Jokowi dan PM Malaysia Bahas Perlindungan Pekerja Migran hingga Sawit

Jum'at, 05 Februari 2021 - 14:31 WIB
loading...
Jokowi dan PM Malaysia Bahas Perlindungan Pekerja Migran hingga Sawit
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin, Jumat (5/2/2021). FOTO/CAPTURE/SINDOnews/DITA ANGGA RUSIANA
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin, Jumat (5/2/2021). Pada pertemuan itu, Kepala Negara membincangkan perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI), diskriminasi sawit, hingga rencana dibentuknya Travel Corridor Arrangement (TCA).

"Saya menyampaikan apresiasi penghargaan atas kerja sama perlindungan WNI di Malaysia, terutama selama pandemi dan saya kembali menitipkan WNI di Malaysia kepada pemerintah Malaysia dan terkait perlindungan pekerja migran Indonesia, saya menekankan pentingnya penyelesaian pembuatan MoU-MoU baru mengenai penempatan dan perlindungan pekerja domestik Indonesia di Malaysia," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (5/2/2021).

Menurut Jokowi, kedua negara juga perlu membangun One Channel System agar masalah penempatan tenaga kerja dapat dilakukan secara lebih baik untuk mencegah terjadinya perdagangan manusia.



"Yang kedua juga mengenai isu sawit. Indonesia akan terus berjuang untuk melawan diskriminasi terhadap sawit dan perjuangan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama dan Indonesia mengharapkan komitmen yang sama dengan Malaysia mengenai isu sawit ini," katanya.

Ketiga, lanjut Jokowi, Indonesia menyambut baik kesepakatan dibentuknya TCA kedua negara dan mengenai pemberlakuan TCA tersebut akan dikomunikasikan kemudian. "Saya juga menyampaikan pentingnya ASEAN segera menyelesaikan ASEAN Travel Corridor Framework (ATCF) dan di masa sulit seperti ini menjadi kepentingan ASEAN untuk terus menunjukkan soliditas," jelas dia.

Sementara itu, PM Muhyiddin menyampaikan penghargaan kepada Presiden Jokowi yang telah memudahkan proses deportasi pekerja migran yang bekerja secara tidak sah di Malaysia. "Saya telah memohon kepada Bapak Presiden supaya Perwakilan Indonesia di Malaysia dapat mewar-warkan Program Rekalibrasi Pulang (PRP) dan Program Rekalibrasi Tenaga Kerja (PRTK) yang sedang berlangsung sehingga 30 Jun 2021," kata Muhyiddin.



Ia juga telah meminta kerja sama dari Presiden Jokowi untuk meningkatkan usaha dalam memastikan warga negara Indonesia yang ingin bekerja di Malaysia memasuki wilayah melalui saluran yang sah.

"Kerajaan Malaysia akan terus bekerja sama dengan Republik Indonesia bagi memastikan pengambilan dan perlindungan TKI dan PDI adalah berlandaskan undang-undang negara sedia ada," ucap Muhyiddin.

Malaysia, kata Muhyiddin, percaya bahwa dengan komunikasi terus-menerus, kedua negara akan mencapai kesepahaman dan kesepakatan mengenai MoU on the Employment and Protection of Indonesian Domestic Workers in Malaysia.

Terkait dengan isu sawit, Muhyiddin menilai diskriminasi ini adalah tidak berdasar. "Kempen anti-minyak sawit ini adalah tidak berasas dan tidak menggambarkan kelestarian industri sawit dunia serta bercanggah dengan komitmen EU kepada WTO mengenai amalan perdagangan bebas," ucapnya.



"Justru itu, saya telah memaklumkan kepada Bapak Presiden bahawa Malaysia juga telah memfailkan tindakan undang-undang ke atas EU pada 15 Januari 2021 di Pertubuhan Perdagangan Dunia (WTO), sama seperti yang telah dilakukan oleh Indonesia pada Desember 2019 yang lalu," kata Muhyiddin.

Ia menambahkan, Malaysia akan terus bekerja sama dengan Indonesia dalam isu diskriminasi minyak sawit, terutama memperkasakan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

"Ini bagi memastikan kita dapat melindungi industri sawit, terutamanya bagi menyelamatkan berjuta-juta pekebun-pekebun kecil yang bergantung hidup sepenuhnya kepada industri sawit di Malaysia dan Indonesia," ucapnya.

Kemudian terkait TCA, Muhyiddin berujar bahwa kebijakan ini bertujuan untuk merangsang semula perdagangan dan pelaburan di antara Malaysia dan Indonesia dalam masa pandemi COVID-19.

"Perbincangan awal telah pun dimulakan di peringkat kerja. Saya berharap kedua-dua pihak akan dapat menggiatkan lagi rundingan bagi memperincikan Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaan Reciprocal Green Lane Scheme (RGL) tersebut," tuturnya.

"Saya percaya kedua-dua negara akan mencapai kata sepakat mengenai SOP ini dalam waktu terdekat. Apa yang penting ialah pihak berkuasa kesihatan kedua-dua negara perlu meneliti dan menilai situasi semasa COVID-19 di kedua-dua negara sebelum ianya dapat dilaksanakan," katanya.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1239 seconds (0.1#10.140)