Bandingkan dengan Timteng, KH Said: Indonesia Berhasil Lewati Sekat Agama, Suku dan Ras
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Said Aqil Sidadj menilai hingga saat ini bangsa Indonesia mampu melewati sekat-sekat yang ada dalam berbagai bidang, mulai dari agama, suku, dan ras. Bahkan, perbedaan yang ada tak lagi menjadi pengganjal.
Hal itu diungkapkan Said Aqil dalam sambutannya di acara ulang tahun NU ke-95 yang digelar secara virtual, Sabtu (30/1/2021). "Kalau kita melihat bangsa Indonesia secara keseluruhan, kita bersyukur kepada Allah, bangsa yang terdiri dari 17.000 pulau, sekian ratus bahasa, sekian budaya, agama, dan tradisi kita mampu melangkahi sekat-sekat etnik suku budaya antar kita. Perbedaan suku budaya tradisi dan agama bahkan sudah tidak lagi menjadi ganjelan bagi Indonesia," ucapnya.
Bukti tak ada lagi hal yang mengganjal dapat dilihat dari berbagai macam bidang, mulai dari di pemerintahan hingga partai politik. Sebagai contoh, kata dia, direktur utama berasal dari suku Jawa, tetapi sekretarisnya bisa mereka yang berasal dari suku Batak. "Itu sudah tidak masalah. Harus kita syukuri. Artinya kita sudah dewasa, mapan dalam berbangsa maupun bermasyarakat," katanya. Baca juga: Menuju 1 Abad Nahdlatul Ulama, Perkuat Harmoni Islam-Nasionalisme
Dia pun membandingkan apa yang terjadi di Timur Tengah. Menurutnya, faktor perbedaan suku masih menjadi ganjelan yang paling serius yang berujung konflik, sehingga agama belum bisa menyatuka perbedaan tersebut. "Di Afghanistan, 100& muslim, 98% sunni, 2% syiah, perang saudara sudah 40 tahun. Padahal hanya terdiri dari tujuh suku. Di Iraq, sudah satu juta lebih orang meninggal dan nyawa meninggal karena kepentingan politik yang dimotivasi perbedaan suku," ujarnya.
Hal itu diungkapkan Said Aqil dalam sambutannya di acara ulang tahun NU ke-95 yang digelar secara virtual, Sabtu (30/1/2021). "Kalau kita melihat bangsa Indonesia secara keseluruhan, kita bersyukur kepada Allah, bangsa yang terdiri dari 17.000 pulau, sekian ratus bahasa, sekian budaya, agama, dan tradisi kita mampu melangkahi sekat-sekat etnik suku budaya antar kita. Perbedaan suku budaya tradisi dan agama bahkan sudah tidak lagi menjadi ganjelan bagi Indonesia," ucapnya.
Bukti tak ada lagi hal yang mengganjal dapat dilihat dari berbagai macam bidang, mulai dari di pemerintahan hingga partai politik. Sebagai contoh, kata dia, direktur utama berasal dari suku Jawa, tetapi sekretarisnya bisa mereka yang berasal dari suku Batak. "Itu sudah tidak masalah. Harus kita syukuri. Artinya kita sudah dewasa, mapan dalam berbangsa maupun bermasyarakat," katanya. Baca juga: Menuju 1 Abad Nahdlatul Ulama, Perkuat Harmoni Islam-Nasionalisme
Dia pun membandingkan apa yang terjadi di Timur Tengah. Menurutnya, faktor perbedaan suku masih menjadi ganjelan yang paling serius yang berujung konflik, sehingga agama belum bisa menyatuka perbedaan tersebut. "Di Afghanistan, 100& muslim, 98% sunni, 2% syiah, perang saudara sudah 40 tahun. Padahal hanya terdiri dari tujuh suku. Di Iraq, sudah satu juta lebih orang meninggal dan nyawa meninggal karena kepentingan politik yang dimotivasi perbedaan suku," ujarnya.
(cip)