Pandemi Covid-19 Langkah Awal Mendesain Ulang Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menjadi kawah candradimuka ketahanan nasional bagi bangsa-bangsa di dunia. Peringkat Indonesia dalam konteks ekonomi dunia ke depan sangat ditentukan pada masa pandemi Covid-19 ini.
Sebelum pandemi, sejumlah lembaga internasional memprediksi bahwa Indonesia bakal menjadi salah satu kekuatan dunia pada 2030. Namun, pandemi mengubah banyak hal secara drastis pada sejarah dan peradaban manusia. (Baca: 7 Daerah Ini Masih Berlakukan PSBB)
“Bagi Persatuan Insinyur Indonesia, pandemi merupakan langkah awal untuk meredesain Indonesia. Kami, para insinyur, memilih untuk melakukan refleksi dan reimagination, mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan selama dan setelah pandemi,” kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto saat peluncuran dan bedah buku daring Redesigning Indonesia: An Engineer's View pada Rabu (9/9/2020).
Buku ini adalah hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan PII pada 6-7 Mei 2020 dan melibatkan 26 pakar dari berbagai institusi pemerintahan, perusahaan, dan perguruan tinggi.
Heru menyampaikan, pandemi Covid-19 berdampak besar pada bidang keinsinyuran di Indonesia. Sektor perumahan dan kemaritiman terimbas paling besar. Sementara sektor teknologi informasi dan komunikasi justru mengalami kenaikan signifikan. “Betapa pentingnya teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung gaya baru hidup kita selama masa pandemi,” ujarnya. (Baca juga: AS Tolak Visa 1.000 Pelajar dan Peneliti, China Murka)
Heru mengatakan, pandemi memang membuka peluang baru bagi industri software seperti Zoom, smart city, broadband, e-commerce, dan logistik, virtual reality, dan telehealth.
Dalam menyiapkan periode pasca pandemi, PII merekomendasikan untuk melakukan transformasi digital, penguatan industri nasional untuk kemandirian, ketahanan nasional nirmiliter, serta transformasi keinsinyuran.
Kemandirian nasional perlu diterapkan dalam melakukan transformasi digital. PII menilai sudah saatnya Indonesia membangun jaringan intranet mandiri. “Membangun jaringan intranet mandiri biayanya memang tidak ringan,” ungkapnya.
Kemandirian pangan juga perlu serius digarap pemerintah. Salah satu yang bisa dilakukan adalah membangun food estate. Pada kawasan itu nantinya lahan pertanian dan perkebunan terintegrasi dengan peternakan.
Tak kalah penting, Indonesia mesti meningkatkan kemampuan melakukan deteksi dini dan menangkal serangan biologis. Maka, pemerintah dapat memberdayakan jejaring rumah sakit militer untuk fokus mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Untuk mewujudkan pemikiran-pemikiran tersebut, para insinyur mesti berperan besar dalam mewujudkan perubahan besar di Tanah Air.
Heru menjelaskan, pandemi Covid-19 ini harus benar-benar bisa membuka mata dan pikiran masyarakat Indonesia lebar-lebar untuk menata ulang cara kita membangun bangsa dan negara ini. (Baca juga: Tuntutlah Ilmu Walau ke Negeri China Ternyata Bukan Hadis Shahih)
Dalam jangka pendek, masyarakat Indonesia harus bisa mempersiapkan diri untuk bisa bertahan. Sementara untuk jangka panjang, Indonsia harus bisa bertumbuh lebih cepat untuk mengejar segala ketertinggalan dengan bangsa-bangsa lain. “Ketangguhan dan kemandirian bangsa di dalam menghadapi segala bentuk tantangan zaman, ternyata harus banyak dikerjakan oleh manusia-manusia Indonesia yang berprofesi sebagai insinyur,” ucapnya.
Diskusi dalam rangkaian Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-25 ini juga menghadirkan Meristek Bambang Brodjonegoro, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, dan Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional Ilham Habibie, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Anindya Bakrie, Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Raden Pardede.
Menristek Bambang Brodjonegoro berharap PII mampu mendorong sinergi triple helix agar inovasi dapat berjalan. “Kami berharap PII bisa mendorong sinergi triple helix berjalan mulus karena banyak anggota PII yang bergerak di sektor swasta ataupun BUMN dan akademisi,” kata Bambang. (Lihat videonya: Tawuran Remaja Sambil Berenang Kembali Terjadi di Jakarta Utara)
Saat ini, ia melanjutkan, inovasi dalam sektor teknologi informasi dan komunikasi menjadi prioritas. Teknologi informasi dan komunikasi mampu menjalankan less contact economy pada masa pandemi Covid-19 ini.
