Kerumunan Marak, Polri, BIN dan BNPT Diminta Waspadai Aksi Terorisme
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW) meminta pihak kepolisian, terutama jajaran intelijen, Densus 88,an Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perlu mewaspadai munculnya aksi terorisme di Indonesia. Sebab dengan maraknya aksi kerumunan massa dan meluasnya gerakan intoleransi akhir-akhir ini telah membuat kalangan radikal dan jaringan terorisme seakan mendapat angin untuk beraksi, terutama saat menjelang akhir tahun.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengatakan, dari pendataan lembaganya, simpatisan ormas yang sering melakukan kerumunan massa pernah ada yang terlibat dalam aksi terorisme. Di 2017 jumlah mereka yang ditangkap Polri mencapai 37 orang dari berbagai daerah, mulai dari Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, dan daerah lainnya. "Beberapa di antaranya sempat ditahan di Nusa Kambangan, Gunung Sindur Bogor dan LP lainnya. Namun kini mereka sudah bebas dan tidak terlacak keberadaannya. Keterlibatan mereka dalam aksi terorisme mulai dari menyembunyikan buronan terorisme hingga melakukan aksi teror itu sendiri," ujar Neta kepada SINDOnews, Rabu (25/11/2020). (Baca juga: Waspadai Doktrin Teror Lewat Media Sosial)
Neta mengatakan, dikhawatirkan dengan meluasnya aksi-aksi kerumunan massa dan gerakan intoleransi belakangan ini mereka kembali bermanuver dan melakukan aksi teror. Saat ini jumlah narapidana terorisme yang tersebar di sejumlah lembaga pemasyarakat lebih dari 500 orang. Menurutnya, Napi terorisme yang sudah bebas dan selesai menjalani hukuman dibina pemerintah melalui program deradikalisasi. "Namun para mantan napi yang tidak terlacak keberadaannya memang perlu diwaspadai agar tidak bermanuver untuk melakukan aksi teror kembali," ujarnya. (Baca juga: Cegah Radikalisme, Pemerintah Diminta Gandeng Ormas Keagamaan)
Di sisi lain, Kabaintelkam Polri perlu bekerja ekstra keras mencermati hal ini agar jajaran kepolisian tidak kecolongan. Sebab dalam kerumunan massa akhir-akhir ini Baintelkam Polri seperti kecolongan. Aksi-aksi kerumunan massa seperti terbiarkan dan tidak terantisipasi Baintelkam, sehingga tidak hanya melanggar protokol kesehatan tapi aksi kerumunan massa itu sempat mengganggu jadwal penerbangan di bandara Soetta dan kemacetan para di berbagai tempat. "Menjelang akhir tahun ini Baintelkam Polri perlu memetakan situasi dan kondisi yang ada sehingga situasi Kamtibmas benar benar terkendali," pungkas dia.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengatakan, dari pendataan lembaganya, simpatisan ormas yang sering melakukan kerumunan massa pernah ada yang terlibat dalam aksi terorisme. Di 2017 jumlah mereka yang ditangkap Polri mencapai 37 orang dari berbagai daerah, mulai dari Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, dan daerah lainnya. "Beberapa di antaranya sempat ditahan di Nusa Kambangan, Gunung Sindur Bogor dan LP lainnya. Namun kini mereka sudah bebas dan tidak terlacak keberadaannya. Keterlibatan mereka dalam aksi terorisme mulai dari menyembunyikan buronan terorisme hingga melakukan aksi teror itu sendiri," ujar Neta kepada SINDOnews, Rabu (25/11/2020). (Baca juga: Waspadai Doktrin Teror Lewat Media Sosial)
Neta mengatakan, dikhawatirkan dengan meluasnya aksi-aksi kerumunan massa dan gerakan intoleransi belakangan ini mereka kembali bermanuver dan melakukan aksi teror. Saat ini jumlah narapidana terorisme yang tersebar di sejumlah lembaga pemasyarakat lebih dari 500 orang. Menurutnya, Napi terorisme yang sudah bebas dan selesai menjalani hukuman dibina pemerintah melalui program deradikalisasi. "Namun para mantan napi yang tidak terlacak keberadaannya memang perlu diwaspadai agar tidak bermanuver untuk melakukan aksi teror kembali," ujarnya. (Baca juga: Cegah Radikalisme, Pemerintah Diminta Gandeng Ormas Keagamaan)
Di sisi lain, Kabaintelkam Polri perlu bekerja ekstra keras mencermati hal ini agar jajaran kepolisian tidak kecolongan. Sebab dalam kerumunan massa akhir-akhir ini Baintelkam Polri seperti kecolongan. Aksi-aksi kerumunan massa seperti terbiarkan dan tidak terantisipasi Baintelkam, sehingga tidak hanya melanggar protokol kesehatan tapi aksi kerumunan massa itu sempat mengganggu jadwal penerbangan di bandara Soetta dan kemacetan para di berbagai tempat. "Menjelang akhir tahun ini Baintelkam Polri perlu memetakan situasi dan kondisi yang ada sehingga situasi Kamtibmas benar benar terkendali," pungkas dia.
(cip)