Sandi Harap Program Seribu Teknopreneur Ciptakan Jutaan Lapangan Kerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Yayasan Inovasi Teknologi (Inotek) Indonesia milik Sandiaga Salahudin Uno telah menggandeng Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia dalam memperluas lapangan pekerjaan lewat program Seribu Teknopreneur Sejuta Pekerjaan (STSP).
(Baca juga: Ini Syarat-syarat Sembuh dan Selesai Isolasi Covid-19)
Program ini akibat krisis ekonomi imbas pandemi virus corona atau covid-19 berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sejak beberapa bulan belakangan. Dengan adanya program ini, maka diharapkan akan membuka jutaan lapangan kerja.
(Baca juga: Legislator PPP Usul Kantor CC PKI Dibikin Museum Kekejaman G30S)
"Kita ciptakan 1000 technopreneur untuk membuka jutaan lapangan kerja. Dengan beradaptasi pada revolusi industri 4.0, technopreneur diharap mampu melihat sektor-sektor mana saja yang akan menjadi pemenang di tengah pandemi," kata Sandi Uno dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Sandi Uno yang juga pengusaha nasional mengatakan lewat program yang digagasnya ini, para technopreneur akan diberikan pelatihan dan pendampingan untuk menciptakan usaha kecil dan menengah (UMKM) sehingga tercipta lapangan kerja.
"Jadi saya akan mengingatkan kepada para seribu technopreneur ini tak hanya menjadi yang pertama tetapi menjadi yang terbaik. Bahwa mereka ada pendampingannya di sini beda dengan program-program yang lain. Di sini pelatihan, pendampingan, kami saling berpegang tangan," jelas Sandi.
Tak hanya itu, mereka juga akan didorong untuk melihat peluang sektor-sektor mana saja yang di tengah pandemi ini yang menjadi kebutuhan utama masyarakat.
"Jadi kita ngelihat bahwa ada sektor kesejtan, sektor pangan, sektor konsumsi. UMKM di sektor-sektor pemenang ini yang harus kita lebih geliatkan dan dinaik kelaskan agar lebih banyak lagi lapangan kerja yang berkualitas. 97 persen lapangan pekerjaan itu dikontribusikan oleh UMKM. Jadi sektor UMKM ini juga kita harus bangkitkan, kita naik kelaskan," harap Sandi.
Selanjutnya terkait anggaran, mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini memastikan pihaknya akan mengukur terlebih dahulu selama enam bulan ke depan akibat dampak dari pandemi ini.
"Karena kita ingin berangkat dari satu pendekatan bukan besar-besarkan anggaran tapi akan berbicara tentang dampaknya. Dampak ini akan kita ukur dan kalau misalnya ini program bagus, karena kita ikut merangkul sektor swasta, merangkul NGO, dan merangkul banyak sekali organisasi. Jadi besaran anggaran ini tentunya nanti akan menyesuaikan. Tentunya semakin efektif, semakin berdampak dan semakin baik," jelasnya.
Kendati demikian, politisi Gerindra ini mengingatkan bahwa membangun lapangan kerja bukan berarti soal besar-besaran anggaran tapi juga menggunakan velositas. Velositas ini yang harus dillakukan dari sekarang dan kecepatan di tengah pandemi.
"Ini tentang optimisme, ini tentang bagaimana kita membangun satu semangat psotif, membangun optimisme. Dan saya yakin di tengah tengah pandemi ini hal-hal baik tidak datang kepada mereka yang menunggu tapi yang bekerja langsung, bergerak dan melihat peluang," ujarnya.
(Baca juga: Ini Syarat-syarat Sembuh dan Selesai Isolasi Covid-19)
Program ini akibat krisis ekonomi imbas pandemi virus corona atau covid-19 berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sejak beberapa bulan belakangan. Dengan adanya program ini, maka diharapkan akan membuka jutaan lapangan kerja.
(Baca juga: Legislator PPP Usul Kantor CC PKI Dibikin Museum Kekejaman G30S)
"Kita ciptakan 1000 technopreneur untuk membuka jutaan lapangan kerja. Dengan beradaptasi pada revolusi industri 4.0, technopreneur diharap mampu melihat sektor-sektor mana saja yang akan menjadi pemenang di tengah pandemi," kata Sandi Uno dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Sandi Uno yang juga pengusaha nasional mengatakan lewat program yang digagasnya ini, para technopreneur akan diberikan pelatihan dan pendampingan untuk menciptakan usaha kecil dan menengah (UMKM) sehingga tercipta lapangan kerja.
"Jadi saya akan mengingatkan kepada para seribu technopreneur ini tak hanya menjadi yang pertama tetapi menjadi yang terbaik. Bahwa mereka ada pendampingannya di sini beda dengan program-program yang lain. Di sini pelatihan, pendampingan, kami saling berpegang tangan," jelas Sandi.
Tak hanya itu, mereka juga akan didorong untuk melihat peluang sektor-sektor mana saja yang di tengah pandemi ini yang menjadi kebutuhan utama masyarakat.
"Jadi kita ngelihat bahwa ada sektor kesejtan, sektor pangan, sektor konsumsi. UMKM di sektor-sektor pemenang ini yang harus kita lebih geliatkan dan dinaik kelaskan agar lebih banyak lagi lapangan kerja yang berkualitas. 97 persen lapangan pekerjaan itu dikontribusikan oleh UMKM. Jadi sektor UMKM ini juga kita harus bangkitkan, kita naik kelaskan," harap Sandi.
Selanjutnya terkait anggaran, mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini memastikan pihaknya akan mengukur terlebih dahulu selama enam bulan ke depan akibat dampak dari pandemi ini.
"Karena kita ingin berangkat dari satu pendekatan bukan besar-besarkan anggaran tapi akan berbicara tentang dampaknya. Dampak ini akan kita ukur dan kalau misalnya ini program bagus, karena kita ikut merangkul sektor swasta, merangkul NGO, dan merangkul banyak sekali organisasi. Jadi besaran anggaran ini tentunya nanti akan menyesuaikan. Tentunya semakin efektif, semakin berdampak dan semakin baik," jelasnya.
Kendati demikian, politisi Gerindra ini mengingatkan bahwa membangun lapangan kerja bukan berarti soal besar-besaran anggaran tapi juga menggunakan velositas. Velositas ini yang harus dillakukan dari sekarang dan kecepatan di tengah pandemi.
"Ini tentang optimisme, ini tentang bagaimana kita membangun satu semangat psotif, membangun optimisme. Dan saya yakin di tengah tengah pandemi ini hal-hal baik tidak datang kepada mereka yang menunggu tapi yang bekerja langsung, bergerak dan melihat peluang," ujarnya.
(maf)