BKKBN Ajak Keluarga Wujudkan Lansia Tangguh
loading...
A
A
A
Menurut Hasto, proses menua berbeda dengan proses pertumbuhan. "Proses penuaan sel sel sangat dipengaruhi perilaku, makanan dan stres," ujarnya dalam paparannya bertema "Program Lansia Tangguh: Melewati Masa Pandemi dalam 4 Kwadran."
"Karena itu," lanjut Hasto, "proses menua antara satu lansia dengan lansia lainnya tidak sama. Tidak seperti proses pertumbuhan balita dan batuta yang hampir seragam. Sehingga intervensinya lebih mudah dilakukan," papar Hasto.
Hasto Wardoyo mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, lansia adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi tertular. Berdasarkan data, saat ini ada 11,11 persen lansia terinfeksi Covid-19 dengan angka kesembuhan 30,54 persen dan kematian 10 persen.
Untuk itu, mengambil momentum 1 Oktober sebagai Hari Lansia Internasional, BKKBN akan lebih mempertajam program Bina Lansia Tangguh melalui program utamanya yakni Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana).
Dengan memperhatikan dan mengintervensi sejak awal siklus kehidupan manusia -- mulai dari 1.000 Hari Pertama Kehidupan, remaja, pra nikah, menikah, hamil, melahirkan, hingga usia lanjut -- melalui berbagai kegiatan, BKKBN berharap dapat mewujudkan lansia-lansia yang lebih maju, tangguh dan berkualitas.
Hal itu penting dilakukan karena berdasarkan data yang dikantongi Hasto, angka kesakitan lansia mencapai 25 persen dari total jumlah lansia. "Lansia perlu perhatian. Harus ada program nyata dan mudah diterjemahkan di lapangan," ujar Hasto.
BKKBN telah mengembangkan 7 dimensi lansia tangguh sebagai upaya memberdayakan para lansia menjadi lansia tangguh. Ketujuh dimensi itu adalah spiritual, fisik, emosional, intelektual, sosial kemasyarakatan, professional dan vokasional, serta lingkungan.
"Intervensi BKKBN terhadap kelompok lansia yang masih sehat, harapannya agar mereka bisa mandiri, produktif dan mau berderma menciptakan lapangan kerja. Sehingga bonus demografi tahap kedua bisa diraih bangsa ini," ujar Hasto.
"Karena itu," lanjut Hasto, "proses menua antara satu lansia dengan lansia lainnya tidak sama. Tidak seperti proses pertumbuhan balita dan batuta yang hampir seragam. Sehingga intervensinya lebih mudah dilakukan," papar Hasto.
Hasto Wardoyo mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, lansia adalah kelompok yang memiliki risiko tinggi tertular. Berdasarkan data, saat ini ada 11,11 persen lansia terinfeksi Covid-19 dengan angka kesembuhan 30,54 persen dan kematian 10 persen.
Untuk itu, mengambil momentum 1 Oktober sebagai Hari Lansia Internasional, BKKBN akan lebih mempertajam program Bina Lansia Tangguh melalui program utamanya yakni Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, Keluarga Berencana).
Dengan memperhatikan dan mengintervensi sejak awal siklus kehidupan manusia -- mulai dari 1.000 Hari Pertama Kehidupan, remaja, pra nikah, menikah, hamil, melahirkan, hingga usia lanjut -- melalui berbagai kegiatan, BKKBN berharap dapat mewujudkan lansia-lansia yang lebih maju, tangguh dan berkualitas.
Hal itu penting dilakukan karena berdasarkan data yang dikantongi Hasto, angka kesakitan lansia mencapai 25 persen dari total jumlah lansia. "Lansia perlu perhatian. Harus ada program nyata dan mudah diterjemahkan di lapangan," ujar Hasto.
BKKBN telah mengembangkan 7 dimensi lansia tangguh sebagai upaya memberdayakan para lansia menjadi lansia tangguh. Ketujuh dimensi itu adalah spiritual, fisik, emosional, intelektual, sosial kemasyarakatan, professional dan vokasional, serta lingkungan.
"Intervensi BKKBN terhadap kelompok lansia yang masih sehat, harapannya agar mereka bisa mandiri, produktif dan mau berderma menciptakan lapangan kerja. Sehingga bonus demografi tahap kedua bisa diraih bangsa ini," ujar Hasto.
(maf)