Pengguna Internet Meningkat Tajam
loading...
A
A
A
PENGGUNA internet di Indonesia mengalami kenaikan signifikan. Data publikasi terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan, ada 175,4 juta orang yang memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula pengguna telepon seluler, melejit hingga menembus angka 338,2 juta orang. Melonjaknya penggunaan internet belakangan ini tidak terlepas dari kebiasaan baru masyarakat yang lebih banyak berinteraksi secara virtual, dari sekolah daring hingga rapat virtual.
Dari sisi transaksi keamanan data, Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo, Widodo Muktiyo, membocorkan bahwa pemerintah telah menginisiasi rancangan undang-undang (RUU) tentang perlindungan transaksi keamanan data. Targetnya, RUU tersebut sudah disahkan akhir tahun ini.
Sementara itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga menampilkan angka pengguna internet di Indonesia yang terus meningkat. Namun, sajian angka dari APJII jauh lebih tinggi dari angka yang dipublikasikan Kementerian Kominfo. Berdasarkan hasil survei internal APJII yang digelar dari 2 sampai 25 Juni 2020 dengan responden 7.000 orang di seluruh wilayah provinsi, pengguna internet sebanyak 196,7 juta orang hingga triwulan kedua tahun ini. Padahal, pada 2018 lalu jumlah pengguna internet tercatat 171,2 juta orang.
Dari survei tersebut mayoritas responden mengaku menggunakan internet selama lebih dari delapan jam sehari. Alasan penggunaan cukup beragam, di antaranya untuk aktivitas sosial media, komunikasi lewat pesan, hiburan (games), dan belanja daring. Adapun persentase pengguna internet terpetakan dengan dominasi Pulau Jawa (56,4%), Pulau Sumatera (22,1%), Pulau Sulawesi (7%), Pulau Kalimantan (6,3%), Pulau Bali dan Nusa Tenggara (5,2%), dan Pulau Maluku dan Papua (3%).
Pengguna internet yang terus bertumbuh secara signifikan dalam tiga tahun terakhir ini memberi optimisme sendiri dalam memaksimalkan potensi ekonomi digital di Indonesia. Untuk melihat potensi tersebut dapat dilihat dari hasil riset Google – Temasek yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia bakal meningkat tiga kali lipat, dari sebesar USD40 miliar menjadi USD133 miliar pada 2025 mendatang. Pertumbuhan sektor e-commerce diprediksi meningkat empat kali lipat hingga mencapai USD82 miliar. Hanya, survei itu digelar tahun lalu, sebelum pandemi Covid-19. Artinya, angka-angka prediksi tersebut bisa saja berubah tergantung sejauh mana perekonomian Indonesia pulih kembali.
Keberpihakan pemerintah terhadap pengembangan ekonomi digital yang senantiasa “dikawal” peningkatan pengguna internet di dalam negeri tak diragukan lagi. Sebagaimana selalu didengungkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, pemerintah terus mendukung pertumbuhan perusahaan rintisan atau lebih dikenal startup yang berbasis teknologi informasi dengan membuka jalan untuk mendapatkan pendanaan. Saat ini, pemerintah menghadirkan program T-Corn untuk mendanai startup yang punya potensi berkembang lebih besar.
Sebelumnya, Kementerian Kominfo sudah menghadirkan program 1.000 startup berbasis informasi teknologi hingga 2024, dan berharap bakal lahir startup unicorn hingga decacorn baru di Indonesia. Sekadar informasi, status unicorn adalah sebuah startup dengan valuasi hingga USD1 miliar atau setara dengan Rp14,1 triliun. Adapun decacorn berarti sebuah startup yang memiliki valuasi hingga USD10 miliar atau setara dengan Rp141 triliun. Salah satu startup karya anak bangsa yakni Gojek telah berhasil menyandang status decacorn.