Less contact economy ditandai dengan adanya hyperconnectivity antarmanusia melalui teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, harus ada subsitusi kegiatan ekonomi yang konvensional menjadi digital. (Abdul Rochim)
Sebelum pandemi, sejumlah lembaga internasional memprediksi bahwa Indonesia bakal menjadi salah satu kekuatan dunia pada 2030. Namun, pandemi mengubah banyak hal secara drastis pada sejarah dan peradaban manusia. (Baca: 7 Daerah Ini Masih Berlakukan PSBB)
“Bagi Persatuan Insinyur Indonesia, pandemi merupakan langkah awal untuk meredesain Indonesia. Kami, para insinyur, memilih untuk melakukan refleksi dan reimagination, mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan selama dan setelah pandemi,” kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto saat peluncuran dan bedah buku daring Redesigning Indonesia: An Engineer's View pada Rabu (9/9/2020).
Buku ini adalah hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan PII pada 6-7 Mei 2020 dan melibatkan 26 pakar dari berbagai institusi pemerintahan, perusahaan, dan perguruan tinggi.
Heru menyampaikan, pandemi Covid-19 berdampak besar pada bidang keinsinyuran di Indonesia. Sektor perumahan dan kemaritiman terimbas paling besar. Sementara sektor teknologi informasi dan komunikasi justru mengalami kenaikan signifikan. “Betapa pentingnya teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung gaya baru hidup kita selama masa pandemi,” ujarnya. (Baca juga: AS Tolak Visa 1.000 Pelajar dan Peneliti, China Murka)
Heru mengatakan, pandemi memang membuka peluang baru bagi industri software seperti Zoom, smart city, broadband, e-commerce, dan logistik, virtual reality, dan telehealth.
Dalam menyiapkan periode pasca pandemi, PII merekomendasikan untuk melakukan transformasi digital, penguatan industri nasional untuk kemandirian, ketahanan nasional nirmiliter, serta transformasi keinsinyuran.
Kemandirian nasional perlu diterapkan dalam melakukan transformasi digital. PII menilai sudah saatnya Indonesia membangun jaringan intranet mandiri. “Membangun jaringan intranet mandiri biayanya memang tidak ringan,” ungkapnya.
Kemandirian pangan juga perlu serius digarap pemerintah. Salah satu yang bisa dilakukan adalah membangun food estate. Pada kawasan itu nantinya lahan pertanian dan perkebunan terintegrasi dengan peternakan.
Tak kalah penting, Indonesia mesti meningkatkan kemampuan melakukan deteksi dini dan menangkal serangan biologis. Maka, pemerintah dapat memberdayakan jejaring rumah sakit militer untuk fokus mengembangkan kedua kemampuan tersebut. Untuk mewujudkan pemikiran-pemikiran tersebut, para insinyur mesti berperan besar dalam mewujudkan perubahan besar di Tanah Air.
Heru menjelaskan, pandemi Covid-19 ini harus benar-benar bisa membuka mata dan pikiran masyarakat Indonesia lebar-lebar untuk menata ulang cara kita membangun bangsa dan negara ini. (Baca juga: Tuntutlah Ilmu Walau ke Negeri China Ternyata Bukan Hadis Shahih)
Dalam jangka pendek, masyarakat Indonesia harus bisa mempersiapkan diri untuk bisa bertahan. Sementara untuk jangka panjang, Indonsia harus bisa bertumbuh lebih cepat untuk mengejar segala ketertinggalan dengan bangsa-bangsa lain. “Ketangguhan dan kemandirian bangsa di dalam menghadapi segala bentuk tantangan zaman, ternyata harus banyak dikerjakan oleh manusia-manusia Indonesia yang berprofesi sebagai insinyur,” ucapnya.
Diskusi dalam rangkaian Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-25 ini juga menghadirkan Meristek Bambang Brodjonegoro, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, dan Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional Ilham Habibie, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Anindya Bakrie, Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Raden Pardede.
Menristek Bambang Brodjonegoro berharap PII mampu mendorong sinergi triple helix agar inovasi dapat berjalan. “Kami berharap PII bisa mendorong sinergi triple helix berjalan mulus karena banyak anggota PII yang bergerak di sektor swasta ataupun BUMN dan akademisi,” kata Bambang. (Lihat videonya: Tawuran Remaja Sambil Berenang Kembali Terjadi di Jakarta Utara)
Saat ini, ia melanjutkan, inovasi dalam sektor teknologi informasi dan komunikasi menjadi prioritas. Teknologi informasi dan komunikasi mampu menjalankan less contact economy pada masa pandemi Covid-19 ini.
Less contact economy ditandai dengan adanya hyperconnectivity antarmanusia melalui teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, harus ada subsitusi kegiatan ekonomi yang konvensional menjadi digital. (Abdul Rochim)
(ysw)