Mau #MakinCakapDigital? Yuk Ikuti Podcast Literasi Digital!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saat ini, kehidupan kita tidak dapat dilepaskan dari dunia digital. Semua aktivitas baik di rumah, pekerjaan, sekolah, semua terhubung dengan ruang digital. Tak heran jika dikatakan kehidupan saat ini adalah perpaduan antara realitas fisik dan digital.
Kenyataan ini, tentu tidak bisa dielakkan. Lantas, apakah kesatuan antara realitas dan digital tersebut memudahkan dalam kehidupan? Satu sisi pasti lebih memudahkan. Akan tetapi ada sisi lain, yang tentunya perlu ada edukasi. Karena tak jarang, pemakaian ruang digital yang tidak sesuaiakan merugikan diri sendiri hingga orang lain.
Di sinilah pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika, hadir untuk memberikan penajaman pengelolaan ruang digital melalui literasi digital. Sehingga kehadiran ruang digital yang tidak bisa dielakkan dari kehidupan ini akan mendatangkan manfaat bagi penggunanya.
Seperti yang dinyatakan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan bahwa saat ini sangat dibutuhkan literasi digital, untuk menciptakan ruang digital yang lebih baik bagi semua orang.
“Kita hidup di suatu realitas di mana fisik dan digital menjadi satu, begitu digitalnya terputus, bingung kita. Seolah-olah masyarakat kita punya dua kepribadian, berperilaku di ruang fisik dan di ruang digital,” katanya.
Menurut Samuel, hadirnya UU ITE Tahun 2008, semakin memperkuat bahwa semua kegiatan di ruang digital adalah sah. Dengan UU tersebut, kita lebih leluasa memanfaatkan ruang digital, layaknya ruang realitas.Kita bisa memanfaatkan untuk belajar, bekerja, berdiskusi dan lain-lai n.
T idak hanya itu, bagi penontonnya, bisa menikmati kapan saja dan di mana saja. Pendeknya dengan ruang digital, kitabisa belajar kapan saja dan di mana saja. “Sekarang ada teknologi, kita bisa melakukan diskusi ini dan mereka bisa nonton kapan saja pas ada waktunya. Jadi, waktu itu tidak dipaksakan, sekarang bisa kapan saja.Jadi, orang belajar tidak dibatasi waktu dan ruang. Nah, ini kenapa kita harus embrace ruang digital lebih banyak lagi, tapi dengan aturan yang sama dengan ruang fisik,” ujarnya.
Hal inilah, yang mendasari Kemenkominfo mengambil peran melakukan terobosan yakni ‘Podcast Literasi Digital’. Dengan menggandeng Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, kegiatan ini dinilai penting dan dibutuhkan. Penyampaian informasi melalui platform siniar atau yang lebih dikenal dengan podcast ini, dinilai cukup mengikuti tren saat ini.
Podcast ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk ikut mendukung dan menyebarkan konten-konten positif di media sosial. Melalui medium ini, diharapkan masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi di mana pun dan kapan pun.
Podcast Literasi Digital
Podcast Literasi Digital telah berjalan tiga episode. Pada episode pertama, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan Semuel menyatakan mengenai pentingnya literasi digital demi menciptakan ruang digital yang lebih baik bagi semua orang.
Ia menganalogikan Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk berpindah kapal, dari yang bermesin analog menuju ke kapal digital bermesin ‘warp’ yang jauh lebih cepat.
“Tugas (Kementerian) Kominfo, selain mencerdaskan masyarakat bagaimana dia berkegiatan di ruang digital dengan baik, tetapijuga sebagai pengendali. Kalau kita hanya fokusnya di pengendalian tanpa meningkatkan kecerdasan masyarakat, energi kita terlalu banyak untuk yang negatif. Nah, ini kita ingin menyeimbangkan, jadi kalau bisa nanti pengendalian lebih rendah karena masyarakat sudah bisa mengendalikan dirinya sendiri,” ujarnya.
Semuel menegaskan, kelas pembelajaran podcast Literasi Digital ini ditujukan untuk semua orang, semua umur, dengan metode yang beragam. Salah satunya, yaitu pembelajaran melalui audio dengan kemasan podcast yang dinilai lebih mudah dan ringan untuk dimengerti.
“Semua harus terliterasi, program kita ini targetnya 50 juta orang. Kenapa? Karena impactnya ada, satu orang bisa meliterasi lima orang, harapannya nanti semua orang bisa terliterasi. Ada program khusus buat anak-anak, buat orangtua, berinteraksi dengan teman-temannya, bagaimana bertransaksi di ruang digital supaya aman. Jadi, dengan dia mengadopsi teknologi, diharapkan hidupnya bisa lebih nyaman, tidak ketinggalan dengan lainnya,” katanya.
