BMKG Prediksi Awal Musim Hujan Terjadi Pada Akhir Oktober 2020
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan bakal terjadi pada akhir Oktober 2020. Musim hujan kemungkinan bakal bertahap mengguyur sejumlah wilayah Indonesia pada akhir Oktober hingga Februari 2020.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, musim hujan kemungkinan akan dimulai dari wilayah Indonesia Barat. Kemudian, sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2021.
"Sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari 2021, yaitu sebanyak 248 ZOM (72,5%)," kata Dwikorita melalui keterangan resminya, Selasa (8/9/2020). ( )
Dwikorita menambahkan, berdasarkan hasil pemantauan perkembangan musim kemarau hingga akhir Agustus 2020 menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia (87%) sudah mengalami musim kemarau.
"Samudera Pasifik diprediksi berpeluang terjadi La-Nina, sedangkan Samudera Hindia berpotensi terjadi IOD negatif," katanya.
Dwikorita menjelaskan, pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudera Pasifik menunjukkan adanya potensi La Nina. Hal itu berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti.
"Hal tersebut sejalan dengan prediksi institusi meteorologi dunia lainnya yang menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim (La Nina)," katanya. ( )
Fenomena La Nina sendiri berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Pasifik ekuator dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia. Sehingga, menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan.
Sementara itu, di Samudera Hindia pemantuan terhadap anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD negatif. IOD negatif, kata Dwikorita, menandakan suhu muka laut di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera lebih hangat dibandingkan suhu muka laut Samudra Hindia sebelah timur Afrika.
"Hal ini juga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi IOD negatif ini berpeluang bertahan hingga akhir tahun 2020," katanya.
Baik kondisi La Nina dan IOD negatif tersebut, beber Dwikorita, diprediksi akan mengakibatkan sebagian wilayah Indonesia mengalami musim hujan yang cenderung lebih basah daripada rerata klimatologisnya.
"Meskipun, secara umum kondisi Musim hujan 2020 - 2021 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya. Pemutakhiran prediksi akan dilakukan setiap bulan," katanya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, musim hujan kemungkinan akan dimulai dari wilayah Indonesia Barat. Kemudian, sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2021.
"Sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari 2021, yaitu sebanyak 248 ZOM (72,5%)," kata Dwikorita melalui keterangan resminya, Selasa (8/9/2020). ( )
Dwikorita menambahkan, berdasarkan hasil pemantauan perkembangan musim kemarau hingga akhir Agustus 2020 menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia (87%) sudah mengalami musim kemarau.
"Samudera Pasifik diprediksi berpeluang terjadi La-Nina, sedangkan Samudera Hindia berpotensi terjadi IOD negatif," katanya.
Dwikorita menjelaskan, pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudera Pasifik menunjukkan adanya potensi La Nina. Hal itu berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti.
"Hal tersebut sejalan dengan prediksi institusi meteorologi dunia lainnya yang menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim (La Nina)," katanya. ( )
Fenomena La Nina sendiri berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Pasifik ekuator dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia. Sehingga, menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan.
Sementara itu, di Samudera Hindia pemantuan terhadap anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD negatif. IOD negatif, kata Dwikorita, menandakan suhu muka laut di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera lebih hangat dibandingkan suhu muka laut Samudra Hindia sebelah timur Afrika.
"Hal ini juga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi IOD negatif ini berpeluang bertahan hingga akhir tahun 2020," katanya.
Baik kondisi La Nina dan IOD negatif tersebut, beber Dwikorita, diprediksi akan mengakibatkan sebagian wilayah Indonesia mengalami musim hujan yang cenderung lebih basah daripada rerata klimatologisnya.
"Meskipun, secara umum kondisi Musim hujan 2020 - 2021 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya. Pemutakhiran prediksi akan dilakukan setiap bulan," katanya.
(abd)