Harkitnas dan Idul Fitri Jadi Penyemangat Lawan Virus Corona

Kamis, 21 Mei 2020 - 22:04 WIB
loading...
Harkitnas dan Idul Fitri...
Tokoh muda Nahdatul Ulama (NU) Adnan Anwar. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Pandemi virus Corona (Covid-19) tidak hanya menjadi persoalan Indonesia, tapi juga negara-negara lain. Pandemi berdampak terhadap berbagai sektor seperti ekonomi, sosial, budaya hingga keagamaan.

Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dan Hari Raya Idul Fitri ini, harus menjadi momentum penyemangat bangsa untuk meraih kemenangan melewati berbagai persoalan, termasuk pandemi Covid-19.

Tokoh muda Nahdatul Ulama (NU) Adnan Anwar mengapresiasi sikap saling tolong menolong dan bergotong royong membantu antarsesama warga negara dalam menghadapi pandemi ini.

“Kita lihat di luar banyak kelompok masyarakat yang mengambil inisiatif untuk memberikan bantuan, baik yang bersifat masif maupun particular terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang rentan terhadap COVID-19 ini. Ini sangat luar biasa solidaritas ini,” ujar Adnan Anwar di Jakarta, Rabu 20 Mei 2020.

Adnan menyampaikan, solidaritas tersebut bukti bangsa Indonesia adalah bangsa yang "terlatih" menghadapi bencana dan tidak cengeng.

Menurut dia, semangat kegotong-royongan yang menjadi ciri khas bangsa ini itu tidak hilang dan masih ada.

“Solidaritas sesama warga negara itu masih ada dan masih cukup kuat sehingga kita masih optimis bahwa bangsa kita masih punya social capital yang kuat, terutama untuk menolong sesama tanpa memandang suku, agama, ras dan adatnya,” kata mantan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NU ini. (Baca juga: Pandemi Corona, Gugus Tugas Ajak Masyarakat Kembali Produktif)

Adnan menilai pandemi yang terjadi pada momen puasa Ramadhan, Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Raya Idul Fitri ini pada hakikatnya adalah kembali kepada keluarga inti, yakni pada orangtua, anak yang mana mungkin setelah sekian tahun yang lalu banyak "terlupakan" akibat kesibukan.

“Kekuatan endogen dari keluarga inti, yakni keluarga yang menyatu kembali seperti zaman-zaman dahulu. Keluarga yang kokoh itu menjadi pilar dari kokohnya agama dan kokohnya negara. Ini yang saya lihat dari peristiwa COVID-19 ini dengan tiga peristiwa itu memiliki efek yang sangat luar biasa. Bahwa kerekatan keluarga itu telah terjadi lagi, setelah cukup lama agak renggang karena mengalami problem modernisasi dan globalisasi,” tutur Adnan.

Dia menganggap pandemi Covid-19 telah menjadi pembelajaran luar biasa bagi bangsa Indonesia. Pembelajarannya itu sendiri ada dua, artirnya dari aspek negara dan pemerintah.

“Hal-hal pokok yang sifatnya pondasi, saya kira tidak boleh ditinggalkan oleh pemerintah. Contohnya ketahanan pangan, kemudian manufaktur industri dalam negeri tentunya ini menjadi hal yang harus dipikirkan karena ini merupakan bagian dari pondasi kita,” tuturnya.

Menurut Adnan, pemerintah saat ini telah merespons hal itu dengan membuat kebijakan diversifikasi pangan yang telah dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres).

"Untungnya pemerintah sudah meresponnya, termasuk kebijakan soal diversifikasi pangan. Pangan tidak sekadar padi, tetapi bermacam-macam seperti ubi yang sudah keluar Perpresnya yang saya kira sangat bagus itu untuk bangsa kita,” ucapnya

Sebelum ada pandemi Covid-19, kata dia, masyarakat cenderung menjadi masyarakat yang konsumtif. Suka menghambur-hamburkan sesuatu yang tidak berguna.

Pandemi Corona dikatakannya justru membuat masyarakat menjadi lebih disiplin. Masyarakat lebih bisa memilah-milah kebutuhan dan keinginan yang digunakan untuk membangun pondasi keluarga, yaitu pangan dan pendidikan.

Menurut dia, perlu konsistensi kebijakan terkait penanggulangan pandemi Covid-19 beserta dampaknya, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Karena sikap pemerintah yang akan diikuti oleh masyarakat.

“Kalau hal tersebut konsisten dijalankan dari pusat sampai ke daerah-daerah atau bisa satu bahasa, satu kata dan satu komando dalam kebijakan, mungkin ini akan memiliki efek yang kuat untuk mendorong masyarakat untuk tetap tinggal di rumah,” ucap Adnan.

Adnan menjelaskan, puasa Ramadhan sebenarnya juga menjadi salah satu penolong untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Apabila tidak dalam bulan puasa, kata dia, biasa jadi penularan Covid-19 lebih luas.

“Untung saja ada puasa sehingga bisa meredam, karena orang berada di rumah lebih punya ‘harga’ dan lebih punya nilai untuk beribadah, kualitas ibadahnya lebih baik. Jadi puasa ini sangat menolong untuk memutus rantai penyebaran Covid-19,” ujarnya.

Dia menyerukan perlu kesadaran bersama seperti persamaan sebagai sesama korban dari pandemi ini baik korban yang lemah dan korban yang masih kuat secara ekonomi.

“Nah yang kuat ini membantu yang lemah. Ada rezeki yang bisa di-sharing dan dibagi supaya jangan sampai krisis Covid-19 ini dari awalnya adalah krisis kesehatan menjadi krisis ekonomi. Terutama kesenjangan yang sangat berbahaya karena bisa memicu krisis sosial, jadi jangan sampai kesenjangan itu terjadi ” tuturnya

.
(dam)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1403 seconds (0.1#10.140)