Dukungan lainnya melalui pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun depan, di mana pemerintah telah menetapkan untuk fokus dan mempercepat proses digitalisasi di dalam negeri. Anggaran yang siap digelontorkan tahun depan untuk membangun infrastruktur informasi teknologi mencapai sebesar Rp30 triliun. Penggunaan dana tersebut meliputi pembangunan base transceiver station (BTS) sebanyak lebih dari 5.000 desa dari total desa yang belum terkoneksi layanan internet. Saat ini masih terdapat 12.538 desa belum menikmati layanan internet. Artinya, pengguna internet yang terus bertumbuh masih berpusat pada kota-kota besar. (*)
Dari sisi transaksi keamanan data, Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo, Widodo Muktiyo, membocorkan bahwa pemerintah telah menginisiasi rancangan undang-undang (RUU) tentang perlindungan transaksi keamanan data. Targetnya, RUU tersebut sudah disahkan akhir tahun ini.
Sementara itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga menampilkan angka pengguna internet di Indonesia yang terus meningkat. Namun, sajian angka dari APJII jauh lebih tinggi dari angka yang dipublikasikan Kementerian Kominfo. Berdasarkan hasil survei internal APJII yang digelar dari 2 sampai 25 Juni 2020 dengan responden 7.000 orang di seluruh wilayah provinsi, pengguna internet sebanyak 196,7 juta orang hingga triwulan kedua tahun ini. Padahal, pada 2018 lalu jumlah pengguna internet tercatat 171,2 juta orang.
Dari survei tersebut mayoritas responden mengaku menggunakan internet selama lebih dari delapan jam sehari. Alasan penggunaan cukup beragam, di antaranya untuk aktivitas sosial media, komunikasi lewat pesan, hiburan (games), dan belanja daring. Adapun persentase pengguna internet terpetakan dengan dominasi Pulau Jawa (56,4%), Pulau Sumatera (22,1%), Pulau Sulawesi (7%), Pulau Kalimantan (6,3%), Pulau Bali dan Nusa Tenggara (5,2%), dan Pulau Maluku dan Papua (3%).
Pengguna internet yang terus bertumbuh secara signifikan dalam tiga tahun terakhir ini memberi optimisme sendiri dalam memaksimalkan potensi ekonomi digital di Indonesia. Untuk melihat potensi tersebut dapat dilihat dari hasil riset Google – Temasek yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia bakal meningkat tiga kali lipat, dari sebesar USD40 miliar menjadi USD133 miliar pada 2025 mendatang. Pertumbuhan sektor e-commerce diprediksi meningkat empat kali lipat hingga mencapai USD82 miliar. Hanya, survei itu digelar tahun lalu, sebelum pandemi Covid-19. Artinya, angka-angka prediksi tersebut bisa saja berubah tergantung sejauh mana perekonomian Indonesia pulih kembali.
Keberpihakan pemerintah terhadap pengembangan ekonomi digital yang senantiasa “dikawal” peningkatan pengguna internet di dalam negeri tak diragukan lagi. Sebagaimana selalu didengungkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, pemerintah terus mendukung pertumbuhan perusahaan rintisan atau lebih dikenal startup yang berbasis teknologi informasi dengan membuka jalan untuk mendapatkan pendanaan. Saat ini, pemerintah menghadirkan program T-Corn untuk mendanai startup yang punya potensi berkembang lebih besar.
Sebelumnya, Kementerian Kominfo sudah menghadirkan program 1.000 startup berbasis informasi teknologi hingga 2024, dan berharap bakal lahir startup unicorn hingga decacorn baru di Indonesia. Sekadar informasi, status unicorn adalah sebuah startup dengan valuasi hingga USD1 miliar atau setara dengan Rp14,1 triliun. Adapun decacorn berarti sebuah startup yang memiliki valuasi hingga USD10 miliar atau setara dengan Rp141 triliun. Salah satu startup karya anak bangsa yakni Gojek telah berhasil menyandang status decacorn.
Dukungan lainnya melalui pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun depan, di mana pemerintah telah menetapkan untuk fokus dan mempercepat proses digitalisasi di dalam negeri. Anggaran yang siap digelontorkan tahun depan untuk membangun infrastruktur informasi teknologi mencapai sebesar Rp30 triliun. Penggunaan dana tersebut meliputi pembangunan base transceiver station (BTS) sebanyak lebih dari 5.000 desa dari total desa yang belum terkoneksi layanan internet. Saat ini masih terdapat 12.538 desa belum menikmati layanan internet. Artinya, pengguna internet yang terus bertumbuh masih berpusat pada kota-kota besar. (*)
(bmm)