Kelas pembelajaran melalui medium podcast ini juga dinilai turut meramaikan industri podcast yang masih bersifat ‘early’ di mata masyarakat Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Vice President of Content NOICE Thomas Raditya pada podcast Literasi Digital episode kedua. “Podcast di Indonesia sekarang masih early. Ke depan harus bisa tumbuh lagi. Kita lihat antusiasme orang ke podcast makin banyak, yang dengar juga makin lama makin banyak,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebuah podcast memiliki banyak ruang eksplorasi yang bermanfaat bagi banyak pihak, tetapi hal itu nampaknya masih belum disadari. Menurutnya, semua pihak memiliki potensi lebih dan kesempatan yang sama dengan implementasi podcast di entitas masing-masing.
“Caranya adalah kita kasih apa yang mereka (pendengar) butuhkan. Sebenarnya cara paling gampang untuk dekatin mereka adalah lihat relevansinya aja mereka butuh apa, mereka mikirnya kayak gimana, ya kita menyesuaikan dengan itu,” ujarnya.
Tak jauh berbeda, CEO Ekuator Media Budi Putra mencoba membagikan ilmu berdasarkan sepak terjangnya dalam bidang pekerjaannya yang sangat dekat dengan teknologi. Dia menganggap bahwa podcast memungkinkan individu mana pun untuk menjadi sebuah media itu sendiri.
“Podcast itu industri yang sangat segmented dan individual, di mana individu itu sendiri yang menjadi media. Lalu, tampil di platform yang berbasis audio. Jadi menurut saya, podcast ini adalah radio yang berbasis individu dan akan sangat bertahan lama,” tuturnya.
Oleh karena itu, menyiapkan masyarakat untuk masuk ke ruang digital dengan aman dan produktif dinilai menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan saat ini. Materi itu kemudian disisipkan melalui empat kurikulum khusus, yaitu teknis, etika, budaya, serta keamanan dalam ruang digital.
Podcast Literasi Digital dapat ditonton melalui kanal YouTube Siberkreasi, serta didengarkan melalui platform Spotify pada kanal Siberkreasi. Yuk, dengarkan Podcast Literasi Digital agar generasi Indonesia #MakinCakapDigital. Bagi warganet yang juga ingin belajar tentang dunia podcast, bisa bergabung di kelaspodcastsiberkreasi.com untuk belajar podcast gratis dengan mentor-mentor keren! (CM)
Kenyataan ini, tentu tidak bisa dielakkan. Lantas, apakah kesatuan antara realitas dan digital tersebut memudahkan dalam kehidupan? Satu sisi pasti lebih memudahkan. Akan tetapi ada sisi lain, yang tentunya perlu ada edukasi. Karena tak jarang, pemakaian ruang digital yang tidak sesuaiakan merugikan diri sendiri hingga orang lain.
Di sinilah pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika, hadir untuk memberikan penajaman pengelolaan ruang digital melalui literasi digital. Sehingga kehadiran ruang digital yang tidak bisa dielakkan dari kehidupan ini akan mendatangkan manfaat bagi penggunanya.
Seperti yang dinyatakan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan bahwa saat ini sangat dibutuhkan literasi digital, untuk menciptakan ruang digital yang lebih baik bagi semua orang.
“Kita hidup di suatu realitas di mana fisik dan digital menjadi satu, begitu digitalnya terputus, bingung kita. Seolah-olah masyarakat kita punya dua kepribadian, berperilaku di ruang fisik dan di ruang digital,” katanya.
Menurut Samuel, hadirnya UU ITE Tahun 2008, semakin memperkuat bahwa semua kegiatan di ruang digital adalah sah. Dengan UU tersebut, kita lebih leluasa memanfaatkan ruang digital, layaknya ruang realitas.Kita bisa memanfaatkan untuk belajar, bekerja, berdiskusi dan lain-lai n.
T idak hanya itu, bagi penontonnya, bisa menikmati kapan saja dan di mana saja. Pendeknya dengan ruang digital, kitabisa belajar kapan saja dan di mana saja. “Sekarang ada teknologi, kita bisa melakukan diskusi ini dan mereka bisa nonton kapan saja pas ada waktunya. Jadi, waktu itu tidak dipaksakan, sekarang bisa kapan saja.Jadi, orang belajar tidak dibatasi waktu dan ruang. Nah, ini kenapa kita harus embrace ruang digital lebih banyak lagi, tapi dengan aturan yang sama dengan ruang fisik,” ujarnya.
