Meneladani Sikap Pemaaf Menag Nasaruddin Umar di Momen Idulfitri
loading...

Menag Nasaruddin Umar (kanan) menunjukkan keteladanan dalam kepemimpinan dengan memaafkan demonstran yang sebelumnya melontarkan tuduhan tak berdasar terhadap dirinya. Foto/Ist
A
A
A
JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menunjukkan keteladanan dalam kepemimpinan dengan memaafkan para demonstran yang sebelumnya melontarkan tuduhan tidak berdasar terhadap dirinya.
Para pendemo, yang awalnya menyuarakan kritik terkait dugaan rangkap jabatan Menag, akhirnya menyampaikan permohonan maaf secara langsung dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama pada Kamis (27/3/2025).
Syahril, salah satu koordinator aksi, mengungkapkan penyesalannya setelah mengetahui fakta yang sebenarnya.
“Kami merasa sangat bersalah atas apa yang kami lakukan. Kami akui apa yang kami lakukan tidak mendasar dan tidak benar. Semoga dengan kebesaran hati dan jiwa keteladanan Pak Menteri, beliau bisa memaafkan kami,” ujarnya.
Menanggapi permohonan maaf tersebut, Menag dengan bijaksana menerima mereka dan menekankan pentingnya mencari informasi yang benar sebelum menyebarkan tuduhan. Ia juga menyayangkan adanya pihak yang diduga memiliki kepentingan tertentu di balik aksi tersebut.
“Demonstrasi tidak mendasar serta sebaran foto dan video saya dengan narasi penuh dendam sangat disayangkan. Amanah yang saat ini kami emban adalah tugas dari Presiden, begitu pula posisi kami sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal yang juga merupakan permintaan Presiden. Semoga semua mendapat hidayah,” ujar Nasaruddin Umar.
Sikap pemaaf yang ditunjukkan oleh Menag ini memiliki makna yang lebih dalam menjelang Idul Fitri, sebuah momen sakral yang identik dengan tradisi saling memaafkan.
Idul Fitri bukan hanya tentang kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga kesempatan untuk membersihkan hati dari kebencian, prasangka, dan kesalahan masa lalu.
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, hal ini mengingatkan umat Islam untuk mengedepankan sikap memaafkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesediaan untuk memaafkan bukan hanya menunjukkan kedewasaan emosional dan spiritual, tetapi juga menjadi kunci dalam menciptakan masyarakat yang damai dan penuh toleransi.
Disisi lain menanggapi peristiwa ini, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Prof Martin Kustati menyatakan bahwa sikap Menteri Agama mencerminkan nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi teladan bagi semua pihak.
“Dalam konteks pendidikan dan pembinaan karakter, tindakan memaafkan menunjukkan kedewasaan emosional dan spiritual yang tinggi. Seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kebesaran hati dalam merespons berbagai situasi, termasuk kritik yang kurang berdasar,” ungkap Martin Kustati.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa dalam dunia akademik dan pemerintahan, budaya tabayyun (klarifikasi) sangat penting untuk menghindari penyebaran informasi yang keliru.
“Sebagai akademisi dan masyarakat intelektual, kita harus mengedepankan verifikasi informasi sebelum menyebarkan opini yang dapat merugikan pihak lain. Sikap Nasaruddin Umar adalah contoh nyata bagaimana seorang pemimpin mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang beradab, tanpa memperkeruh suasana,” tambahnya.
Dengan mendekatnya Idulfitri, momen ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa memaafkan adalah bagian dari kekuatan sejati. Semoga sikap pemaaf yang dicontohkan oleh Menag dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk lebih bijak, saling menghargai, dan mempererat persaudaraan.
Para pendemo, yang awalnya menyuarakan kritik terkait dugaan rangkap jabatan Menag, akhirnya menyampaikan permohonan maaf secara langsung dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kementerian Agama pada Kamis (27/3/2025).
Syahril, salah satu koordinator aksi, mengungkapkan penyesalannya setelah mengetahui fakta yang sebenarnya.
“Kami merasa sangat bersalah atas apa yang kami lakukan. Kami akui apa yang kami lakukan tidak mendasar dan tidak benar. Semoga dengan kebesaran hati dan jiwa keteladanan Pak Menteri, beliau bisa memaafkan kami,” ujarnya.
Menanggapi permohonan maaf tersebut, Menag dengan bijaksana menerima mereka dan menekankan pentingnya mencari informasi yang benar sebelum menyebarkan tuduhan. Ia juga menyayangkan adanya pihak yang diduga memiliki kepentingan tertentu di balik aksi tersebut.
“Demonstrasi tidak mendasar serta sebaran foto dan video saya dengan narasi penuh dendam sangat disayangkan. Amanah yang saat ini kami emban adalah tugas dari Presiden, begitu pula posisi kami sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal yang juga merupakan permintaan Presiden. Semoga semua mendapat hidayah,” ujar Nasaruddin Umar.
Sikap pemaaf yang ditunjukkan oleh Menag ini memiliki makna yang lebih dalam menjelang Idul Fitri, sebuah momen sakral yang identik dengan tradisi saling memaafkan.
Idul Fitri bukan hanya tentang kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga kesempatan untuk membersihkan hati dari kebencian, prasangka, dan kesalahan masa lalu.
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, hal ini mengingatkan umat Islam untuk mengedepankan sikap memaafkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesediaan untuk memaafkan bukan hanya menunjukkan kedewasaan emosional dan spiritual, tetapi juga menjadi kunci dalam menciptakan masyarakat yang damai dan penuh toleransi.
Disisi lain menanggapi peristiwa ini, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Prof Martin Kustati menyatakan bahwa sikap Menteri Agama mencerminkan nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi teladan bagi semua pihak.
“Dalam konteks pendidikan dan pembinaan karakter, tindakan memaafkan menunjukkan kedewasaan emosional dan spiritual yang tinggi. Seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kebesaran hati dalam merespons berbagai situasi, termasuk kritik yang kurang berdasar,” ungkap Martin Kustati.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa dalam dunia akademik dan pemerintahan, budaya tabayyun (klarifikasi) sangat penting untuk menghindari penyebaran informasi yang keliru.
“Sebagai akademisi dan masyarakat intelektual, kita harus mengedepankan verifikasi informasi sebelum menyebarkan opini yang dapat merugikan pihak lain. Sikap Nasaruddin Umar adalah contoh nyata bagaimana seorang pemimpin mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang beradab, tanpa memperkeruh suasana,” tambahnya.
Dengan mendekatnya Idulfitri, momen ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa memaafkan adalah bagian dari kekuatan sejati. Semoga sikap pemaaf yang dicontohkan oleh Menag dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk lebih bijak, saling menghargai, dan mempererat persaudaraan.
(shf)
Lihat Juga :