Menebak Calon Presiden 2024, Wajah Lama versus Wajah Baru?

Jum'at, 20 November 2020 - 11:00 WIB
loading...
Menebak Calon Presiden 2024, Wajah Lama versus Wajah Baru?
Pilpres 2024 masih empat tahun lagi. Kendati demikian, sejumlah nama tokoh mulai disebut-sebut bakal mengikuti hajatan lima tahunan itu. Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ( Pilpres ) 2024 masih empat tahun lagi. Kendati demikian, sejumlah nama tokoh mulai disebut-sebut bakal mengikuti hajatan lima tahunan itu.

Ada yang muka lama, ada pula muka baru di antara sejumlah tokoh tersebut berdasarkan survei beberapa lembaga belakangan ini.

Adapun muka lama seperti Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno. Keduanya pernah menjadi pasangan calon di Pilpres 2019 lalu. Prabowo menjadi Capres, Sandiaga menjadi Cawapresnya. Prabowo bahkan pernah menjadi kandidat dua Pilpres sebelumnya.

Di Pilpres 2009, Prabowo berpasangan dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Singkatan pasangan itu adalah Megapro. Prabowo saat itu menjadi Cawapresnya Megawati. Di Pilpres 2014, Prabowo berpasangan dengan Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Prabowo saat itu menjadi Capresnya.

"Muka lama bisa saja ada Prabowo. Sandi juga ingin, mungkin masih di posisi Cawapres. Namun Sandi akan mengalami kesulitan karena ada di rumah yang sama dengan Prabowo, yaitu di Gerindra," ujar pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin kepada SINDOnews, Kamis 19 November 2020.( )

Sedangkan muka barunya, kata Ujang, seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua DPR Puan Maharani, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

"Nanti akan terlihat dari hasil survei popularitas dan elektabilitas mereka sebagai Capres dan Cawapres. Mungkin saja akan ada kombinasi muka lama dengan muka baru," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini.( )

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Kunto Adi Wibowo. Diakui Kunto, walaupun Pilpres 2024 masih lama, namun sejumlah kandidat sudah mulai terlihat.

"Paling enggak, ada bursa nama-nama calon presiden dan calon wakil presiden yang memang di publik sudah mulai banyak diperbincangkan, dari beberapa hasil kajian kami, di Kedaikopi itu ada beberapa nama, kalau yang mungkin lebih baru ada Ridwan Kamil, ada Ganjar, kemudian ada Anies Baswedan," ujar Kunto kepada SINDOnews secara terpisah, Kamis 19 November 2020.

Kunto pun membeberkan nama muka baru lainnya seperti Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "Juga ada nama Mbak Puan Maharani, Pak Hary Tanoe," ungkapnya.

Nama muka baru lainnya, kata dia, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad, Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli, serta Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.

"Yang walaupun mereka pernah jadi menteri tapi sempat tenggelam, tidak terlalu diperhitungkan dalam bursa nama-nama ini sekarang, bahkan Pak Refly Harun juga sudah semakin menunjukkan popularitasnya, lalu kemudian ada nama-nama dari generasi muda seperti Putri Tanjung, Grace Natalie, lalu kemudian ada anak-anak muda yang lain seperti Dahnil Anzar, yang mungkin juga bisa meramaikan pertarungan di 2024," katanya.

Sementara muka lama, menurut dia, seperti Prabowo Subianto, Sandiaga Uno. "Mahfud MD mungkin juga menjadi salah satu nama lama yang berkiprah," ujarnya.

Menurut dia, pemilih akan mencari alternatif lain setelah periode kedua Jokowi berakhir. "Mungkin yang muncul karena kemarin Pak Jokowi dari kepala daerah, terus dia punya sifat yang lebih merakyat, pemilih biasanya akan mencari alternatif lain di akhir periode dua Pak Jokowi ini, mungkin alternatifnya bukan dari kepala daerah, mungkin alternatifnya orang yang lebih tegas, mungkin alternatifnya yang tidak terlalu pembangunanisme, justru lebih memantapkan demokratisasi dan hukum, dan dari kriteria itu kan muncul mungkin," tuturnya.
(dam)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1067 seconds (0.1#10.140)