Sambut Hari Raya Idul Fitri, Ahmad Muzani Ingatkan Lebaran Tanpa Salaman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gema takbir telah berkumandang, Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah yang telah dinanti pun tiba. Namun Perayaan Hari Raya Idul Fitri kali ini diungkapkan Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani terasa berbeda. Sebab hari kemenangan bagi umat muslim itu masih dalam suasana pandemi virus Corona (Covid-19). (Baca juga: Hasil Sidang Isbat: Hari Raya Idul Fitri Jatuh pada Minggu 24 Mei 2020)
"Sebentar lagi bulan Ramadhan akan berakhir dan kita akan memasuki bulan Syawal. Bulan Syawal akan ditandai dengan 1 Syawal atau yang biasa kita sebut dengan Hari Raya Idul Fitri, hari di mana kita akan merayakan kemenangan. Akan tetapi dalam memasuki bulan Syawal, di Hari Raya Idul Fitri ini kita masih dalam suasana Covid-19," ungkap Ahmad Muzani dalam siaran tertulis pada Jumat (22/5/2020). (Baca juga: PBNU Tetapkan Hari Raya Idul Fitri Minggu 24 Mei 2020)
Rutinitas umat muslim di Indonesia setiap Lebaran, seperti halal bihalal atau bersilaturahmi ke rumah kerabat diungkapkannya kini tidak bisa lagi dilakukan. Kebiasaan tahunan itu dilarang pemerintah terkait pencegahan penyebaran virus corona. "Virus Corona masih menjadi ancaman bagi kita semua. Karena itu di bulan Syawal ini social distancing akan menjadi cara kita untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri ini. Saya berharap, meskipun physical distancing-social distancing, kita tidak akan kehilangan makna dari Idul Fitri itu sendiri," ungkap Ahmad Muzani.
Ahmad Muzani menambahkan, Lebaran kali ini merupakan Lebaran pertama dalam sejarah yang dilakukan tanpa bersalaman. Berlebaran tanpa bersalaman berarti berlebaran tanpa bertemu muka dengan sanak saudara, kerabat ataupun sahabat. (Baca juga: Idul Fitri Hari Minggu, Ini Beberapa Pertimbangan Tim Falakiyah Kemenag)
Walau begitu, Ahmad Muzani menekankan hal terpenting dalam berlebaran, yakni membuka pintu maaf tanpa perlu seseorang terlebih dahulu mengucapkan permohonan maaf. "Memberi maaf nilainya lebih tinggi daripada kita meminta maaf. Tanpa perlu orang, sahabat, kawan-kawan, saudara-saudara kita memohon maaf-meminta maaf, kita harus memberi maaf kepada mereka. Itulah permaafan sejatinya. Memberi Maaf tanpa perlu meminta maaf," tambahnya.
Memberi maaf disampaikannya dapat memberikan energi positif bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi pandemi. "Saling maaf memaafkan menjadi energi positif bagi bangsa dan semangat baru dalam menghadapi pandemi Covid-19," imbuhnya.
Tidak hanya itu, Ahmad Muzani juga mengingatkan kepada seluruh umat muslim untuk dapat menjaga semangat Ramadan. Ibadah, katanya harus tetap dijaga, begitu juga dengan sikap saling berbagi yang diajarkan lewat kewajiban membayar zakat fitrah. Sikap saling tolong menolong tersebut diyakininya dapat memperkuat solidaritas untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa.
"Kita harus bersedekah, saling berbagi, bahu membahu kepada sesama sebagai bentuk solidaritas dan ketaatan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu, kita harus tetap menjaga nilai-nilai kefitrian," tutupnya.
"Sebentar lagi bulan Ramadhan akan berakhir dan kita akan memasuki bulan Syawal. Bulan Syawal akan ditandai dengan 1 Syawal atau yang biasa kita sebut dengan Hari Raya Idul Fitri, hari di mana kita akan merayakan kemenangan. Akan tetapi dalam memasuki bulan Syawal, di Hari Raya Idul Fitri ini kita masih dalam suasana Covid-19," ungkap Ahmad Muzani dalam siaran tertulis pada Jumat (22/5/2020). (Baca juga: PBNU Tetapkan Hari Raya Idul Fitri Minggu 24 Mei 2020)
Rutinitas umat muslim di Indonesia setiap Lebaran, seperti halal bihalal atau bersilaturahmi ke rumah kerabat diungkapkannya kini tidak bisa lagi dilakukan. Kebiasaan tahunan itu dilarang pemerintah terkait pencegahan penyebaran virus corona. "Virus Corona masih menjadi ancaman bagi kita semua. Karena itu di bulan Syawal ini social distancing akan menjadi cara kita untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri ini. Saya berharap, meskipun physical distancing-social distancing, kita tidak akan kehilangan makna dari Idul Fitri itu sendiri," ungkap Ahmad Muzani.
Ahmad Muzani menambahkan, Lebaran kali ini merupakan Lebaran pertama dalam sejarah yang dilakukan tanpa bersalaman. Berlebaran tanpa bersalaman berarti berlebaran tanpa bertemu muka dengan sanak saudara, kerabat ataupun sahabat. (Baca juga: Idul Fitri Hari Minggu, Ini Beberapa Pertimbangan Tim Falakiyah Kemenag)
Walau begitu, Ahmad Muzani menekankan hal terpenting dalam berlebaran, yakni membuka pintu maaf tanpa perlu seseorang terlebih dahulu mengucapkan permohonan maaf. "Memberi maaf nilainya lebih tinggi daripada kita meminta maaf. Tanpa perlu orang, sahabat, kawan-kawan, saudara-saudara kita memohon maaf-meminta maaf, kita harus memberi maaf kepada mereka. Itulah permaafan sejatinya. Memberi Maaf tanpa perlu meminta maaf," tambahnya.
Memberi maaf disampaikannya dapat memberikan energi positif bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi pandemi. "Saling maaf memaafkan menjadi energi positif bagi bangsa dan semangat baru dalam menghadapi pandemi Covid-19," imbuhnya.
Tidak hanya itu, Ahmad Muzani juga mengingatkan kepada seluruh umat muslim untuk dapat menjaga semangat Ramadan. Ibadah, katanya harus tetap dijaga, begitu juga dengan sikap saling berbagi yang diajarkan lewat kewajiban membayar zakat fitrah. Sikap saling tolong menolong tersebut diyakininya dapat memperkuat solidaritas untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa.
"Kita harus bersedekah, saling berbagi, bahu membahu kepada sesama sebagai bentuk solidaritas dan ketaatan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu, kita harus tetap menjaga nilai-nilai kefitrian," tutupnya.
(cip)