Isu PKI Dibuat Soeharto, Dihidupkan Sisa Kekuatan Orde Baru

Jum'at, 25 September 2020 - 07:33 WIB
loading...
Isu PKI Dibuat Soeharto, Dihidupkan Sisa Kekuatan Orde Baru
Diorama kekejaman PKI di Museum Lubang Buaya. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Secara prinsip Indonesia memang tak boleh meninggalkan sejarah, termasuk peristiwa G30S atau yang dilekatkan dengan PKI . Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo, memahami sejarah memang penting sebagai pijakan untuk menatap masa depan dalam membangun kejayaan bangsa.

"Sebaliknya, jika kita meninggalkan sejarah bangsa maka akan seperti kera yang terjebak di hutan belantara dan meraung-raung di tengah kegelapan," ungkapnya saat dihubungi SINDOnews, Jumat (25/9/2020).

(Baca juga : Hamilton Optimistis Pecahkan Rekor Schumacher )

Bicara soal sejarah, tentu bangsa Indonesia memiliki banyak sekali catatan peristiwa yang sangat penting. Tetapi, anehnya dari sekian banyak catatan sejarah bangsa ini, G30S/PKI paling sering dibicarakan. Karyono menilai hal ini tak lepas dari sumbangsih 32 tahun kekuasaan rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Secara sistematis melakukan propaganda hingga membuat film tentang G30S/PKI.

Di masa Orde Baru, isu komunis/PKI kerap digunakan untuk membungkam tokoh atau kelompok yang menentang kebijakan pemerintah orde baru. ”Maka tak heran, sisa-sisa kekuatan Orde Baru yang masih bercokol getol membuat propaganda tersebut,” ujarnya.

(Baca: Soal Isu PKI Gaya Baru, Masinton PDIP Tuding Pemainnya Orang Kolot)

Menurut Karyono, komunis dan PKI adalah propaganda usang yang terus digaungkan ke tengah-tengah publik dari masa ke masa. Tak terkecuali film berjudul Pengkhiatan PKI yang berisi persitiwa G30S/PKI versi Orde Baru. Film tersebut menjadi alat propaganda untuk menarik simpati publik dan di saat yang bersamaan berfungsi untuk menjatuhkan lawan politik.

(Baca juga : NASA Siapkan Duit Rp415 Triliun untuk Misi Mengacak-acak Bulan )

"Maka, jika benar pernyataan Gatot Nurmantyo yang mengatakan dia diberhentikan menjadi Panglima karena memutar film G30S/PKI maka patut diduga, Gatot sedang memainkan gaya politik playing victim. Ia tengah membangun opini publik seolah menjadi pihak yang teraniaya," ucapnya.

"Di sisi lain, pernyataan Gatot yang meminta agar film G30S/PKI produksi pemerintah Orde Baru diputar kembali merupakan strategi propaganda yang dijadikan "jualan" untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat politik (political benefits). Dengan propaganda ini diharapkan dapat membangun empati dan simpati," tambah Karyono.

Karyono menganggap, gaya politik Gatot yang getol menggunakan narasi komunis dan PKI mirip gaya politik orde baru yang gemar "jualan" isu komunis/PKI. "Tetapi dia lupa, bahwa momentumnya sudah lewat," jelasnya.

(Baca: Gatot Nurmantyo Surati Jokowi, Waspadai PKI Gaya Baru)

Baginya, propaganda menggunakan narasi komunis/PKI tidak sama kondisinya ketika Orde Baru menggunakan narasi ini karena momentumnya tepat. Karenanya, strategi propaganda orde baru sangat efektif untuk melanggengkan kekuasaan.

Selain itu, propaganda isu komunis/PKI sudah tidak efektif untuk menaklukkan lawan politik. Hal itu teruji ketika isu tersebut digunakan untuk membendung laju dukungan PDI Perjuangan dan Joko Widodo dalam beberapa kali pemilu. Propaganda isu komunis/PKI terbukti tidak mampu menaklukkan lawan politik yang diserang dengan isu tersebut.

"Jadi, menurut saya, pihak yang terus menerus menggunakan isu komunis dan PKI sebagai propaganda politik untuk tujuan berkuasa adalah kelompok yang tidak mau belajar dari kegagalan. Mereka kurang kreatif dan inovatif dalam membuat propaganda yang lebih efektif dan simpatik," ujar dia.
(muh)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2008 seconds (0.1#10.140)