Fadli Zon Koleksi Kamera 'Tertinggi' di Dunia, Begini Sejarahnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota DPR yang dikenal juga kolektor barang-barang bersejarah, Fadli Zon menyimpan kamera "tertinggi" di dunia. Karena kamera itu pernah dibawa ke puncak Everest, gunung tertinggi di dunia, yakni setinggi 8.848 mdpl.
Adapun yang membawa kamera tersebut adalah Asmujiono, orang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang mendaki Everest pada misi Everest Indonesia 1997. Misi pendakian itu digagas Danjen Kopassus saat itu, Prabowo Subianto untuk mencapai pucak tertinggi di dunia.
"Ekspedisi itu dramatis," kata Fadli Zon dalam rekaman video yang diunggah di chanel Youtube-nya, Fadli Zon Official, Senin 21 September 2020.
Fadli juga mengungkapkan pernah menulis buku yang mengisahkan Asmujiono, satu-satunya anggota tim yang berhasil mencapai puncak Everest.( )
Dalam videonya, Fadli Zon menghadirkan Ripto Mulyono yang juga anggota tim pendaki Everest saat itu. Ripto membawa kamera Samsung 115A yang pernah digunakan Asmujiono mengabadikan momen-momen di puncak Everest. "Kamera paling canggih waktu itu," kata Ripto yang mantan anggota Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) ini.
Orang Indonesia pertama yang mencapai puncak Gunung Akonkagua di Argentina ini menjelaskan, kamera yang dikatakanya sebagai "tertinggi" di dunia itu. Kamera tersebut awalnya digunakan pelatih pendaki saat itu, Baskiro untuk mengabadikan momen-momen di sekitar puncak gunung.
"Kamera diserahkan Baskiro ke penanggung jawab logistik namanya almarhum Pak Rajak, kemudian Pak Rajak meminta saya untuk disimpan sampai sekarang. Kata-katamuya, 'sudah kamu pegang saja, " kata Ripto menirukan ucapan Rajak saat itu.
( )
Fadli Zon mengungkapkan, dari kamera ini lahir foto-foto monumental pendakian tiga orang pendaki Indonesia, yakni Pratu Asmujiono, Sersan Misirin, dan Lettu Iwan di gunung yang berada di perbatasan Nepal dan Tibet itu.
Fadli menambahkan, kamera tersebut saksi hidup misi terbesar dalam sejarah pendakian orang Indonesia di Gunung Everest pada 1997. Lalu dia mengatakan kamera tersebut akan disimpannya di perpustakaan miliknya sebagai bagian dari koleksi. "Sehingga kamera ini bisa bercerita, saya sudah menulis menulis salah satu buku tentang Mas Asmujiono, saling melengkapi, (sebagai-red) dokumenter," katanya.
Adapun yang membawa kamera tersebut adalah Asmujiono, orang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang mendaki Everest pada misi Everest Indonesia 1997. Misi pendakian itu digagas Danjen Kopassus saat itu, Prabowo Subianto untuk mencapai pucak tertinggi di dunia.
"Ekspedisi itu dramatis," kata Fadli Zon dalam rekaman video yang diunggah di chanel Youtube-nya, Fadli Zon Official, Senin 21 September 2020.
Fadli juga mengungkapkan pernah menulis buku yang mengisahkan Asmujiono, satu-satunya anggota tim yang berhasil mencapai puncak Everest.( )
Dalam videonya, Fadli Zon menghadirkan Ripto Mulyono yang juga anggota tim pendaki Everest saat itu. Ripto membawa kamera Samsung 115A yang pernah digunakan Asmujiono mengabadikan momen-momen di puncak Everest. "Kamera paling canggih waktu itu," kata Ripto yang mantan anggota Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) ini.
Orang Indonesia pertama yang mencapai puncak Gunung Akonkagua di Argentina ini menjelaskan, kamera yang dikatakanya sebagai "tertinggi" di dunia itu. Kamera tersebut awalnya digunakan pelatih pendaki saat itu, Baskiro untuk mengabadikan momen-momen di sekitar puncak gunung.
"Kamera diserahkan Baskiro ke penanggung jawab logistik namanya almarhum Pak Rajak, kemudian Pak Rajak meminta saya untuk disimpan sampai sekarang. Kata-katamuya, 'sudah kamu pegang saja, " kata Ripto menirukan ucapan Rajak saat itu.
( )
Fadli Zon mengungkapkan, dari kamera ini lahir foto-foto monumental pendakian tiga orang pendaki Indonesia, yakni Pratu Asmujiono, Sersan Misirin, dan Lettu Iwan di gunung yang berada di perbatasan Nepal dan Tibet itu.
Fadli menambahkan, kamera tersebut saksi hidup misi terbesar dalam sejarah pendakian orang Indonesia di Gunung Everest pada 1997. Lalu dia mengatakan kamera tersebut akan disimpannya di perpustakaan miliknya sebagai bagian dari koleksi. "Sehingga kamera ini bisa bercerita, saya sudah menulis menulis salah satu buku tentang Mas Asmujiono, saling melengkapi, (sebagai-red) dokumenter," katanya.
(dam)