaitu anggota Komisi VI DPR RI, Martin Manurung. Dia mengaku sangat merasa kehilangan atas meninggalnya pria yang biasa disapa WW itu. Awal mula perkenalan dirinya dengan Wimar Witoelar pun tak luput dari ingatannya. “Kami saling memanggil dengan inisial nama. Saya memanggilnya “WW”, dan Wimar Witoelar memanggil saya “MM”. Kebetulan inisial kami sama-sama berhuruf kembar, bahkan hurufnya tinggal dibalik saja atas-bawah,” kata Martin kepada wartawan, Rabu (19/5/2021).
Martin pertama kali melihat sosok Wimar Witoelar di layar televisi pada era 1998-an. Ketika itu Wimar Witoelar menjadi pembawa acara untuk program talkshow. Kala itu Martin masih berstatus sebagai mahasiswa. “Seingat saya, saat itu adalah masa-masa awal di Fakultas Ekonomi Universtitas Indonesia (FEUI). Ketika itu masa-masa menjelang dan awal reformasi 1998. Saking senangnya saya dengan pandangan-pandangan WW, saya menulis email kepadanya dan WW pun membalasnya,” kenang politikus Partai Nasdem itu.
Pada 1999, Wimar Witoelar mengundang Martin untuk diwawancara pada program “Perspektif Baru”. “Saya kaget dan terus terang sedikit grogi. Saya yang masih mahasiswa akan diwawancarai oleh WW yang waktu itu sudah menjadi host yang terkenal,” sebutnya.
Cerita lain Martin dalam kebersamaannya dengan Wimar Witoelar ketika menggagas Forum Rembug Nasional (FRN) di Bali. Kala itu Wimar Witoelar menjadi moderator dan Presiden Gus Dur menjadi narasumber. “Saya sempat bertanya kepada Presiden Gus Dur. Setelah itu saya sering berdiskusi dengan Presiden Gus Dur dan WW,” tandasnya
Dari sepanjang perjalanan perkenalannya, kata Martin, Wimar Witoelar mengajarkan arti loyalitas pada gagasan Gus Dur. “Selamat jalan dan terima kasih telah menjadi bagian penting dalam hidup saya!”
Sebagaimana diketahui, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Wimar Witoelar WW sempat menjalani perawatan Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan.
Salah satunya yaitu anggota Komisi VI DPR RI, Martin Manurung. Dia mengaku sangat merasa kehilangan atas meninggalnya pria yang biasa disapa WW itu. Awal mula perkenalan dirinya dengan Wimar Witoelar pun tak luput dari ingatannya. “Kami saling memanggil dengan inisial nama. Saya memanggilnya “WW”, dan Wimar Witoelar memanggil saya “MM”. Kebetulan inisial kami sama-sama berhuruf kembar, bahkan hurufnya tinggal dibalik saja atas-bawah,” kata Martin kepada wartawan, Rabu (19/5/2021).
Martin pertama kali melihat sosok Wimar Witoelar di layar televisi pada era 1998-an. Ketika itu Wimar Witoelar menjadi pembawa acara untuk program talkshow. Kala itu Martin masih berstatus sebagai mahasiswa. “Seingat saya, saat itu adalah masa-masa awal di Fakultas Ekonomi Universtitas Indonesia (FEUI). Ketika itu masa-masa menjelang dan awal reformasi 1998. Saking senangnya saya dengan pandangan-pandangan WW, saya menulis email kepadanya dan WW pun membalasnya,” kenang politikus Partai Nasdem itu.
Pada 1999, Wimar Witoelar mengundang Martin untuk diwawancara pada program “Perspektif Baru”. “Saya kaget dan terus terang sedikit grogi. Saya yang masih mahasiswa akan diwawancarai oleh WW yang waktu itu sudah menjadi host yang terkenal,” sebutnya.
Cerita lain Martin dalam kebersamaannya dengan Wimar Witoelar ketika menggagas Forum Rembug Nasional (FRN) di Bali. Kala itu Wimar Witoelar menjadi moderator dan Presiden Gus Dur menjadi narasumber. “Saya sempat bertanya kepada Presiden Gus Dur. Setelah itu saya sering berdiskusi dengan Presiden Gus Dur dan WW,” tandasnya
Dari sepanjang perjalanan perkenalannya, kata Martin, Wimar Witoelar mengajarkan arti loyalitas pada gagasan Gus Dur. “Selamat jalan dan terima kasih telah menjadi bagian penting dalam hidup saya!”
Sebagaimana diketahui, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Wimar Witoelar WW sempat menjalani perawatan Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan.
(cip)