Konferensi Pers Daring Lebih Disukai Wartawan saat Jalani WFH

Rabu, 15 April 2020 - 11:12 WIB
loading...
Konferensi Pers Daring...
Di tengah pandemi Covid-19, konferensi pers daring menjadi preferensi utama para pekerja media dalam mencari informasi selain siaran pers. Imogen
A A A
JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19, konferensi pers daring menjadi preferensi utama para pekerja media dalam mencari informasi selain siaran pers. Hal ini terungkap dalam studi riset bertajuk "Apa yang Media Butuhkan selama WFH" yang dirilis Imogen Communication Institute (ICI), April 2020.

Riset melibatkan 115 jurnalis media massa di 10 kota Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Palembang, Medan, Pekanbaru, Makassar, Banjarmasin, dan Samarinda, dengan metode kuantitatif maupun kualitatif.

Hal ini sejalan dengan instruksi pemerintah dalam memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Dari total responden, 61,4 persen memilih konferensi pers daring saat Work From Home (WFH), karena masih memungkinkan mereka bertanya langsung kepada narasumber melalui kolom komentar atau live chat. Sementara 28,7 persen lebih memilih metode menerima siaran pers, dan 9,9 persen memilih siaran pers berupa video streaming.

"Para wartawan sangat membutuhkan informasi langsung dari narasumber, khususnya ketika narasumber dalam konferensi pers daring adalah ahli atau tokoh yang relevan dan kredibel dengan situasi sekarang. Apalagi jika mereka cukup sulit untuk dihubungi secara pribadi, sehingga konferensi pers daring bisa menjadi sarana bagi wartawan untuk bertanya langsung selama sesi tanya jawab," jelas Direktur Imogen Communication Institute Widi Wahyu Widodo dalam siaran persnya, Rabu (15/4/2020).

Dalam riset tersebut ditemukan pula bahwa medium yang digunakan untuk konferensi pers daring cukup beragam, seperti YouTube streaming, Live Instagram, Zoom Meeting, dan Google Meet. "Tapi sebagian besar lebih memilih YouTube dan Zoom yang memiliki fitur live chat. Konferensi pers daring yang sudah berlangsung juga bisa ditonton kembali dengan adanya fitur recording," kata Widi.

Namun demikian, beberapa kendala seperti sinyal internet yang tidak stabil dan kuota internet yang cukup besar membuat 28,7 persen wartawan yang memilih lebih senang menerima siaran pers. "Bayangkan jika sehari ada lima konferensi daring, wartawan membutuhkan kuota internet yang memerlukan biaya yang lebih besar di tengah situasi seperti ini," ungkapnya.

Lanjut Widi, idealnya dalam konferensi pers daring siaran pers dapat dibagikan melalui pesan WhatsApp atau email segera setelah jurnalis masuk ke room meeting. Hal ini agar mereka bisa mengeksplorasi pertanyaan dan angle lainnya yang dibutuhkan. Press release juga membantu jurnalis jika koneksi tidak stabil, suara narasumber tidak jelas, ketinggalan materi atau kendala teknis lain sehingga mereka tetap mendapatkan informasi yang tepat.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Jojo S. Nugroho menyayangkan beberapa pihak yang dalam kondisi pandemi Covid-19 ini masih menyelenggarakan konferensi pers tatap muka atau offline. Profesi wartawan yang harus meliput pemberitaan setiap hari sangat rentan terpapar virus Covid-19 jika banyak konferensi pers masih digelar secara offline. "Konferensi pers tentang Covid-19 tapi wartawan yang meliput berdesakan tidak bisa menjaga jarak. Ini kan bertentangan dengan kebijakan pemerintah sendiri yang mengampanyekan 'dirumahsaja' dan menjaga jarak atau physical distancing," tegas Jojo.

APPRI sudah mengimbau seluruh agency public relations agar tidak lagi menyelenggarakan konferensi pers offline dan memanfaatkan teknologi daring untuk membuat kegiatan media. "APPRI merekomendasikan kepada semua pihak bila membutuhkan konferensi pers, lakukanlah secara daring, mengingat jurnalis memiliki kendala dalam mencari berita di lapangan dalam kondisi WFH. Namun, untuk meminimalisir gangguan teknis dan kendala yang mungkin terjadi, perlu adanya SOP yang menjadi pedoman pelaksanaan konferensi pers daring sehingga narasumber tetap bisa menyampaikan pesan dengan jelas kepada media," tandasnya.
(zik)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1621 seconds (0.1#10.140)