Komisi VIII DPR Desak Menag Bersikap soal Penusukan Syekh Ali Jaber
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah anggota Komisi VIII DPR menyoroti insiden penusukan Syekh Ali Jaber saat memberikan ceramah di salah satu masjid di Bandar Lampung, Minggu (13/9) petang kemarin, dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi. Mereka mendesak Menag bersikap terkait dengan insiden itu.
"Saya ingin menyampaikan innalillahi wa innailaihi rojiun, atas musibah penikaman Syekh Ali Jaber, semoga kejadian kekerasan ini kejadian terakhir yang menimpa para ulama kita," kata anggota Komisi VIII DPR Jefry Romdonny dalam Raker di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (14/9/2020).
Politikus Partai Gerindra ini meminta agar Komisi VIII DPR dan juga Menag dapat memberikan perhatian khusus terhadap kasus ini. Sehingga, bisa lebih jelas mengenai apa kasusnya, apa motif dan tujuannya, serta siapa yang menjadi dalang dari insiden ini. ( )
"Dan saya juga minta kepada Kemenag untuk aktif memberikan perlindungan kepada ulama dari teror dan kekerasan sehingga kejadian seperti tadi tidak terulang karena ulama merupakan aset bangsa dan juga perekat bangsa," ujarnya.
Kemudian, anggota Komisi VIII DPR Nurhasan melihat bahwa apa yang terjadi kepada Syekh Ali Jaber ini merupakan logika terbalik dari apa yang disampaikan menag terkait radikalisme. Justru Syekh Ali Jaber yang hafal Al-Quran yang diserang oleh orang yang terpapar radikalisme.
"Ternyata kan terbukti, terbukti terbalik, jadi justru ulama yang hafal Al-Quran dihajar sama radikalisme," ujarnya di kesempatan sama.
Legislator Dapil Jawa Barat IX ini mengusulkan agar Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perlindungan Tokoh Agama dan Simbol Agama ini perlu menjadi prioritas Komisi VIII bersama dengan Kemenag. ( )
"Saya usul Pak Menteri udah beri isyarat, kemudian ini juga relevan dengan UU Perlindungan Tokoh Agama dan Simbol Agama yang jadi prolegnas di DPR, jadi bahasnya sama Kementerian Agama, ini jadi prioritas," kata Nurhasan.
Anggota Komisi VIII DPR Hidayat Nur Wahid juga menyindir Menag mengenai penyebar radikalisme orang yang good looking, hafal Al-Quran dan pandai berbahasa Arab. Tapi justru Syekh Ali Jaber yang memiliki penampilan good looking, hafal Al-Quran dan pandai berbahasa Arab justru menjadi korban aksi radikalisme.
Hidayat pun yakin bahwa pelaku penyerang Syekh Ali Jaber itu bukan orang yang memiliki gangguan jiwa. "Kawan-kawan sudah menyampaikan tentang kasus radikalisme dan teror terhadap ustaz, penceramah dan dai, beliau yang sangat pandai berbahasa Arab, hafal Al-Quran, good looking dan aktif di masjid tapi justru beliau yang menjadi korban radikalisme dari orang yang saya yakin tidak gila," katanya secara virtual dalam Raker. ( )
Wakil Ketua MPR ini menyayangkan karena publik sesungguhnya menunggu pernyataan Menag, bahkan Menko Polhukam menyampaikan pernyataan yang menyejukkan dan sangat empatik. Memang, Menag sudah menyampaikan lewat Direktur Penerangan Islam Juraidi Malkan tetapi seharusnya ini momentum Menag Fachrul untuk menunjukkan komitmennya untuk melindungi umat, mengayomi umat dan para ustaz yang moderat dan mendukung pemerintah.
