Kurang Cakap Digital, Maka Rentan Termakan Berita Hoaks

Jum'at, 25 September 2020 - 21:10 WIB
loading...
Kurang Cakap Digital,...
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat membuka Webinar ‘Literasi Digital di Masa Pandemi’ bersama Duta Baca Indonesia, Jumat (25/9/2020).Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Pandemi COVID-19 mendorong semua lapisan masyarakat banyak interaksi secara daring (virtual). Baik aktivitas pendidikan maupun rutinitas di tempat kerja.

(Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan Berperan Besar Lindungi Keluarga dari Covid-19)

Media digital pun dimanfaatkan perpustakaan untuk menawarkan layanan digital kepada seluruh masyarakat, sehingga bisa memberikan kesempatan masyarakat di pelosok daerah yang kurang mendapatkan akses buku fisik bisa menikmati buku digital.

(Baca juga: Instansi Pemerintah Diminta Bentuk Crisis Center COVID-19)

Tapi, tantangannya jika tidak menyaring informasi, di era digital juga banyak informasi yang tidak benar alias hoax. Karena itu, penting bagi seseorang untuk memiliki kemampuan literasi yang baik, sehingga tidak mudah terhasut dengan informasi yang absurd.

Seharusnya literasi digital bisa meningkatkan kegemaran membaca, hingga membantu masyarkaat untuk menciptakan barang dan jasa yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menjawab tantangan tersebut, Perpustakaan Nasional sudah sangat siap untuk memberikan pelayanan pengetahuan dengan maksimal. Sejumlah layanan digital siap memanjakan kebutuhan informasi pemustaka dan masyarakat.

“Perpustakaan Nasional mempunyai layanan Indonesia OneSearch (IOS), iPusnas, dan Khastara yang bisa dieksplorasi dan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk menambah pemahaman dan kemampuan intelektual seseorang,” kata Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat membuka Webinar ‘Literasi Digital di Masa Pandemi’ bersama Duta Baca Indonesia, Jumat (25/9/2020).

IOS ditambahkan Kepala Perpusnas adalah sebuah pintu pencarian tunggal untuk semua jenis koleksi publik dari perpustakaan, museum, dan arsip di seluruh Indonesia. Portal IOS menyediakan akses ke sumber elektronik internasional (e-resources) yang dilanggan oleh Perpusnas bagi semua anggota IOS.

Selain mengenalkan IOS, Syarif Bando mengenalkan layanan digital lain, Khastara dan iPusnas. iPusnas lebih dari sekedar aplikasi pembaca buku digital biasa. iPusnas sudah memuat tidak kurang satu juta buku baru. “iPusnas adalah surga bagi para pecinta buku digital,” katanya.

Duta Baca Indonesia Najwa Shihab mengingatkan, bahwa bermain digital tanpa dibarengi kecakapan digital (literasi digital) akan menjadikan seseorang menjadi pribadi yang rentan termakan hoaks.

Najwa mengingatkan untuk berhati-hati, dan bijak dalam memanfaatkan digital untuk mencari informasi. Karena jika tidak dikontrol dengan ketat selain bisa berdampak pada kelelahan pada mata, juga mengakibatkan konsentrasi tidak utuh karena teralu banyak muncul notifikasi (iklan) ketika membaca.
“Informasi yang terserap menjadi tidak utuh,” kata Najwa Shihab.

Parahnya lagi, sekarang masyarakat Indonesia salah satu negara yang paling aktif di media sosial. Apalagi dalam urusan berkomentar di media sosial. Padahal, media sosial memiliki kerentanan cukup parah dalam penyajian informasi. Banyak kedustaan. Jika ini tidak disadari, menyebabkan manusia akan sulit berpikir kritis.

“Inilah yang dialami bangsa Indonesia. Rendah dalam kemampuan berpikir kritis akibat lebih percaya pada internet,” kata Nana.

Berpikir kritis merupakan bagian dari literasi digital. Sayang belum bisa digunakan secara maksimal. Sedari pendidikan dasar, anak-anak lebih sering diajari kemampuan menghafal. Padahal kemampuan menghafal hanyalah sedikit dari kemampuan otak yang bisa dioptimalkan.

Literasi digital mengajarkan manusia sadar dengan data (data awareness), kemampuan menganalisa data sehingga mampu mencerna informasi yang masuk, dan kemampuan untuk fokus. Literasi digital bukan sekedar cakap teknologi. Piawai bikin content tik-tok dan sebagainya.

Sementara itu, Pustakawan Utama Perpusnas Sri Sumekar mengatakan, saat ini perpustakaan sedang giat melakukan Gerakan Literasi Digital, mengajak peran serta aktif para perguruan tinggi.

“Gerakan Literasi Digital sifatnya responsif. Dan sasaran utamanya adalah para milenial,” ujarnya.

Konteks literasi digital sudah menjadi bahasan internasional. International Federation Library Association (IFLA) menyarankan bahwa perpustakaan harus menjadi bagian dari pembangunan nasional berkelanjutan (sustainable development goals/SDG’s) dimana salah satu targetnya pada 2020 adalah peningkatan literasi, inovasi, dan kreativitas.

Di masa pandemi seluruh fungsi perpustakaan dilakukan melalui digital, seperti penguatan koleksi digital, bantuan buku digital, dan pendirian pondok baca digital (Pocadi).

“Pondok baca digital sudah dimulai sejak 2019. Dan ditargetkan pada 2021 telah mencapai 160 titik,” kata Sri Sumekar.
(zil)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2130 seconds (0.1#10.140)