Cegah Mudik Lokal dan Menyebarnya Covid-19, Berani Enggak Tutup Ruas Jalan saat Lebaran?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tinggal empat hari lagi Lebaran tiba. Hari kemenangan umat Islam itu sepertinya tidak bisa dirayakan seperti biasanya: Salat Idul Fitri di lapangan atau masjid, dan salam-salaman sebagai tanda saling memaafkan.
Pandemi Covid-19 meluluhlantahkan semua itu. Ada lagi budaya saling mengunjungi tetangga dan sanak saudara selama masa libur Lebaran. Meski pemerintah mengimbau untuk tidak melakukannya, bukan tidak mungkin masih ada masyarakat yang mencuri-curi kesempatan.
Pergerakan masyarakat yang biasa disebut mudik lokal itu perlu diantisipasi dengan baik. Jika tidak, sangat mungkin terjadi lonjakan penumpang transportasi umum, seperti commuter line, angkot, dan bus dalam kota.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, pemerintah dan masyarakat tetap harus melakukan protokol kesehatan yang ketat di moda transportasi publik. Pemerintah harus menambah personel di stasiun dan terminal untuk mengantisipasi membeludaknya penumpang sehingga bisa mengatur jarak antarpenumpang.
"Angkot dan mobil pribadi yang agak susah untuk diawasi. Itu diminta kesadarannya. Kalau angkot mungkin bisa disuruh push up. Itu mengkhawatirkan di situ saja," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (20/5/2020). ( ).
Djoko menjelaskan, untuk pengaturan commuter line dan Transjakarta tetap seperti sekarang. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) harus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19. Pelonggaran transportasi harus dilakukan bertahap dan melalui evaluasi yang detail dan berdasarkan data jumlah kasus positif Covid-19.
Djoko mengusulkan metode ekstrem untuk mencegah mudik lokal dengan cara menutup jalur-jalur utama. Mudik lokal ini biasanya membuat kemacetan, serta kerumunan di transportasi umum, permukiman, dan rumah-rumah. Jadi berpotensi terjadi penyebaran virus Sars Cov-II. ( ).
"Kalau mau, berani enggak menutup ruas-ruas jalan pada saat Lebaran. Jalan-jalan kota ditutup semua. Menutup jalur-jalur utama sehingga tidak bergerak terlalu jauh," pungkasnya.
Pandemi Covid-19 meluluhlantahkan semua itu. Ada lagi budaya saling mengunjungi tetangga dan sanak saudara selama masa libur Lebaran. Meski pemerintah mengimbau untuk tidak melakukannya, bukan tidak mungkin masih ada masyarakat yang mencuri-curi kesempatan.
Pergerakan masyarakat yang biasa disebut mudik lokal itu perlu diantisipasi dengan baik. Jika tidak, sangat mungkin terjadi lonjakan penumpang transportasi umum, seperti commuter line, angkot, dan bus dalam kota.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, pemerintah dan masyarakat tetap harus melakukan protokol kesehatan yang ketat di moda transportasi publik. Pemerintah harus menambah personel di stasiun dan terminal untuk mengantisipasi membeludaknya penumpang sehingga bisa mengatur jarak antarpenumpang.
"Angkot dan mobil pribadi yang agak susah untuk diawasi. Itu diminta kesadarannya. Kalau angkot mungkin bisa disuruh push up. Itu mengkhawatirkan di situ saja," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (20/5/2020). ( ).
Djoko menjelaskan, untuk pengaturan commuter line dan Transjakarta tetap seperti sekarang. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) harus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19. Pelonggaran transportasi harus dilakukan bertahap dan melalui evaluasi yang detail dan berdasarkan data jumlah kasus positif Covid-19.
Djoko mengusulkan metode ekstrem untuk mencegah mudik lokal dengan cara menutup jalur-jalur utama. Mudik lokal ini biasanya membuat kemacetan, serta kerumunan di transportasi umum, permukiman, dan rumah-rumah. Jadi berpotensi terjadi penyebaran virus Sars Cov-II. ( ).
"Kalau mau, berani enggak menutup ruas-ruas jalan pada saat Lebaran. Jalan-jalan kota ditutup semua. Menutup jalur-jalur utama sehingga tidak bergerak terlalu jauh," pungkasnya.
(zik)