Refly Harun soal Terorisme: Perhatikan juga Anasir yang Menjadikannya Lahan Bisnis

Senin, 05 April 2021 - 16:59 WIB
loading...
Refly Harun soal Terorisme: Perhatikan juga Anasir yang Menjadikannya Lahan Bisnis
Refly Harun menyatakan selain mereka berkeyakinan soal surga serta marah terhadap situasi, ada anasir lain yang menjadikan terorisme sebagai lahan bisnis. Foto/youtube
A A A
JAKARTA - Isu radikalisme dan terorisme kembali mencuat setelah peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar belum lama ini. Seperti sebelum-sebelumnya, aksi teror itu langsung dikaitkan dengan Islam lantaran simbol-simbol keagamaan yang digunakan pelaku.

Menurut Refly Harun, pemerintah sibuk mencari-cari sumber radikalisme berasasal dari agama. Saking sibuknya pemerintah lupa bahwa kemungkinan persoalan pokok terorisme adalah pemerintahan yang tidak amanah.

Bagaimana pemerintah yang tidak amanah itu? Refly mencontohkan pemerintahan yang tidak melaksanakan tugas secara baik, yang sewenang-wenang, yang aparat-aparatnya korup, juga tidak adil memberikan distribusi kesejahteraan yang merata sesuai dengan pesan konstitusi.



”Kondisi ini lalu menyuburkan kelompok-kelompok yang mudah sekali terekrut untuk berbuat teror sebagai aksi balas dendam atas kondisi yang mereka rasakan. Ini yang seharusnya diperhatikan pemerintah agar jangan buru-buru menyalahkan kelompok itu sebagai tersesat dalam agama,” ujar pengamat politik yang juga guru besar hukum tata negara itu dalam video di youtube, dikutip Senin (5/4/2021).

Menurut Refly, kalau diperhatikan lebih seksama, kelompok radikal tersebut rata adalah kelompok minoritas yang terdiri dari orang-orang rentan dari sisi sosial dan ekonomi. ”Rata-rata ya, ada yang kelas menengah. Memang ada dari mereka yang punya keyakinan-keyakinan seperti itu,” ujar dia.



Berkaca dari fakta ini, Refly berpendapat penyelesaian radikalisme harus dikategorikan menjadi tiga kelompok. Pertama, terhadap mereka yang punya keyakinan bisa mencapai surga melalui jalan kekerasan.

Kedua, terhadap mereka yang bergabung karena kekecewaan dan marah terhadap pemerintah karena memandang kondisi sosial ekonomi yang buruk dan sebagainya. ”Ketiga, yang tak kalah penting harus diperhatikan pula anasir-anasir lain, termasuk di struktur negara, yang mengambil keuntungan dari kelompok-kelompok radikal atau teror tersebut,” tutur Refly.

Menurut Refly, bukan tidak mungkin bagian-bagian dari kekuasaan mengambil manfaat dari kejadian-kejadian teror. ”Sehingga terorisme justru menjadi lahan subur dalam tanda kutip bisnis atau kepentingan kelompok atau orang tertentu,” katanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)