Sindiran Demokrat ke Pemerintah, Setelah Anggap Enteng Terus Gelagapan
A
A
A
JAKARTA - Cara pemerintah menanggulangi virus Corona (COVID-19) mendapatkan kritik keras dari berbagai kalangan, termasuk juga Partai Demokrat. Pasalnya, pemerintah dinilai tak jujur dan banyak hal yang ditutup-tutupi sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Sementara, ekonomi kian merosot.
(Baca juga: Jumlah Daerah Terpapar Virus Corona Bertambah Jadi 22 Provinsi)
Sekretaris Bendahara Fraksi Partai Demokrat DPR Irwan menyarankan, agar pemerintah bisa lebih terbuka kepada rakyat mengenai strateginya dalam menanggulangi COVID-19 dan dampaknya terhadap ekonomi. Serta membangun kepercayaan masyarakat bahwa pemerintah bisa melewati ini.
"Double krisis. Pandemi dan ekonomi. Itu bakal dihadapi bangsa ini, Republik tercinta. Semoga saja tidak. Saya kaget melihat nilai tukar rupiah. Makin hari terpuruk, Rp17 ribu. Rekor anjlok tertinggi sepanjang sejarah ekonomi bangsa," kata Irwan dalam siaran pers yang diterima SINDO Media, Senin (23/3/2020).
Menurut Irwan, perlu sikap tegas dan lugas pemimpin bangsa dalam menyelesaikan kedua persoalan ini. Sementara rakyat banyak yang bertanya di mana pemimpin bangsa setelah sebelumnya mereka banyak menganggap enteng COVID-19 lalu menjadi panik saat pasien positif bertambah banyak.
"Persebaran wabah corona kian luas. Setelah anggap enteng, gelagapan ketika makin banyak terjangkit. Tak satu suara Pemerintah pusat menanganinya. Koordinasi dengan Pemerintah daerah berantakan. Rumah sakit pun tak siap," sesalnya.
Meski pemerintah telah membentuk gugus tugas percepatan penanganan COVID-19, Irwan menyayangkan bahwa hal itu tidak dibarengi dengan pemaparan strategi yang transparan dan komprehensif, guna membangun kepercayaan dan optimisme masyarakat.
"Masyarakat malah jadi was-was. Sensor informasi itu sebabnya. Masyarakat sudah phobia corona. Demikian disebutkan seorang direktur rumah sakit daerah (Direktur RSUD dr Soetomo Surabaya)," imbuhnya.
Legislator Kalimantan Timur ini menegaskan, hal ini perlu dihadapi dengan solusi, bukan narasi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang semakin anjlok setiap waktunya harus segera diatasi meskipun, hal ini juga terdampak faktor ekternal.
Tetapi kata dia, pemerintah harus tegas dan kepemimpinan yang tegas sangat dinanti oleh rakyat. "Jika rupiah terus melemah. Tak bisa dihindari krisis terjadi. Di tengah pandemi saat ini kita hadapi," ucapnya.
"Upaya penguatan nilai tukar rupiah harus dilakukan secara kolektif dari seluruh elemen bangsa. Guncangan eksternal merupakan variabel eksogen yang tidak bisa dikendalikan. Semoga negeri ini kuat menghadapi," harap Irwan.
(Baca juga: Jumlah Daerah Terpapar Virus Corona Bertambah Jadi 22 Provinsi)
Sekretaris Bendahara Fraksi Partai Demokrat DPR Irwan menyarankan, agar pemerintah bisa lebih terbuka kepada rakyat mengenai strateginya dalam menanggulangi COVID-19 dan dampaknya terhadap ekonomi. Serta membangun kepercayaan masyarakat bahwa pemerintah bisa melewati ini.
"Double krisis. Pandemi dan ekonomi. Itu bakal dihadapi bangsa ini, Republik tercinta. Semoga saja tidak. Saya kaget melihat nilai tukar rupiah. Makin hari terpuruk, Rp17 ribu. Rekor anjlok tertinggi sepanjang sejarah ekonomi bangsa," kata Irwan dalam siaran pers yang diterima SINDO Media, Senin (23/3/2020).
Menurut Irwan, perlu sikap tegas dan lugas pemimpin bangsa dalam menyelesaikan kedua persoalan ini. Sementara rakyat banyak yang bertanya di mana pemimpin bangsa setelah sebelumnya mereka banyak menganggap enteng COVID-19 lalu menjadi panik saat pasien positif bertambah banyak.
"Persebaran wabah corona kian luas. Setelah anggap enteng, gelagapan ketika makin banyak terjangkit. Tak satu suara Pemerintah pusat menanganinya. Koordinasi dengan Pemerintah daerah berantakan. Rumah sakit pun tak siap," sesalnya.
Meski pemerintah telah membentuk gugus tugas percepatan penanganan COVID-19, Irwan menyayangkan bahwa hal itu tidak dibarengi dengan pemaparan strategi yang transparan dan komprehensif, guna membangun kepercayaan dan optimisme masyarakat.
"Masyarakat malah jadi was-was. Sensor informasi itu sebabnya. Masyarakat sudah phobia corona. Demikian disebutkan seorang direktur rumah sakit daerah (Direktur RSUD dr Soetomo Surabaya)," imbuhnya.
Legislator Kalimantan Timur ini menegaskan, hal ini perlu dihadapi dengan solusi, bukan narasi. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang semakin anjlok setiap waktunya harus segera diatasi meskipun, hal ini juga terdampak faktor ekternal.
Tetapi kata dia, pemerintah harus tegas dan kepemimpinan yang tegas sangat dinanti oleh rakyat. "Jika rupiah terus melemah. Tak bisa dihindari krisis terjadi. Di tengah pandemi saat ini kita hadapi," ucapnya.
"Upaya penguatan nilai tukar rupiah harus dilakukan secara kolektif dari seluruh elemen bangsa. Guncangan eksternal merupakan variabel eksogen yang tidak bisa dikendalikan. Semoga negeri ini kuat menghadapi," harap Irwan.
(maf)