Hal inilah, yang mendasari Kemenkominfo mengambil peran melakukan terobosan yakni ‘Podcast Literasi Digital’. Dengan menggandeng Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, kegiatan ini dinilai penting dan dibutuhkan. Penyampaian informasi melalui platform siniar atau yang lebih dikenal dengan podcast ini, dinilai cukup mengikuti tren saat ini.
Podcast ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk ikut mendukung dan menyebarkan konten-konten positif di media sosial. Melalui medium ini, diharapkan masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi di mana pun dan kapan pun.
Podcast Literasi Digital
Podcast Literasi Digital telah berjalan tiga episode. Pada episode pertama, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan Semuel menyatakan mengenai pentingnya literasi digital demi menciptakan ruang digital yang lebih baik bagi semua orang.
Ia menganalogikan Indonesia sedang mempersiapkan diri untuk berpindah kapal, dari yang bermesin analog menuju ke kapal digital bermesin ‘warp’ yang jauh lebih cepat.
“Tugas (Kementerian) Kominfo, selain mencerdaskan masyarakat bagaimana dia berkegiatan di ruang digital dengan baik, tetapijuga sebagai pengendali. Kalau kita hanya fokusnya di pengendalian tanpa meningkatkan kecerdasan masyarakat, energi kita terlalu banyak untuk yang negatif. Nah, ini kita ingin menyeimbangkan, jadi kalau bisa nanti pengendalian lebih rendah karena masyarakat sudah bisa mengendalikan dirinya sendiri,” ujarnya.
Semuel menegaskan, kelas pembelajaran podcast Literasi Digital ini ditujukan untuk semua orang, semua umur, dengan metode yang beragam. Salah satunya, yaitu pembelajaran melalui audio dengan kemasan podcast yang dinilai lebih mudah dan ringan untuk dimengerti.
“Semua harus terliterasi, program kita ini targetnya 50 juta orang. Kenapa? Karena impactnya ada, satu orang bisa meliterasi lima orang, harapannya nanti semua orang bisa terliterasi. Ada program khusus buat anak-anak, buat orangtua, berinteraksi dengan teman-temannya, bagaimana bertransaksi di ruang digital supaya aman. Jadi, dengan dia mengadopsi teknologi, diharapkan hidupnya bisa lebih nyaman, tidak ketinggalan dengan lainnya,” katanya.
Kelas pembelajaran melalui medium podcast ini juga dinilai turut meramaikan industri podcast yang masih bersifat ‘early’ di mata masyarakat Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Vice President of Content NOICE Thomas Raditya pada podcast Literasi Digital episode kedua. “Podcast di Indonesia sekarang masih early. Ke depan harus bisa tumbuh lagi. Kita lihat antusiasme orang ke podcast makin banyak, yang dengar juga makin lama makin banyak,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebuah podcast memiliki banyak ruang eksplorasi yang bermanfaat bagi banyak pihak, tetapi hal itu nampaknya masih belum disadari. Menurutnya, semua pihak memiliki potensi lebih dan kesempatan yang sama dengan implementasi podcast di entitas masing-masing.
“Caranya adalah kita kasih apa yang mereka (pendengar) butuhkan. Sebenarnya cara paling gampang untuk dekatin mereka adalah lihat relevansinya aja mereka butuh apa, mereka mikirnya kayak gimana, ya kita menyesuaikan dengan itu,” ujarnya.
Tak jauh berbeda, CEO Ekuator Media Budi Putra mencoba membagikan ilmu berdasarkan sepak terjangnya dalam bidang pekerjaannya yang sangat dekat dengan teknologi. Dia menganggap bahwa podcast memungkinkan individu mana pun untuk menjadi sebuah media itu sendiri.
“Podcast itu industri yang sangat segmented dan individual, di mana individu itu sendiri yang menjadi media. Lalu, tampil di platform yang berbasis audio. Jadi menurut saya, podcast ini adalah radio yang berbasis individu dan akan sangat bertahan lama,” tuturnya.
Oleh karena itu, menyiapkan masyarakat untuk masuk ke ruang digital dengan aman dan produktif dinilai menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan saat ini. Materi itu kemudian disisipkan melalui empat kurikulum khusus, yaitu teknis, etika, budaya, serta keamanan dalam ruang digital.
Podcast Literasi Digital dapat ditonton melalui kanal YouTube Siberkreasi, serta didengarkan melalui platform Spotify pada kanal Siberkreasi. Yuk, dengarkan Podcast Literasi Digital agar generasi Indonesia #MakinCakapDigital. Bagi warganet yang juga ingin belajar tentang dunia podcast, bisa bergabung di kelaspodcastsiberkreasi.com untuk belajar podcast gratis dengan mentor-mentor keren! (CM)
(ars)