Sinergi Penyuluh KB dan Penyuluh Agama dalam Percepatan Pencegahan Stunting

Kamis, 11 Februari 2021 - 21:23 WIB
loading...
Sinergi Penyuluh KB...
Sinergi penyuluh KB dan penyuluh agama dalam percepatan pencegahan stunting. / Foto: ist
A A A
JAKARTA - Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Hasto Wardoyo melakukan kunjungan ke Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk mendapatkan saran dan masukan terkait percepatan pencegahan stunting . Sebab, pencegahan stunting tidak hanya terpaku pada bayi yang sudah lahir tapi juga pada mereka yang akan menikah dan yang sedang merencanakan kehamilan.

"Sehingga kita harus mampu mengawal mereka, calon ibu kami harapkan menyiapkan kondisi yang bagus, jangan sampai seperti kurang gizi, anemia, kemudian juga memperhatikan jarak antar melahirkan," katanya di kantor Kemenag bersama Sekretaris Utama BKKBN Tavip Agus Rayanto; Kepala Pusat Pendidikan, Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana, Lalu Makripuddin; Kepala Pusat Pelatihan,
Kerja Sama Internasional Kependudukan dan KB, Irma Ardiana; dan Direktur Bina Ketahanan Remaja, Victor Palimbong.

Hasto berharap kepada Menag Yaqut untuk masuk dalam Tim Percepatan Pencegahan Stunting sehingga bisa memberikan arahan dan dukungan.

Baca juga: Kemenag Turunkan 50.000 Penyuluh Edukasi Stunting dan Protokol Kesehatan 5M

"Saat ini yang harus kita kawal adalah pernikahan, karena setiap tahun, menurut data, kurang lebih ada sekitar 2 juta pernikahan dari jumlah itu sekitar 80% kemudian akan segera hamil dan melahirkan karena orang Indonesia rata-rata ingin langsung hamil di tahun pertama pernikahan," kata Hasto yang juga seorang dokter ini.

Hasto mengungkapkan bahwa BKKBN juga sedang menyiapkan aplikasi online bagi mereka yang akan menikah agar tiga bulan sebelumnya bisa melaporkan di aplikasi ini, sehingga bisa menilai seperti apa status gizinya. BKKBN tidak menghalangi orang untuk menikah tapi apabila ada anemia pada calon ibu, maka sangat disarankan untuk mengonsumsi tablet penambah darah, asam folat terlebih dahulu.

"Kami juga menyarankan agar menikah dan melahirkan bagi perempuan minimal di atas usia 21 tahun, karena dari sisi kedokteran di usia ini ideal untuk hamil dan melahirkan," katanya.

Baca juga: Angka Stunting Indonesia Ditarget Turun Menjadi 14% Pada 2024

Menag Yaqut menyampaikan, stunting sudah lama menjadi pembahasan sejak dirinya di DPR dan saat ini ada kesempatan untuk melakukan ekspose lebih banyak terkait hal tersebut. Menurutnya, persoalan stunting terkait dengan masa depan generasi bangsa, sehingga Kementerian Agama secara teknis siap dilibatkan dalam upaya percepatan pencegahan stunting.

"Kami memiliki 50.000 penyuluh agama yang tersebar di seluruh Indonesia, sinergi antara penyuluh agama dan [enyuluh KB akan menjadi hal yang luar biasa untuk melakukan sosialisasi mengenai stunting kepada masyarakat. Lemudian kami juga tengah melakukan revitalisasi Kantor Urusan Agama (KUA) agar tidak hanya melayani pernikahan, tapi juga pelayanan agama, sehingga mengenai stunting bisa tercakup di dalamnya," kata Menag Yaqut.

Kemenag, kata Menag Yaqut, juga tengah mengembangkan super apps, semacam aplikasi yang bisa mencakup berbagai hal, seperti untuk mempermudah mengurus pernikahan. Hal ini bisa diintegrasikan dengan aplikasi yang dimiliki BKKBN. "Kemudian untuk di KUA juga akan ditingkatkan perannya dengan revitalisasi di antaranya dengan bimbingan bagi calon pengantin," katanya.

Hasto menyambut baik dukungan dari Kemenag. BKKBN saat ini memiliki sekitar 20.000 penyuluh KB PNS dan non PNS yang bisa ditingkatkan sinerginya dengan dengan penyuluh agama. "Kami sampaikan terima kasih atas dukungan dari Kementerian Agama, setelah ini kami harapkan ada tindak lanjut dan kordinasi lebih dalam secara teknis," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1136 seconds (0.1#10.140)