"Tapi kita belum mendengar pernyataan dari Pak Menteri tapi justru keduluan Pak Menko Polhukam. Pak menteri saya berharap ini bisa dihadirkan menjadi suatu hal umat ada yang melindungi, umat ada yang mengayomi para ulama dan dai kita yang moderat terlindungi dari segala bentuk radikalisme dan teror," kata HNW.
"Saya ingin menyampaikan innalillahi wa innailaihi rojiun, atas musibah penikaman Syekh Ali Jaber, semoga kejadian kekerasan ini kejadian terakhir yang menimpa para ulama kita," kata anggota Komisi VIII DPR Jefry Romdonny dalam Raker di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (14/9/2020).
Politikus Partai Gerindra ini meminta agar Komisi VIII DPR dan juga Menag dapat memberikan perhatian khusus terhadap kasus ini. Sehingga, bisa lebih jelas mengenai apa kasusnya, apa motif dan tujuannya, serta siapa yang menjadi dalang dari insiden ini. ( )
"Dan saya juga minta kepada Kemenag untuk aktif memberikan perlindungan kepada ulama dari teror dan kekerasan sehingga kejadian seperti tadi tidak terulang karena ulama merupakan aset bangsa dan juga perekat bangsa," ujarnya.
Kemudian, anggota Komisi VIII DPR Nurhasan melihat bahwa apa yang terjadi kepada Syekh Ali Jaber ini merupakan logika terbalik dari apa yang disampaikan menag terkait radikalisme. Justru Syekh Ali Jaber yang hafal Al-Quran yang diserang oleh orang yang terpapar radikalisme.
"Ternyata kan terbukti, terbukti terbalik, jadi justru ulama yang hafal Al-Quran dihajar sama radikalisme," ujarnya di kesempatan sama.
Legislator Dapil Jawa Barat IX ini mengusulkan agar Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perlindungan Tokoh Agama dan Simbol Agama ini perlu menjadi prioritas Komisi VIII bersama dengan Kemenag. ( )
"Saya usul Pak Menteri udah beri isyarat, kemudian ini juga relevan dengan UU Perlindungan Tokoh Agama dan Simbol Agama yang jadi prolegnas di DPR, jadi bahasnya sama Kementerian Agama, ini jadi prioritas," kata Nurhasan.
Anggota Komisi VIII DPR Hidayat Nur Wahid juga menyindir Menag mengenai penyebar radikalisme orang yang good looking, hafal Al-Quran dan pandai berbahasa Arab. Tapi justru Syekh Ali Jaber yang memiliki penampilan good looking, hafal Al-Quran dan pandai berbahasa Arab justru menjadi korban aksi radikalisme.
Hidayat pun yakin bahwa pelaku penyerang Syekh Ali Jaber itu bukan orang yang memiliki gangguan jiwa. "Kawan-kawan sudah menyampaikan tentang kasus radikalisme dan teror terhadap ustaz, penceramah dan dai, beliau yang sangat pandai berbahasa Arab, hafal Al-Quran, good looking dan aktif di masjid tapi justru beliau yang menjadi korban radikalisme dari orang yang saya yakin tidak gila," katanya secara virtual dalam Raker. ( )
Wakil Ketua MPR ini menyayangkan karena publik sesungguhnya menunggu pernyataan Menag, bahkan Menko Polhukam menyampaikan pernyataan yang menyejukkan dan sangat empatik. Memang, Menag sudah menyampaikan lewat Direktur Penerangan Islam Juraidi Malkan tetapi seharusnya ini momentum Menag Fachrul untuk menunjukkan komitmennya untuk melindungi umat, mengayomi umat dan para ustaz yang moderat dan mendukung pemerintah.
"Tapi kita belum mendengar pernyataan dari Pak Menteri tapi justru keduluan Pak Menko Polhukam. Pak menteri saya berharap ini bisa dihadirkan menjadi suatu hal umat ada yang melindungi, umat ada yang mengayomi para ulama dan dai kita yang moderat terlindungi dari segala bentuk radikalisme dan teror," kata HNW.
(abd)